Prolog

724 33 4
                                    

  "Ayah.. Harus bahagia tanpa Jeno.. Jeno sayang ayah.. "

  "Ssakitttt.... Hiks.. "

  "Maaf.. Jeno.. Buat ayah.. Khawatir.. "

  "Ayah.. Ikhlasin Jeno, ya? "

  Jaevano, remaja berkulit putih susu itu terlonjak dari tidurnya dengan nafas tersengal. Tubuhnya banjir oleh keringat, bahkan ia gemetar hebat.

  Jaevano heran, sebenarnya mengapa ia selalu memimpikan kakaknya yang telah meninggal?

  Lelaki berusia 17 tahun itu menghembuskan nafasnya kasar. Ia beranjak dari tempat tidurnya setelah dirinya membaik, lalu memasuki kamar mandi yang berada di dalam kamarnya.

















  Keluarga Agnabrita berkumpul dengan kehangatan yang menemani keluarga kecil itu. Si kembar Jaevano dan Jaerga yang baru duduk di kursi mereka disambut oleh senyuman manis kedua orang tua mereka.

  "Anak-anak ganteng mama tumben udah siap? Kalian ada janji sama pacar ya? " Goda Davira pada kedua putranya.

  "Mama ngomong apa sih? Mana ada orang modelan Jaerga punya pacar. Dianya aja lembek begitu". Balas Jaevano, sedikit mengejek saudara kembarnya.

  " Ck, ngejek gue lo? Minimal ngaca. Lo aja nggak punya pacar, kok". Jaerga menyahut dengan raut kesal. Mereka berdua memang sering bertengkar karena masalah kecil, tapi kalau giliran salah satu dari mereka terkena amarah Jeffandra, pasti mereka akan saling membela.

  Memang ya, anak kembar itu selalu unik.

  "Udah, udah.. Jangan berantem. Masih pagi. Kalian mending sarapan aja. Ayah udah laper nih". Jeffandra menengahi kedua putranya yang masih saling melempar tatapan sengit.

  Jaevano dan Jaerga berdecak. Mereka mulai mengambil sehelai roti bergantian, mengoleskan selai berbeda di permukaan roti mereka.

  Davira tersenyum kecil melihat raut kesal Jaevano dan Jaerga. Menurutnya kedua putranya itu sangat menggemaskan.

  " Ayah denger, Jaejae mau ikutan Olimpiade lagi, ya? Kapan hari penyelenggaraannya? " Tanya Jeffandra saat mereka sudah mulai menyantap makanan mereka masing-masing.

  "Hmm.. Beberapa minggu lagi, yah. Kenapa emangnya? " Balas Jaerga.

  "Ayah mau ngambil cuti buat liat acaranya. Sesekali ayah nemenin anak ayah nambah prestasi". Jeffandra tersenyum simpul.

  " Tumben? Biasanya kan ayah sibuk terus sampe lupa pulang? " Tanya Jaevano sedikit menyinggung sang ayah.

  "Heh, tata dikit napa omongan lo, " Tegur Jaerga pada Jaevano yang tampak tak menganggap ucapannya salah.

  Jeffandra menghela nafas. "Mangkannya itu ayah mau ambil cuti".

  Jaevano tampak meminum susu cokelatnya cepat lalu beranjak dari tempat duduknya.

  " Mau kemana, No? " Tanya Davira kebingungan.

  "Berangkat. Temen-temen Nono udah pada nungguin di depan, tuh". Balas Jaevano sembari mencium kedua pipi Davira dan berjabat tangan pada sang ayah.

  " Hati-hati bawa motornya, sayang! " Pesan Davira pada Jaevano yang kini melangkah pergi.

  "Siap! " Balas Jaevano.

  Jeffandra memperhatikan kepergian putranya itu. "Pasti temen-temennya yang nggak bener itu". Gumamnya pelan namun masih terdengar di telinga Jaerga.

  " Jae, awasi kakak kamu. Jangan sampai ayah tau dia merokok apalagi tawuran kayak waktu itu ".

  " I-iya, ayah.. " Ayah selalu mikir hal-hal buruk tentang Vano.. Padahal menurut gue, temen Vano nggak seburuk itu, kok..

  "Jae sayang.. Dihabisin ya, rotinya. Udah mau jam setengah tujuh nih.. Mama takut Jaejae telat ke sekolah nanti". Ujar Davira begitu menyadari bahwa putra bungsunya kini tengah melamun.

  " E-eh.. Iya, ma.. " Jaerga tersenyum kecil.



































Halo gaisss...

Author kembali lanjutin kisahnya ayang Jeno nihh..

Semoga kalian suka ya sama cerita kali ini..

Maaf terbanget-banget kalo cerita ini jelek dan nggak ngotak di pikiran kalian, hehe...

See you next time guys!!!!!!!!!!!

The Other Side Of Humanity 2 [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang