Diperjalanan menuju bangunan utama, pandangan Christy tidak sengaja tertuju pada Aldo yang berada di taman, tepatnya di bawah pohon yang terdapat kursi besi. Cowok itu sedang bertelponan membuat Christy menyipitkan matanya dengan tatapan curiga. Christy masih merasa memiliki urusan dengan Aldo, dan ia berfikir ingin mendatangi cowok itu.
Setelah bersantai cukup lama di UKS dan selesai mengobati luka di telapak tangannya, Christy berfikir untuk segera pergi dari sana dan kembali ke kelas bersama dengan Chika yang selalu menemaninya. Namun, karena melihat keberadaan Aldo membuat langkahnya terhenti.
"Chik, lo duluan aja gapapa, kan? Gue masih ada urusan," ucap Christy pada Chika yang berjalan di sampingnya.
Chika menatap tanya pada Christy. "Lo mau kemana?" tanyanya.
Christy menunjuk Aldo dengan dagunya membuat Chika menoleh ke arah cowok itu. "Gue ada urusan sama Aldo," jawab Christy jujur.
"Enggak!" tekan Chika. Tidak mungkin ia membiarkan Christy yang baru saja berkelahi dengan cowok itu.
"Kalau gitu lo diam di sini, gue cuma sebentar," balas Christy.
"Lo gak boleh sendiri, gue ikut," sahut Chika cepat.
"Lo tetap di sini jangan ikut, ini masalah pribadi gue!"
"Christy.."
"Diam Chika!"
"Kalau kalian berantem lagi, gimana?"
"Enggak akan!" tekan Christy.
"Christy gue mohon.. Gue gak mau lo kenapa-napa.." Chika berucap lembut, dengan tangannya yang sudah menggenggam erat jari-jari Christy.
"Ssshhh.." Christy berdesis dan seketika membuat Chika menelan ludahnya. Rahang Christy mengetat dengan gigi menggertak kesal.
Kedua mata Chika terpaku menatap wajah datar yang Christy tunjukan. Chika pun melepaskan tangannya.
"Mama.." Tiba-tiba Chika malah menangis. Tidak peduli lagi dengan kekesalan yang Christy tunjukan, Chika malah langsung memeluk tubuh Christy dengan erat.
Christy tidak mengatakan apapun, tetapi ia membalas pelukan Chika yang menangis memeluk tubuhnya.
"Cengeng banget sih! Bikin naik darah!" ucap Christy dengan santainya membuat Chika semakin menangis sejadi-jadinya. Padahal nada bicara Christy hanya terdengar bercanda. Namun, tetap saja membuat Chika semakin menangis.
"Yaudah m-maaf.. Gue kan gak mau lo kenapa-napa, kenapa lo gak pernah ngerti.. Maaf, maaf," tangis Chika dengan kalimat itu yang samar-samar keluar dari mulutnya.
Sembari memeluk tubuh Chika, Christy hanya menahan tawanya saat mendengar kalimat itu yang lucu menurutnya.
"Cupcup." Christy mengelus lembut punggung Chika lalu berpindah mengusap puncak kepalanya. "Gue gak punya permen, berhenti dong nangisnya," bujuk Christy sembari menahan tawanya.
"Aaaaaa.. Lo ma gitu.." rengek Chika lalu kembali menangis. Chika semakin menenggelamkan wajahnya di dada Christy.
Christy tertawa gemas, lalu tangannya meraih lengan Chika yang melingkar di bagian pinggangnya. Christy memindahkan lengan itu menjadi melilit dibagian lehernya, lalu Christy pun menggendong Chika dengan enteng. Langkah Christy terayun tanpa menghiraukan beberapa murid lain yang lewat. Christy mengarah ke tangga untuk kembali ke kelasnya.
"Turunin gue!" Disela menaiki satu per satu anak tangga, Christy harus terhenti karena Chika tiba-tiba memberontak agar dirinya diturunkan.
Christy menghembuskan nafasnya kasar, lalu bola mata itu terarah tepat di kedua bola mata Chika. "Diam! Atau mau gue lempar dari sini, biar kaki lo patah?" bisik Christy membuat Chika merinding saat mendengarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Last Year : Survive at School
Ação[ On going ] "Kalian diperbolehkan untuk membunuh satu sama lain." "Saat di akhir, satu orang dari kalian akan menjadi MVP." • • • Bukankah sekolah tempat untuk menuntut ilmu? Bermain dan bersenang-senang bersama, dikalangan anak remaja? Bagaimana j...