Di tempat lain pada saat sore itu, Chika menaiki anak tangga dengan perasaan malas karena dirinya hanya berdiam diri di rumah, tanpa ada orang lain selain asisten rumah tangga. Jujur ia sedikit bosan dan kepalanya terasa sakit karena tidak henti-hentinya memikirkan masalah yang terjadi baru-baru ini, berkelahi dengan Sean Papanya, yang meminta dirinya untuk menjauhi Christy.
Saat Chika ingin menuju kamarnya, langkahnya malah terhenti dengan kedua mata yang mengarah pada pintu kamar milik adiknya, yaitu Azica.
Hatinya benar-benar terasa diremas saat melewati kamar itu. Namun, kali ini dirinya malah tergerak untuk memasuki ruangannya. Kini tangan Chika pun mulai terayun untuk membuka pintunya dan langkahnya ikut terirama masuk ke ruangan itu, ruangan yang selalu rapi karena ART selalu membersihkannya.
Chika menghidupkan lampu ruangan itu dan langkahnya kembali terayun ke arah kasur. Tidak lama tubuh itu pun mulai mendarat di kursi belajar yang ada di dekat sana, dan tangannya menyentuh beberapa deret buku yang terletak di atas meja.
Dengan kedua mata yang sendu, Chika memperhatikan buku itu, buku diary dan album foto milik adiknya. "Kakak kangen banget sama kamu dek," lirih Chika.
Chika mengulum bibirnya, tersenyum getir sembari menatap buku diary itu dan mengelusnya menghilangkan sedikit debu yang menempel. "Kakak sayang banget sama kamu, maafin kakak ya?"
Buku itu mulai Chika buka lembar per lembar, memperlihatkan tulisan yang rapi dan sedikit hiasan tinta beberapa warna di beberapa kata yang ada di tulisan itu. Helaan nafas diiringi isakkan, terdengar pelan dari mulut Chika, nafasnya terasa sangat sesak karena teringat kenangan indah bersama adiknya.
Drrtt! Drrtt!
Beberapa menit dengan keadaan yang hening, pandangan Chika pun langsung tertuju pada ponselnya karena suara notifikasi yang masuk. Tangan Chika langsung tergerak untuk melihat pesan itu.
Chika mengerutkan dahinya, melihat nomor yang tidak di kenal mengirim sebuah video dan satu kalimat di bawahnya, "Dia pembunuh." Chika yang penasaran langsung melihat video itu dan menontonnya.
Beberapa menit setelahnya, mata Chika membulat sempurna begitu terkejut setelah melihat video itu hingga ia benar-benar tidak menyangka. Tangan itu bergetar takut, betapa kagetnya hingga Chika terlihat gelagapan dan ingin segera keluar dari kamar itu.
•
•
•Kini Christy telah menapakan kakinya di suatu gudang penyimpanan barang di perusahaan milik Sean, karena Chika yang menyuruhnya untuk ke sana.
Christy menginjakan kaki di tempat itu, masuk begitu saja karena yang pasti Chika telah menunggu dirinya.
Hanya terdapat satu lampu remang saat memasuki tempat itu, yang menerangi di pertengahan tempatnya. Tanpa ragu, Christy langsung memasuki tempat itu dengan kedua matanya yang mencari-cari keberadaan Chika, sesekali Christy memanggil nama itu dengan tubuh yang berputar melihat ke segala arah.
"Chik, kenapa? Kenapa lo nyuruh gue datang ke sini?" Setelah melihat bayangan hitam yang mungkin itu adalah Chika, pandangan Christy langsung lekat ke arah sana, menunggu Chika untuk datang menghampirinya.
Dari kejauhan memang terlihat Chika yang mendekat, Christy pun ikut melangkah hingga berhadapan dengan Chika di tempat itu. Alis Christy terangkat seakan bertanya, tetapi raut wajah Chika terlihat tidak ada ekspresi sama sekali.
"Kenapa Chik?" tanya Christy lagi.
Dengan tatapan datarnya Chika mulai berucap, "Jawab sejujur-jujurnya apa yang lo lakuin di kemaren malam?"
Kalimat itu seketika membuat Christy terdiam sejenak, dahinya mengkerut heran karena pertanyaan itu. "Gue gak ngapa-ngapain, gue di apartment Zirga," ujar Christy pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Last Year : Survive at School
Action[ On going ] "Kalian diperbolehkan untuk membunuh satu sama lain." "Saat di akhir, satu orang dari kalian akan menjadi MVP." • • • Bukankah sekolah tempat untuk menuntut ilmu? Bermain dan bersenang-senang bersama, dikalangan anak remaja? Bagaimana j...