"huekk"
"Ya ampun, kok bisa muntah begini?"omel Rista sambil mengusap punggung putrinya.
"Em__masuk angin ini, mah."ucap Nafisah sambil membersihkan bibirnya.
"Sejak kapan kamu masuk angin sampai muntah-muntah begini?"
"Sejak hari ini."balas Nafisah seadanya.
"Ck! Jangan bilang karena makanan mama ya, kamu jadi muntah."omel Rista dengan nada kesal.
"Enggak kok, mah. Ini Fisah emang masuk angin. Tadi di kampus juga mual."
Rista mengangguk."Ya sudah, cepat makan lagi lalu minum obat. Setelah itu masuk kamar dan istirahat."
"Siap, mah."balas Nafisah lalu kembali duduk.
Rista sendiri juga kembali duduk sambil menatap putrinya. Aneh sekali, padahal Nafisah biasanya masuk angin tidak sampai muntah. Paling cuma pusing sedikit, tapi ini kok muntah?
"Huek"Nafisah kembali menutup mulut karena mual.
"Kenapa, mual lagi?"tanya Rista.
"Iya, mah. Ini ikannya ada baunya, Fisah jadi mual."adu Nafisah lalu mendorong piring ikan menjauh.
"Kamu ini macam ibu hamil saja, penciumannya sensetif."omel Rista lalu menuangkan segelas air putih lalu memberikannya pada Nafisah.
"Hm.. Fisah ke kamar ya, mah. Mau istirahat."ucap Nafisah setelah menghabiskan segelas air.
"Minum obat dulu."suruh Rista.
"Nanti."balas Nafisah lalu segera berdiri dan melangkah menuju kamarnya.
Rista hanya bisa menggeleng pelan lalu menatap ke arah pintu saat mendengar suara sepeda motor. Itu pasti suaminya.
Dengan segera, Rista bergerak membuka pintu untuk suaminya.
"Kok telat pulangnya, mas?"tanya Rista lalu menyalimi suaminya.
"Ada banyak barang datang di toko, jadi mas tidak bisa pulang cepat."sahut Anhar kemudian melangkah masuk ke dalam rumah.
Rista segera menutup pintu lalu menguncinya."Mas sebaiknya mandi dulu, baru nanti kita makan bareng."
"Fisah mana?"tanya Anhar karena tak melihat wajah putri kesayangannya.
"Lagi di kamar, mas. Aku suruh istirahat."
"Fisah sakit?"
"Masuk angin, mas. Tadi barusan muntah jadi aku suruh istirahat di kamar."
Anhar mengangguk lalu bergegas melangkah menuju kamar. Setelah mandi baru nanti dia melihat keadaan putrinya.
Sedang di tempat lain, terlihat seorang pria berusia tiga puluh tahunan sedang merasa cemas. Pasalnya dia tadi baru saja mengatakan alamat rumah dari mahasiswinya yang bernama Nafisah.
"Ini benar alamatnya kan Laks? Kamu tidak berbohong kan?"tanya Bahrul tajam.
"Iya, pah. Tapi__"
"Ya sudah, kita langsung berangkat saja. Lagipula ini belum terlalu malam dan jaraknya lumayan dekat."usul Sinta yang sudah selesai bersiap.
"Mah, ada sesuatu yang ingin aku katakan. Sekali lagi ini hanya sal__"
"Ayo, kita berangkat!"ajak Bahrul yang langsung disetujui oleh Sinta. Keduanya langsung melangkah menuju pintu. Sedang Laks hanya bisa menghela napas.
Ini antara orang tuanya ngebet punya menantu dan cucu atau memang tidak suka mendengar penjelasan. Padahal sudah beberapa kali dijelaskan tapi kok tidak mengerti juga.
Laks langsung memijat kening lalu mengikuti langkah kedua orang tuanya. Lagipula nanti saat tiba di sana, mahasiswi nya yang bernama Nafisah itu pasti akan menjelaskan kesalahpahaman ini. Dan kalaupun benar hamil, sudah jelas bukan anaknya.
Begitu tiba di rumah yang cukup sederhana namun terlihat asri. Bahrul dan Sinta segera turun diikuti oleh Laks.
"Dengar, Laks! Apapun yang terjadi nanti jangan melawan. Kamu itu sudah salah jadi harus bertanggung jawab."pesan Sinta sambil menatap putranya.
"Benar. Ini menyangkut anak kamu dan cucu kami. Jadi jangan pernah lari dari tanggungjawab."sambung Bahrul.
"Tapi ini cuma kesalah__"
"Ayo jalan, pah. Ketuk pintunya!"suruh Sinta dan mengabaikan apa yang ingin putranya katakan.
Bahrul segera naik kepelataran rumah namun sebelum mengetuk pintu. Pemilik rumah sudah membukanya terlebih dahulu.
"Siapa ya?"itu adalah Rista. Ia bergegas keluar saat mendengar suara mobil berhenti di depan rumahnya.
"Ini pasti ibunya Nafisah ya?"tanya Sinta sopan.
Rista mengernyit lalu mengangguk."Iya. Kalian cari anak saya?"
"Betul. Lebih tepatnya kami mencari orang tua Nafisah."
Mendengar hal itu, Rista segera mempersilahkan tamunya untuk masuk.
"Silahkan duduk! Maaf jika rumahnya sedikit berantakan."ucap Rista sopan.
"Sama saja seperti rumah kami,"balas Sinta lalu menatap sekeliling."Nafisahnya mana ya?"
"Oo ada di kamarnya, istirahat. Tadi baru saja muntah-muntah, mungkin masuk angin."jawab Rista jujur.
Sinta melotot."Muntah-muntah?"
"Iya. Tidak biasanya anak itu sakit sampai muntah seperti tadi."ucap Risti lalu menoleh saat suaminya datang.
"Loh ada tamu?"tanya Anhar yang datang setelah selesai shalat.
"Katanya mau ketemu kita, mas."sahut Rista lalu membiarkan suaminya menemani tamu sedang ia pergi ke dapur untuk membuat teh.
Anhar ikut duduk di sofa lalu menatap tamunya. Berapa kalipun dia lihat, tamu ini sama sekali tidak dikenal.
"Maaf, apa kita pernah bertemu sebelumnya?"tanya Anhar membuat Bahrul segera menyahut.
"Belum, ini pertama kalinya. Perkenalkan saya Bahrul, ini istri saya Sinta dan anak kami Laksamana Mahendra."
Anhar tersenyum ramah ke arah tamunya."Saya Anhar dan tadi istri saya Rista."
Bahrul mengangguk."Begini, pak Anhar. Tujuan kedatangan kami ke sini adalah untuk melamar putri kalian untuk putra kami."
Anhar langsung terperanjat. Lengah sedikit saja putrinya malah dilamar orang.
"Kami harap pak Anhar bisa menerima lamaran kami."lanjut Sinta.
"Tapi ini terlalu mendadak. Putri kami juga masih kuliah. Kami maunya Fisah menikah setelah wisuda agar nanti bisa fokus merawat suami. Kalau sekarang sepertinya__"
"Jangan buru-buru menolak pak Anhar. Anda pasti akan langsung setuju setelah tahu kalau__"
"Mah!"tegur Laks.
"Ck! Diam! Biar para orang tua yang selesaikan."tegur Sinta lalu kembali menatap calon besannya.
"Begini pak Anhar, ada sesuatu yang mendesak hingga kita harus segera menikahkan kedua anak kita."ucap Bahrul. Dia juga sedikit sulit mengatakan kenyataan ini. Malu juga datang melamar disaat putranya sudah menghamili anak orang.
"Sesuatu yang mendesak apa, pak Bahrul? Putri kami masih muda dan__"
"Nafisah sudah hamil."
Prangg
Teh yang dibawa Rista dari dapur segera jatuh ke lantai.
"Fisah hami?"tanya Rista dengan mata melotot. Begitupun Anhar yang kaget luar biasa.
Bersambung

KAMU SEDANG MEMBACA
Dilamar Pak Dosen
RomanceAku hamil. Dua kata yang Nafisah ketik di ponselnya kemudian ia kirim ke nomer teman masa kecilnya. Tapi kenapa setelah itu keluarga dosennya malah datang melamar.