Banyak perubahan yang terjadi pada Jaevano sejak memasuki rumah sakit. Anak itu menjadi lebih pendiam—tidak akan bicara sebelum Davira yang mengajaknya berbicara, juga ia mengabaikan kehadiran Jaerga yang terus mencoba kembali mendekatinya.
Anak itu benar-benar menganggap Jaerga sebagai akar dari permasalahannya.
Jaevano membenci Jaerga. Lebih dari siapapun.
Sore ini Davira kembali ke rumah untuk mengambil pakaian ganti untuk Jaevano. Jadi, yang menjaga Jaevano di rumah sakit hanyalah Jaerga.
Keadaan ruang rawat Jaevano tampak canggung. Jaevano tak mengacuhkan keberadaan saudara kembarnya, menganggap anak itu tak ada di sampingnya saat ini.
Sedangkan Jaerga? Anak itu menunduk dalam diam, ia tak mengajak Jaevano bicara sama sekali karena takut membuat Jaevano semakin membencinya.
Di tengah keheningan dalam ruangan tersebut, Jaevano tiba-tiba memecahkan gelas yang berusaha digapainya, membuat Jaerga terkejut saat itu juga.
Pyarr!
"Astaga, No! Lo kalo mau ngambil air bilang ke gue.. " Jaerga memeriksa kondisi Jaevano. Ia memastikan saudara kembarnya itu baik-baik saja namun yang ada Jaevano malah menepis tangannya.
"Jangan pernah lo pegang pegang gue". Sarkas Jaevano dingin. Ia menatap benci Jaerga, membuat sang empu menggigit bibir bawahnya, menahan rasa sakit di hatinya.
Cklek..
" Astaga.. Ini kenapa gelasnya pecah? " Tanya Davira yang baru saja datang dengan papper bag berisi pakaian Jaevano.
Tak ada yang menjawab. Baik Jaevano maupun Jaerga hanya diam, dengan pikiran yang berkelana entah ke mana.
Davira menghela nafasnya. "Kalian jangan ada yang nyentuh pecahan kacanya. Biar mama yang bersihin".
Jeffandra melangkahkan kakinya menuju ruangan tempat Jaevano dirawat. Pria itu melirik arloji di pergelangan tangannya sejenak, ia yakin Jaevano sudah tidur saat ini.
Jeffandra memutuskan untuk menjenguk Jaevano saat anak itu terlelap.
Cklek..
Perlahan pintu ruang rawat Jaevano terbuka. Jeffandra dapat melihat Davira yang setia mendampingi Jaevano yang telah terlelap di samping anak itu, sedangakan Jaerga tidur di sofa ruangan tersebut.
"Mas? " Davira terkejut melihat kehadiran suaminya yang sangat tiba-tiba.
"Sstt.. " Jeffandra meminta Davira untuk diam. Ia meletakkan papper bag yang dibawanya ke atas nakas, tangan besarnya perlahan memberi sentuhan hangat di puncak kepala Jaevano.
Jeffandra merasa bersalah pada Jaevano. Ia menyayangi Jaevano seperti ia menyayangi Jeno maupun Jaerga, namun ia pikir cara didiknya pada Jaevano harus lebih tegas karena Jaevano tak seperti Jeno dan Jaerga.
Jaevano sangat keras kepala dan sulit diatur, tapi Jeno dan Jaerga tidak seperti itu.
Jeffandra pikir..
Jaevano memang harus dididik secara keras agar mau menjadi anak yang penurut.
Ia tidak ingin mendengar kabar tak mengenakkan lagi tentang putranya itu.
Oh ayolah, orang tua mana yang suka melihat anaknya berbuat seenaknya?
Setelah beberapa saat ia memandangi wajah damai Jaevano, Jeffandra berdehem. Ia berpamitan pada sang istri lalu meninggalkan ruang rawat Jaevano.
Ia takut membangunkan Jaevano yang sedang terlelap.
Saat ini Jaevano telah kembali ke rumahnya. Anak itu semakin menebar kebencian pada Jaerga, setiap hari ia mengabaikan saudara kembarnya itu, bahkan ia lebih memilih untuk menghabiskan sebagian besar waktunya untuk bersenang-senang dengan teman temannya.
Jaevano seperti tidak merasakan kapok dengan kejadian beberapa hari lalu yang membuatnya mendekam di rumah sakit hampir seminggu lamanya.
Anak itu kembali liar, seperti sebelumnya.
Jaevano menjauhi keluarganya, ia hanya akan berbicara pada Davira jika ada perlu, bahkan anak itu menghindari makan malam maupun sarapan bersama di meja makan.
Ia tidak ingin melihat wajah Jeffandra.
Jaevano benar-benar membenci ayahnya.
"Mau ke mana kamu? " Tanya Jeffandra saat melihat Jaevano yang sudah siap dengan pakaian casualnya sore ini. Sepertinya Jaevano akan pergi ke suatu tempat lagi.
"Bukan urusan anda". Balas Jaevano dingin.
" Kamu urusan ayah, Jaevano! Karena kamu adalah anak ayah! " Balas Jeffandra.
"Bukannya hubungan kita sebagai ayah dan anak telah berakhir sejak anda menampar saya? " Jaevano memincingkan matanya, menatap remeh sang ayah.
"Anda bukan ayah saya, dan saya bukanlah anak anda". Lanjut Jaevano lalu melangkahkan kakinya meninggalkan ayahnya yang membeku setelah mendengar ucapan pedasnya.
Ia tak tahu bahwa diam-diam Jeffandra selalu memikirkannya, pria itu bahkan pernah menangis sendirian tanpa ia tahu.
Yang Jaevano tahu, Jeffandra adalah pria iblis yang tega menyakiti fisik dan perasaannya.
Tbc..
Lanjut nihhh
Flat ya?
Maap..
Semoga kalian menikmati
Silahkan memberi komentar yaaa..
Babai
KAMU SEDANG MEMBACA
The Other Side Of Humanity 2 [TAMAT]
FanfictionSetelah kepergian putranya yang sangat menguras air mata, Jeffandra kembali diberi kepercayaan oleh Tuhan untuk merawat dua anak laki-laki tampan yang lahir tak lama setelah putranya pergi. Si kembar yang pertama bernama Jaevano Briyan Agnabrita...