Kedua mata Christy mulai terbuka dengan perlahan, ia merasakan silauan matahari siang yang akan menjelang sore di saat itu. Tubuh Christy terduduk di rooftop dengan keadaan yang bersandar di samping pintu. Rambutnya terlihat acak-acakan akibat hembusan angin, sudah berapa lama dirinya pingsan?
Christy pun menyentuh kepalanya yang terasa sakit, pelipisnya dipenuhi dengan darah hingga di bagian lehernya.
Botol kaca, terlihat berderai di dekat sana. Namun, hal pertama yang Christy ingat saat itu adalah Chika. Dimana keberadaannya sekarang? Sebelumnya cewek itu bersama dengannya.
"Chik? Chika?" Raut wajah Christy begitu panik, cewek itu celingak-celinguk menoleh ke arah kiri dan kanannya. Tubuhnya dipaksakan untuk berdiri hingga di pikirannya hanyalah, ingin menemukan Chika di saat itu juga.
Christy memeriksa di samping tembok yang ada di sebelah kanan, tapi ia tidak melihat siapapun di sana. Namun, saat ingin ke arah kiri, Chika muncul dari balik bangunan itu, langkah Christy pun terhenti dan terdiam sejenak. "Chika." Dengan cepat Christy mendekat lalu memeluknya tanpa ragu.
Jleb.
Nafas Christy seketika tertahan, bibirnya seakan terkunci. Ia melepaskan pelukan itu, lalu kedua tangannya berpegang di pundak Chika. Apa yang dilakukan cewek itu kepada dirinya?
Kedipan mata Christy bergerak cepat, mata itu seakan kebingungan dan penuh tanda tanya. Tidak ada sepatah katapun yang keluar dari mulut Christy, tenaganya seperti menghilang dengan sendirinya, hingga satu katapun tidak mampu ia ucapkan.
Chika sedikit mendongak menatap Christy, kedua matanya memerah, penuh dengan genangan air. "Lo jahat!" Air mata Chika kembali berlinang. Tangan kanannya menggenggam pisau lipat yang tertanam, dan tangan sebelahnya mencengkram almamater bagian belakang yang Christy kenakan.
Dengan perasaan yang masih kebingungan, Christy mulai menunduk melihat benda yang tertanam di perutnya. Tangan kanannya bergerak turun memegangi tangan Chika yang menggenggam pisau lipat itu. "Apa yang lo lakuin?" ucap Christy begitu pelan hingga terdengar seperti berbisik. Pandangannya terangkat sejenak, begitu susah menelan salivanya, ia pun langsung menarik pisau itu hingga tercabut dari perutnya.
Bruk!
Tubuh Christy mulai terjerembab, ia seketika kehilangan keseimbangan untuk terus berdiri. Darah segar langsung merembes di seragam yang Christy kenakan, cewek itu sudah berlumuran darah. Tangannya menutupi luka itu dengan nafas yang tersengal.
"Lo jahat Christy, lo jahat! Kenapa lo ngebunuh adik gue." Chika menangis tersedu-sedu setelah mengucapkan kalimat itu.
Christy yang mendengar tuduhannya tidak membela diri sama sekali, ia hanya diam dan pasrah. Kedua matanya menatap lekat Chika yang terus menangis, seakan dirinya meminta maaf.
Tanpa di duga, suara langkah kaki terdengar cepat, Aldo dan Farell datang, keluar dari pintu rooftop lalu melihat Christy yang terbaring dengan genangan darah. Kedua cowok itu disusul Ashel dan Olla yang juga keluar dari pintu rooftop.
"Christy?!" Ashel dan Olla langsung mendekat pada Christy, menyejajarkan tubuhnya dengan Farell. Sedangkan Aldo, ia masih berdiri dan diam, memahami apa yang telah terjadi.
Pandangan Aldo terangkat diikuti Farell, Ashel, dan Olla yang juga melihat tubuh Chika yang terdiam mematung dengan air mata yang terus mengalir membasahi pipinya. Namun, mereka dibuat kaget saat melihat Chika yang menggenggam pisau lipat yang terdapat bercak darah.
Aldo mulai mendekat pada Christy, menyejajarkan tubuhnya dengan satu kaki yang menekuk. "Gue bakal bawa lo ke rumah sakit," ucap Aldo sembari melepaskan almamaternya. Dengan perlahan, ia melilitkan almameter itu ke tubuh Christy yang terdapat luka tusukan, mungkin dengan itu akan sedikit membantu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Last Year : Survive at School
Aksi[ On going ] "Kalian diperbolehkan untuk membunuh satu sama lain." "Saat di akhir, satu orang dari kalian akan menjadi MVP." • • • Bukankah sekolah tempat untuk menuntut ilmu? Bermain dan bersenang-senang bersama, dikalangan anak remaja? Bagaimana j...