Perlahan kedua mata Christy mulai terbuka. Hal pertama yang dilihatnya adalah langit-langit ruangan yang buram. Beberapa kali Christy memerjabkan mata dan kedua mata itu mulai melihat sekitaran dengan jelas.
"Christy?? kamu udah sadar, sayang?" tanya Shani begitu lembut. Namun, nada kalimat yang keluar terdengar sendu.
"B--bunda?" Christy bisa melihat kedua mata perempuan itu telah sembab. Setelah itu, mata Christy melirik jam dinding yang menempel di kamarnya, tepat pukul satu pagi dirinya sadar.
Christy mulai kebingungan kenapa dirinya bisa berada di sini. Yang ia ingat dirinya sedang di SMANTA berhadapan dengan sosok dibalik topeng wolf, yaitu Aldo. Namun, pandangan Christy teralihkan ke arah pintu yang terbuka. Terlihat Zirga yang memasuki kamarnya dan berjalan mendekat.
"Kenapa gue bisa ada di sini?" Christy mencoba untuk duduk. Namun, dengan cepat Zirga menahannya.
"Bun??" tanyanya pada Shani.
"Mending sekarang lo istirahat aja," balas Zirga pada Christy. "Tan? Tante juga istirahat, ini udah larut malam, biar Zirga yang jagain di depan."
Shani mengangguk. "Makasih, ya, Zirga," balas Shani.
Zirga tersenyum lalu mengangguk sebagai balasan. Ia menatap Christy cukup lama lalu mengangguk tipis seakan menyuruhnya untuk istirahat terlebih dahulu. "Gue tetap di sini. Besok pagi baru gue pulang."
Setelah itu langkah Zirga pun terayun ke arah luar. Ia akan istirahat dan duduk di sofa.
•
•
•Setelah turun dari mobil dan berpamitan pada Renatha, langkah Chika pun terayun memasuki gerbang SMANTA. Seperti hari-hari biasanya, pagi ini Chika kembali bersekolah. Namun, hari ini para murid kelas X dan XI sudah bersekolah seperti biasa karena ujian telah selesai. Sekolah itu kembali ramai dengan ribuan para murid yang masuk.
Koridor begitu berisik hingga Chika menginjakan kaki di dalam kelasnya. Bangku di kelas itu sudah tersusun kembali, ia sangat berharap Christy sudah datang pagi ini. Namun, dirinya malah tidak melihat cewek itu di bangkunya.
Saat Chika sudah sampai di bangkunya, hal pertama yang dilihatnya adalah selembar kertas di atas meja lalu melihat tas selempang Christy yang ternyata ada di sana, menandakan cewek itu ternyata sudah datang. Setelah menggapai kertas itu, Chika pun melihat sekitaran. Namun, tidak melihat keberadaan Christy. Kedua matanya pun terhenti pada Ashel yang menatapnya lama.
Chika terdiam kaku karena tidak tahu maksud dari kertas itu, ditambah Ashel yang juga sedari tadi menatapnya. Chika memberanikan diri untuk bertanya, langkahnya pun terayunkan. "Ashel ini maksudnya apa?" tanya Chika lalu memperlihatkan kertas itu. Ia berharap cewek itu mau menjawab pertanyaannya.
"Last game," kata Ashel dengan pandangan yang tidak lari sedikit pun. Olla menoleh, melihat keduanya dan ikut menatap Chika.
Chika menunduk, melihat lama tulisan dari kertas itu. "Last game akan dimulai pukul sembilan malam." Chika bingung, ia tidak mengerti.
"Maksudnya apa, Shel? Gue gak ngerti," tanya Chika.
"Malam ini gak boleh pulang sampai last game selesai," jawab Ashel dengan ekspresi datar.
Chika mengangguk pelan lalu mengulum bibirnya. Jari tangan itu bermain-main di bawah, terlihat jelas dirinya sudah sangat canggung dengan cewek itu. "Kalian liat Christy gak?" tanya Chika ragu-ragu.
Ashel mengedikan bahu. "Gak tau. Gak peduli juga," balas Ashel cepat.
"Shel?" tegur Olla di sampingnya membuat Ashel langsung menoleh. "Christy keluar, kita gak tau kemana," sambung Olla memberi tahu Chika. "Btw soal kertas itu, lo enggak sendirian. Kita semua juga dapat kertas itu." Olla mengeluarkan kertas itu dari sakunya lalu diperlihatkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Last Year : Survive at School
Aksi[ On going ] "Kalian diperbolehkan untuk membunuh satu sama lain." "Saat di akhir, satu orang dari kalian akan menjadi MVP." • • • Bukankah sekolah tempat untuk menuntut ilmu? Bermain dan bersenang-senang bersama, dikalangan anak remaja? Bagaimana j...