Berjam-jam Zirga dan Aldo habiskan untuk menyelesaikan teka-tekinya, akhirnya mereka telah berhasil menemukan sebuah kunci di dalam kotak hitam di perpustakaan. Ruangan itu hanya diterangi lampu remang membuat mereka harus menghidupkan sentar ponsel masing-masing.
"Biar gue yang pegang kuncinya," kata Aldo dan langsung memasukan benda itu ke dalam saku celananya.
Hyaaaaaaa....
"Mundur, Ga!"
Plak!
Mereka melangkah mundur setelah melihat serangan tiba-tiba dari sosok bertopeng. Kapak itu hampir mengenai Zirga. Namun, Zirga langsung menghindar walau tubuhnya berputar menubruk meja.
Lalu meja itu Zirga dorong hingga mengenai sosok tersebut. Lelaki itu meringis dan Zirga langsung berlari diikuti Aldo yang keluar dari ruang perpustakaan.
Mereka lari terbirit-birit dengan sentar ponsel yang masih menyala. Sesekali mereka menoleh ke belakang, dan tidak melihat sosok itu lagi. Zirga berlari menuruni anak tangga kemudian melompat dan menginjakan kaki di lantai dasar koridor ruang guru.
Bruak!
"Akkhhh." Aldo meringis pelan, tubuhnya terjerembab ke lantai karena genangan darah yang membuatnya terpeleset. Terlihat banyak siswa siswi di sana yang tergeletak tidak bernyawa dengan darah di sekujur tubuhnya, sungguh sangat mengerikan.
"Lo ngapain goblok?" Zirga tertawa pelan, kemudian membantu Aldo dengan mengulurkan tangannya.
Kemudian Aldo berdiri dengan keadaan yang masih meringis pelan. Melihat seragamnya yang dikotori banyak darah, membuat Aldo ingin muntah saat mencium aroma darah tersebut. "Huek! Sial banget gue di sekolah ini, sumpah," balas Aldo membuat Zirga tertawa saat mendengarnya.
"Ayok deh.. Jangan lama-lama, kasian cewek-cewek di atas sana nungguin kita," ucap Zirga.
Aldo mengangguk kemudian mereka melangkahkan kaki, menuju koridor bangun utama melewati lapangan luas di tengah-tengah sana. Suasana terasa dingin, Zirga menoleh ke kanan tepatnya di bangunan olahraga yang tidak ada lampu satu titikpun. Tidak ada satu murid lain yang terlihat kecuali mereka, karena pastinya para murid bersembunyi dari sosok bertopeng yang berkeliaran mencari mangsa.
•
•
•Setelah menghabiskan beberapa menit melewati koridor dan menaiki anak tangga di bangunan utama, kini Zirga dan Aldo sudah menginjakan kaki di atas rooftop. Mereka hanya berjalan santai sembari mengobrol pelan melewati setiap koridor bangunan itu.
"Zirga??" ucap Christy terlihat antusias saat melihat kedatangan Zirga.
"Kalian baik-baik aja, kan?" tanya Zirga sembari berjalan mendekat bersamaan dengan Aldo.
Semula para cewek-cewek itu duduk kelelahan, dan mereka langsung berdiri setelah melihat kedatangan Zirga dan Aldo.
"Iyaa kita gak kenapa-napa, kok," balas Chika.
Mereka semua langsung mendekat. Namun, kali ini Zirga membulatkan matanya karena tubuhnya yang langsung diterpa oleh Christy layaknya seorang pasangan. "Zirga, lo gapapa, kan?" tanya Christy yang masih memeluk tubuh Zirga.
Zirga tidak membalas pelukan itu, ia meneguk ludahnya kasar kemudian pandangannya terangkat melihat satu per satu orang-orang didepannya, Chika, Olla dan Ashel.
"Lo apa-apa sih?" ucap Zirga terdengar pelan seperti berbisik pada Christy. Ia tidak tahu ternyata Christy sudah membeberkan hubungan mereka, membuat Zirga bertanya-tanya apa yang dilakukan cewek itu hingga berani memeluk tubuhnya. Mengapa Christy tiba-tiba memeluknya seperti ini, padahal cewek itu tidak pernah peduli bahkan sangat dingin, tidak pernah menganggapnya sebagai pasangan saat ada orang lain disekitarnya. Yang Zirga tahu, hubungan mereka hanya Chika yang mengetahuinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Last Year : Survive at School
Боевик[ On going ] "Kalian diperbolehkan untuk membunuh satu sama lain." "Saat di akhir, satu orang dari kalian akan menjadi MVP." • • • Bukankah sekolah tempat untuk menuntut ilmu? Bermain dan bersenang-senang bersama, dikalangan anak remaja? Bagaimana j...