15

313 25 9
                                    

  Jaevano menatap sekelilingnya dengan tatapan bingung. Ia ada di mana? Mengapa ia tidak melihat siapapun di dalam sini? Di mana Jeffandra, Davira, dan juga Jaerga? Apa ia dibuang oleh keluarganya?

  "G-gue di mana? " Jaevano memindai sekelilingnya. Ia takut. Ia takut sendirian.

  "Sayang.. " Jaevano menoleh saat merasakan sentuhan lembut di bahunya. Ia mengernyit, memikirkan siapa yang ada di hadapannya itu.

  Dan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

  Dan..

  Jaevano baru ingat wajah cantik wanita yang kini menyunggingkan senyuman hangat untuknya.

  Wanita itu adalah Alina, istri pertama Jeffandra sekaligus ibu kandung Jeno.

  "B-bunda? " Mata Jaevano memanas. "N-nono udah di surga ya? " Tanyanya dengan air mata mengalir.

  "Nono kenapa nangis? Bunda ikut sedih kalo liat Nono nangis gini". Alina mengusap air mata Jaevano. Ia memberikan dekapan hangat untuk anak suaminya itu, berharap tangisan Jaevano dapat berhenti karena kehangatan darinya.

  " Hiks.. Nono seneng.. Hiks.. Akhirnya Nono bisa ketemu Bunda.. " Jaevano menjawab dengan isakannya. Ia memang belum pernah bertemu dengan Alina, namun setelah mendengar segala cerita tentang wanita berhati lembut itu, Jaevano merasakan rasa sayang yang teramat pada sosok ibu dari kakaknya itu.

  Jaevano pikir, Alina jauh lebih baik daripada Davira yang lebih mencintai Jaerga daripada dirinya.

  Setelah beberapa saat berpelukan, akhirnya pelukan itu terlepas. Alina mengusap lembut air mata Jaevano, ia mengecup kedua pipi anak itu.

  "Bunda.. Sayang sama Nono kan? " Tanya Jaevano tiba-tiba.

  "Tentu, sayang.. Meski Nono bukan anak kandung Bunda, Bunda tetap menyayangi Nono sama seperti Jeno".

  " Nono mau ikut Bunda.. Nono nggak mau pulang ke rumah".

  "Kenapa, sayang? " Tanya Alina. "Ayah, Mama, Jaerga sama temen-temen kamu selalu nungguin Nono. Apa Nono tega ninggalin mereka? " Tanya Alina.

  "Semua orang nggak sayang Nono, Bun.. Ayah sama Mama cuma sayang ke Jaerga. Nono cuma dianggap beban di sana. Nono nggak berguna.. " Jawab Jaevano dengan pipi menggembung lucu.

  "Nono kok berpikiran begitu? Bunda nggak suka kalau Nono ngerasa jadi beban di keluarga kita. Nono itu anugerah. Nono adalah titipan Tuhan yang harus dijaga baik-baik sama keluarga kita". Balas Alina lembut.

  " Tapi ayah benci Nono, bun.. "

  "Dengerin bunda, sayang.. " Alina menangkup kedua pipi Jaevano. "Ayah sayang banget sama Nono. Tapi ayah bingung mau didik Nono kayak gimana. Cara ayah emang salah, tapi asal Nono tau,.. Setiap malam tidur ayah nggak nyenyak gara-gara mikirin keadaan Nono. Sekarang ini, karena Nono nggak mau balik, ayah sedih banget, sayang.. Ayah hancur kalau Nono milih buat ninggalin ayah.. "

  "Bunda.. "

  "Nono emangnya mau buat semua orang khawatir? Nono anak bunda yang baik, kan? Nono pasti nggak suka liat orang lain sedih gara-gara Nono".

  " Maafin Nono, Bunda.. "

  "Nggak pa-pa, sayang. Bunda nggak bisa marah ke Nono. Nono nggak salah. Nggak ada yang salah buat kejadian kali ini". Alina mengusak rambut kecokelatan Jaevano.

  " Nanti.. Kalau Nono balik ke rumah.. Nono nggak bisa ketemu bunda, dong.. Nono nggak mau.. " Jaevano menggigit bibir bawahnya.

  " Doa Bunda selalu menyertai Nono.. Nono masih bisa ketemu sama bunda, kok.. Nanti kalau Nono kangen Bunda, Bunda bakal masuk ke dalam mimpi Nono. Gimana? "

  "Nono sayang bunda.. "

  "Bunda juga sayang sama Nono".




















  Di depan ruang ICU tempat Jaevano berjuang, Jeffandra beserta Davira dan Jaerga terus mendoakan yang terbaik untuk si sulung yang sempat beberapa kali mengalami henti jantung. Sebelumnya mereka mendapat kabar buruk kalau Jaevano mengalami luka di bagian belakang kepala yang lumayan parah. Banyak kemungkinan buruk yang bisa terjadi pada anak itu, yang pastinya membuat mereka semakin ketakutan.

  Setelah lama menunggu, akhirnya pintu ruang ICU terbuka. Dokter Kian—Dokter yang dulunya juga pernah merawat Jeno dulu keluar dari sana.

  "Bagaimana keadaan putra saya, dok? " Tanya Jeffandra khawatir.

  "Tenang, pak.. Keadaan Jaevano sekarang sudah stabil. Namun akibat benturan keras di bagian belakang kepalanya, berakibat buruk untuk otaknya. Jaevano mengalami trauma otak ringan yang membutuhkan diagnosis lanjutan. Kami harus benar-benar memeriksa lebih lanjut kondisi kepalanya".

  " Tapi Jaevano akan baik-baik saja, kan? " Tanya Jeffandra lagi.

  "Putra anda pasti akan baik-baik saja, pak. Namun Trauma otak yang dialaminya mungkin bisa hanya meninggalkan gejala ringan seperti sakit kepala, tetapi juga bisa berakibat fatal atau bahkan menyebabkan kelumpuhan. Maka dari itu, saya harap kalian lebih memperhatikannya untuk saat ini. Kita akan mengetahui kondisinya lebih lanjut saat ia sudah sadar nanti".

  Mendengar penjelasan Dokter Kian, Jeffandra beserta istri dan putra bungsunya semakin sedih. Mereka berharap Jaevano baik-baik saja. Semoga anak itu tidak sampai terkena kelumpuhan, karena hal itu pasti akan membuat Jaevano jauh lebih hancur daripada saat ini.


































Typo ada di mana mana...

Author mohon maaf banget kalo ceritanya nggak jelas, terus mungkin beberapa diagnosis nya nggak masuk akal.

Maklum, author bukan orang kedokteran.

Author cuma modal liat mbah google, jadi mohon maaf banget yaaa

Semoga kalian menikmati cerita ini

See you next time

 

The Other Side Of Humanity 2 [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang