Setelah beberapa hari dirawat di rumah sakit dengan peristirahatan total, Christy sudah diperbolehkan pulang di pagi ini. Dengan keadaan tubuhnya yang sudah membaik, Christy tidak langsung pulang ke rumahnya untuk menemui sang Bunda, melainkan gadis itu dibawa oleh sang kekasih pulang ke apartment. Christy hanya mengikuti kemauan Zirga, lagi pula dirinya benar-benar sibuk memikirkan rencana selanjutnya.
Merasa Christy dalam bahaya pastinya Zirga tidak ingin membiarkan Christy pergi tanpa dirinya. Sudah berulang kali Christy terluka seperti ini, bisa saja cewek itu mati karena banyak yang mengincarnya sekarang.
Saat sampai di apartment, Christy merasa ingin kembali beristirahat untuk memulihkan banyak energinya yang terkuras. Christy berjalan pelan ke arah kamar tanpa mengatakan sepatah kata pun pada Zirga.
Helaan nafas Christy terdengar berat, ia mendudukan diri di kasur lalu merebahkan tubuhnya menatap langit-langit ruangan itu. Tidak lama kedua matanya juga ikut terpejam beberapa saat, merasakan perutnya yang masih terasa nyeri karena pukulan pada saat itu.
"Akhhh." Christy meringis pelan, tangannya ikut menyentuh bagian kepala yang tiba-tiba merasakan denyitan kecil. "Please, jangan sakit sekarang," lirih Christy pelan. "Jangan mati sekarang, semuanya bakal sia-sia, please," kata Christy dengan menggertakan giginya kuat menahan rasa sakit di bagian kepala.
Suara ringisan kembali terdengar pelan, tapi pintu kamar tiba-tiba terbuka membuat Christy langsung melihatnya. "Lo kenapa?" tanya Zirga berdiri di ambang pintu dengan tatapan sendu.
"Enggak kenapa-napa," jawab Christy yang sudah merubah posisi tubuhnya menjadi duduk di atas kasur.
"Lo diem di sini jangan kemana-mana. Gue cariin makan buat lo," kata Zirga dengan tegas. Christy yang mendengarnya hanya mengangguk pelan, mengiyakan perkataan cowok itu.
Zirga mengangguk tipis kemudian menarik pintunya hingga kembali tertutup rapat. Sekarang ia harus pergi mencari sarapan untuk kekasihnya. Namun, di saat Zirga membuka pintu apartment nya dan ingin menutupnya kembali, tidak jauh dari sana terlihat Chika yang mendekat, gadis itu datang sendiri dengan wajah yang tertutup masker dan rambut sedikit terhempas karena lari kecil.
"Chika?"
Zirga menatap gadis itu, melihat kedua mata indahnya. Zirga belum sempat mengunci pintu apartmentnya karena kedatangan Chika di sana.
"Gue boleh ketemu Christy? Btw lo mau kemana?" tanya Chika yang kini sudah melepas sebelah maskernya dan terlihat wajah cantik gadis itu dengan rambut yang tergerai.
Zirga tidak menjawab pertanyaan itu melainkan langsung menggapai pergelangan tangan Chika dan mengajaknya untuk masuk ke dalam apartment terlebih dahulu. "Gue mau cari makan. Christy ada di dalam kamar," ucap Zirga dengan keadaan berdekatan di lorong depan pintu. Zirga menunjuk ke suatu arah dengan ibu jarinya, arah kamar yang terdapat Christy.
"Buka aja pintunya, dia ada di sana. Gue mau pergi dulu," tambah Zirga yang langsung bergerak keluar dari apartment meninggalkan Chika. Sebelumnya Chika pernah apartmentnya, jadi ia tidak terlalu khawatir karena pastinya Chika sudah tau seluk beluk tempatnya.
"Iya lo hati-hati." Chika mengangguk tipis. Setelah pintunya di tutup, Chika kemudian berjalan pelan memasuki apartment itu, langkahnya pun terayun ke arah kamar yang Zirga maksud tadi.
Chika berdiri di depan pintu, sedikit takut dan berat tangannya untuk membuka gagang pintu itu. Namun, di saat Chika sudah menyentuh gagangnya, benda itu menekan tanda ingin di buka dan pintunya langsung terbuka dari dalam. "Chika? Ngapain lo di sini?" tanya Christy dengan tatapan heran karena melihat Chika yang ada di depan pintu. "Zirga mana?" tambah Christy lagi dengan keadaan bingung mencari-cari cowok itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Last Year : Survive at School
Action[ On going ] "Kalian diperbolehkan untuk membunuh satu sama lain." "Saat di akhir, satu orang dari kalian akan menjadi MVP." • • • Bukankah sekolah tempat untuk menuntut ilmu? Bermain dan bersenang-senang bersama, dikalangan anak remaja? Bagaimana j...