Bab 11

38.9K 1.9K 21
                                    

Fisah melirik tubuhnya lalu menggeleng pelan. Sebenarnya apa yang salah? Kenapa sejak masuk gerbang kampus tadi banyak sekali orang yang menatapnya terutama para mahasiswi. Bahkan ada yang terang-terangan berbisik saat ia lewat.

"Ck! Kenapa sih?"gumam Fisah lalu mengusap rambutnya. Hari ini benar-benar tidak ada yang berjalan lancar. Tadi pagi ia bangun terlambat padahal hari pertama menginap di rumah mertua dan mama Sinta dengan santai bilang tidak masalah, namanya juga hamil muda.

Entah bagaimana reaksi keluarga mertuanya nanti saat tahu bahwa ia tidak hamil. Apa mereka akan marah dan mengusir dirinya karena merasa ditipu?

"Eh itu mahasiswinya kan?"

Fisah mengernyit. Apa maksudnya mereka bicara begitu? Apa ada yang melihat ia turun dari mobil pak Laks dan langsung bergosip, pikir Fisah. Tapi sepertinya tidak mungkin. Apalagi ia juga turun agak jauh dari lingkungan kampus, harusnya kalaupun ada yang melihat, gosipnya tidak akan menyebar secepat itu.

Karena tak nyaman melihat pandangan orang-orang, Fisah memutuskan untuk langsung masuk ke kelasnya. Namun baru beberapa langkah memasuki ruangan, teman-temannya malah berdiri menyambutnya.

"Selamat Fisah.."

"Kenapa tidak bilang kalau mau menikah."

Hah?

"Selamat yah.. Jangan lupa undangannya."

Fisah melotot."Siapa yang menikah?"

"Ck! Jangan pura-pura lagi. Kita semua sudah tahu loh kamu menikah sama pak Laks."

Tubuh Fisah langsung gemetaran. Kok bisa anak-anak pada tahu? Apa ini alasan sejak masuk gerbang tadi banyak yang menatapnya.

Karena penasaran Fisah langsung menarik tangan Anita ke luar dari kelas.

"Kenapa? Ciee yang baru nikah."ledek Anita membuat Fisah mendesis kesal.

"Dari mana kalian tahu tentang pernikahan ini?"tanya Fisah cepat.

"Ya tahu lah. Bahkan semua orang sudah tahu. Kan foto saat ijab qabul dipajang di instagram kampus. Kamu belum lihat?"tanya Anita enteng membuat Fisah menggeleng. Ponselnya rusak jadi tidak tahu apapun.

"Aku juga sudah mengirim pesan tapi tidak ada balasan. Aku pikir kalian pasti sedang malam pertama."ucap Anita lalu menunjukkan foto yang terpajang di instagram kampus dari ponselnya.

Fisah kembali melotot saat melihat foto yang terpajang di instagram kampus dengan caption ucapan selamat itu. Sialnya lagi itu memang foto saat ijab qabul di rumah sakit, jadi ia tidak bisa menyangkal.

'Aku kan sudah bilang untuk dirahasiakan.' batin Fisah kesal bercampur malu juga. Karena pasti akan banyak orang yang mengejeknya nanti.

Anita menatap ke arah kelas mereka lalu segera menarik lengan Fisah saat terlihat pak Laks memasuki kelas.

"Ck! Sabar dong."kesal Fisah.

"Itu pak Laks sudah masuk kelas."

Fisah langsung menutup wajahnya. Rasanya ia ingin menangis sekarang.

Begitu tiba di depan kelas, Fisah bisa merasakan tatapan semua orang ke arahnya.

"Permisi, pak."sapa Anita sopan kemudian melangkah menuju kursinya. Fisah pun juga melakukan hal yang sama, bedanya ia tidak menyapa atau menatap dosen yang saat ini sedang berdiri di depan kelas.

"Cieee.. "

Fisah langsung menatap garang beberapa mahasiswa yang terang-terangan mengejeknya meski tanpa suara. Tapi Fisah kan bisa membaca gerak bibirnya.

Kenapa keadaan seperti ini harus terjadi kepadanya?

"Baiklah. Sesuai janji, kita akan mengadakan ujian tengah semester hari ini. Saya harap kalian semua sudah siap."ucap Laks yang dibalas anggukan oleh semua orang yang ada di kelas kecuali Fisah tentunya.

'Untungnya aku sudah tahu soal dan telah menghapal jawabannya, setidaknya ada satu hal baik dalam pernikahan ini.' batin Fisah lalu menatap ke arah layar yang menampilkan soal ujian.

"Waktunya dua jam pelajaran dan silahkan menuliskan jawaban tanpa membuka buku atau ponsel."

"Apa ini?"kaget Fisah cukup keras hingga semua orang bisa mendengar dan kini menatap ke arahnya.

"Apa ada masalah?"tanya Laks menatap gadis yang sejak tadi malam menganggu ketenangannya itu.

Fisah langsung menggeleng kemudian menunduk. Kenapa soal yang ia baca tadi malam berbeda dengan yang sekarang ditampilkan di layar. Kalau seperti ini, ia benar-benar akan mati.

"Apa ada pertanyaan?"tanya Laks menatap seluruh kelas.

"Tidak ada, pak."sahut seorang pria yang juga adalah ketua kelas.

Laks mengangguk."Kalau begitu, silahkan mulai mengerjakan soalnya sekarang."

Semua orang langsung fokus menulis jawaban mereka. Hanya Fisah yang nampak kosong. Ia tidak membaca bagian lain dan sialnya otaknya pun tak mengingat apapun.

Ini sih namanya pembunuhan berencana, batin Fisah lalu menatap tajam pria yang duduk di kursi dosen itu.

Laks mengernyit saat mendapat tatapan super tajam dari istrinya. Tapi sesaat kemudian dia langsung menyeringai.

"Jika ada yang nilainya di bawah tujuh puluh maka harus mengerjakan tiga proposal untuk menambah nilai."

Brukk

Fisah langsung mengambil tasnya yang tadi jatuh. 'Awas saja di rumah.' batinnya kesal lalu mulai mengisi lembar jawaban secara asal.

Bersambung

Dilamar Pak DosenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang