PARK 01 : MURID BARU

8K 505 33
                                    

Satu tahun kemudian.

Di dalam kamar tepatnya di depan cermin, cewek dengan rambut panjang terurai, terlihat sedang merapikan seragam yang dikenakannya. Almamater hitam, dasi yang menggantung dan celana panjang hitam yang menjadi bawahan.

Dia adalah Angelina Christy Nazela, memiliki sifat cuek dengan tatapan datar. Mungkin melihatnya tersenyum suatu hal yang mustahil setelah satu tahun lalu harus kehilangan sahabat dekatnya. Identik dengan salah satu cewek tinggi di sekolah, yang memiliki tinggi badan 177 cm yang sering kali setara dengan cowok-cowok yang ada di sekolah itu.

Hari ini adalah hari Senin. Terlihat Christy sudah siap dengan seragam sekolahnya beralmameter lengkap. Kini cewek itu sudah menduduki bangku akhir yaitu kelas 12 yang sebentar lagi akan mengikuti ujian kelulusan.

Setelah cukup lama berdiri di depan cermin, gadis itu mulai melangkah meraih gagang pintu lalu membukanya. Tangan kirinya membawa sepatu full putih yang akan digunakannya di hari ini. Tas selempang hitam yang menggantung di pundaknya, juga menghiasi tubuh yang diselimuti seragam itu.

Christy tinggal di rumah sederhana yang sedikit jauh dari pertengahan kota. Namun, waktunya menempuh perjalanan ke sekolahnya hanya menghitung beberapa menit, karena tidak terlalu jauh dari rumahnya.

Christy pun mendaratkan tubuhnya di teras rumah untuk mengenakan sepasang sepatu yang ia bawa.

Selang beberapa detik saat Christy sibuk memasang sepatunya, Shani datang dan berdiri di samping Christy memberikan kotak bekal di tangannya. Dia adalah Shaniza Nazela, sang Bunda yang masih terlihat muda bahkan terlihat setara dengan Christy. Memiliki sifat lembut dan sangat perhatian pada putrinya.

"Nih, bekal kamu. Dimakan, ya?" ujar Shani dengan tangan yang mengulurkan kotak bekal itu pada Christy.

"Iya Bun, pasti Christy makan," balas Christy dan mengambil kotak bekal itu, ia langsung memasukannya ke dalam tas.

Setelah selesai, Christy pun beranjak lalu merapikan tasnya agar menggantung nyaman di pundak. "Christy berangkat, ya, Bun. Bunda jangan lupa makan." Christy meraih tangan Bunda untuk berpamitan.

"Iya sayang. Kamu belajar yang rajin, ya?" Setelah memberikan tangannya, Shani langsung mencium kedua pipi Christy. Anak itu tersenyum, sedikit mengangguk menatap Shani.

"Iya Bunda."

Christy mendekati motornya lalu mengenakan helm. Tangannya melambai sejenak pada Shani lalu menancapkan gasnya untuk menempuh perjalanan menuju sekolah.



Setelah menempuh perjalanan yang memakan beberapa menit dari rumahnya, akhirnya Christy telah sampai di sekolah. Saat berada di dalam kelas, Christy sama sekali tidak ingin berbaur dengan teman kelasnya.

Mendengar musik, membaca buku, bahkan hanya diam menyendiri, hal itu lebih menghibur baginya. Saat di sekolah, ia tidak ingin berteman sama siapapun, sebuah alasan khusus Christy terpaksa menjauhi teman-temannya yang dulu sempat ia kenal.

Tepat pukul tujuh pagi, bell sekolah mulai terdengar dan berbunyi nyaring di spiker seluruh kelas. Para murid dipersilahkan untuk turun mengikuti upacara bendera. Para siswa siswi dari lantai atas hingga lantai bawah berbondong-bondong menuju lapangan upacara yang keluar melewati lobby sekolah.

SMANTA HIGHT SCHOOL, sekolah dengan gedung yang cukup besar dengan lapangan yang ada di tengah-tengah dan di depan gedung utama. Tidak hanya para murid dari kalangan kaya yang dapat bersekolah di sana, para murid beasiswa dan anak-anak yang kurang mampu pun dipersilahkan dengan serius berniatan untuk belajar. Namun, setelah menjadi bagian dari murid SMANTA, para murid dari kalangan bawah malah tidak menyangka, mereka hanya ingin bersekolah dengan nyaman tetapi realitanya sebuah permainan harus mereka lalui di sekolah itu dengan nyawa yang menjadi taruhan.

Last Year : Survive at SchoolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang