Pagi dini hari dengan suasana yang masih gelap, Sean terbangun dari tidurnya saat mendengar suara Aldo yang sedang berpamitan pada Shani. Laki-laki itu mulai berdiri dan melihat putrinya yang masih tertidur di atas bangsalnya.
Mengapa Chika bisa berada di rumah sakit? Karena, di malam itu saat Sean sedang menunggu Christy di ruang penanganan, laki-laki itu mendapatkan telepon dari Renata yang mengabarkan bahawa putrinya tiba-tiba pingsan. Sean pun berpamitan pada Aldo dan Shani lalu bergegas mendatangi putri dan istrinya yang berada di rumah. Ia membawa Chika ke rumah sakit untuk di periksa lebih lanjut, dan hasilnya gadis itu pingsan karena kelelahan akibat hujan-hujanan.
Kini Sean melangkah mendatangi Aldo yang berada di satu ruangan itu, gorden menjadi penghalang antar Christy dan Chika yang dirawat di sana.
"Om? Gimana keadaan Chika?" tanya Aldo pelan saat melihat Sean yang berada di depan gorden yang menutupi setengah dari tempat Christy.
"Chika baik-baik saja. Gimana keadaan Christy? Apa dia sudah sadar?" tanya Sean dengan nada pelan. Laki-laki itu melihat tubuh Shani yang tertidur dengan keadaan tubuh yang bersandar di bangsal Christy sembari menggenggam tengan gadis itu.
Aldo menggelengkan kepalanya. "Belum sadar, Om," jawabnya.
Tangan Aldo meraih gagang pintu lalu membukanya. Cowok itu keluar dari ruangan diikuti oleh Sean yang juga ikut keluar dari ruangan.
Mereka mulai berjalan melewati lorong rumah sakit yang masih terlihat sepi. Sean mulai memasukan kedua tangannya ke dalam saku lalu menoleh pada Aldo. Begitupun Aldo yang ikut memasukan kedua tangannya ke dalam saku setelah melihat Sean dengan ekor matanya. "Christy adalah karyawan saya yang bekerja di cafe toss," ujar Sean.
Aldo hanya diam melirik laki-laki itu yang berjalan di sampingnya. "Apa kamu keluarga Christy?" lanjut Sean bertanya.
"Saya tidak memiliki hubungan apapun dengan Christy, hanya teman dekat." Aldo terdiam beberapa detik. "Saya sudah tidak memiliki orang tua lagi. Saya menganggap Tante Shani sebagai Ibu saya sendiri, saya mendapatkan kasi sayang dari dia setelah kepergian ibu saya," lanjut Aldo berucap santai pada laki-laki itu.
Sean sontak menoleh lalu tersenyum bangga pada remaja itu. "Kamu sangat beruntung bisa mengenali Shani dan putrinya."
"Mengapa?" Aldo mengerutkan dahinya terheran mendengar perkataan yang keluar dari mulut laki-laki itu.
"Saya yakin dia adalah orang baik dan bisa menyayangimu dengan tulus setelah ibumu." Mereka sampai di lobby rumah sakit dan terhenti. Sean merangkul Aldo lalu menepuk bahu remaja itu layaknya seorang anak di matanya. "Terima kasih karena kamu sudah membantu Christy dan putri saya." lanjutnya.
Aldo yang mendengar itu hanya tersenyum tipis. "Sama-sama, Om. Saya akan pulang dan berangkat ke sekolah, pagi ini." Aldo berucap pada Sean lalu mencium punggung tangan laki-laki itu. Setelah selesai, Aldo pun pergi menuju motornya yang terparkir.
•
•
•Chika terusik dari tidurnya saat cahaya matahari menembus kaca yang sebelumnya dihalangi gorden. Setelah membuka lebar gorden rumah sakit, Sean langsung mendekat pada anaknya yang berada di atas bangsal, cairan infus mengalir, berusaha masuk ke tubuh gadis itu.
Sean mengusap lembut puncak kepala putrinya. "Kak,..." panggil Sean lembut.
"Iya, Pa?" jawab Chika dengan suara serak, ia merasakan tubuhnya yang sakit, menggigil dangan suhu tubuh yang panas. Gadis itu demam akibat malam itu yang membuatnya sangat syok, ketakutan dan penuh tanda tanya, namun gadis itu tidak berani untuk menceritakan kejadiannya bersama Christy sebelumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Last Year : Survive at School
Action[ On going ] "Kalian diperbolehkan untuk membunuh satu sama lain." "Saat di akhir, satu orang dari kalian akan menjadi MVP." • • • Bukankah sekolah tempat untuk menuntut ilmu? Bermain dan bersenang-senang bersama, dikalangan anak remaja? Bagaimana j...