"Bisa-bisanya abang lupa. Padahal aku di kampus nungguin sampai dua jam."marah Fisah lalu segera mengambil tas miliknya kemudian berlari keluar.
"Fisah, tunggu! Fisah."panggil Laks mengejar sedang Rania hanya diam. Sepertinya ia membuat kesalahan besar hari ini.
"Eh Rania, kalian sudah datang. Mana Laks?"tanya Sinta. Ia mendengar keributan dari arah luar dan segera keluar.
Rania segera mendekati Sinta."Bibi, bang Laks dan istrinya sepertinya bertengkar."adu Rania panik.
"Hah? Bertengkar karena apa?"kaget Sinta.
Rania meremas jari-jarinya."Sepertinya kakak ipar marah karena bang Laks lupa menjemputnya di kampus."
Sinta hanya bisa berdecak kesal. Kenapa ada saja masalah."Lalu di mana sekarang abang dan kakak iparmu?"
"Kakak ipar pergi dan abang mengejarnya."beritahu Rania pelan membuat Sinta menghela napas.
"Ya sudah. Biarkan Laks mengurus istrinya. Kamu sebaiknya segera ke kamar dan membersihkan diri."titah Sinta pelan lalu bergegas mengambil ponselnya.
Sedang di luar, terlihat Fisah yang terus melangkah dan Laks mengikutinya.
"Abang minta maaf. Abang benar-benar tidak mengerti kenapa bisa lupa."
Fisah segera berbalik. Air matanya berjatuhan seolah ia benar-benar sangat terluka.
Laks segera mengangkat tangan dan berniat menghapus air mata istrinya."Jangan menangis ya, abang minta maaf. Ini kesalahan abang dan__"
Fisah segera menepis tangan suaminya."Abang bisa saja lupa dengan kunci mobil atau bahkan ponsel. Tapi bagaimana bisa lupa dengan istri sendiri. Apa aku begitu tidak penting bagi abang?"tanya Fisah dengan suara bergetar.
Laks langsung menggeleng."Tentu saja kamu penting. Ini benar murni kesalahan abang dan abang minta maaf."
Fisah hanya bisa tertawa."Jika aku memang penting maka abang tidak akan lupa."
"Tadinya setelah menjemput Rania, abang ingin menjemputmu. Tapi Rania tiba-tiba bilang ingin membeli sesuatu jadi abang pikir akan mengantarnya sebentar. Tapi siapa sangka saat melewati jalan Agung, Rania ingin berhenti dan melihat-lihat. Katanya ia tidak pernah ke sini, jadi__"
"Jalan Agung?"potong Fisah lalu memukul dada suaminya."Abang berjanji akan mengajakku ke sana. Apa saat di sana, abang juga tidak mengingatku sama sekali?"tanya Fisah membuat Laks diam.
Fisah hanya bisa mengusap air matanya."Abang tetap tidak ingat kan?"
"Abang janji akan mengajakmu ke sana besok."
"Aku tidak mau ke sana. Tidak mau."teriak Fisah lalu berbalik dan bersiap melanjutkan langkahnya namun Laks segera memeluk istrinya.
"Semarah apapun, tolong jangan pergi sendiri. Kamu mau ke mana? Biar abang antar."bisik Laks lembut dan Fisah hanya terus menangis. Ia menangis sampai tubuhnya lemas dan pandangannya mengabur. Sesaat kemudian, ia langsung jatuh di pelukan suaminya dan menutup mata.
"Fisah, sayang.. Hey!"panggil Laks panik lalu segera menggendong istrinya kembali ke rumah.
Begitu tiba di rumah, Sinta yang memang menunggu di ruang depan segera saja berteriak histeris.
"Fisah kenapa? Kamu apain mantu mama, Laks?"tanya Sinta panik.
Laks menggeleng lalu segera menggendong istrinya menuju kamar.
"Papa, telpon dokter, pah!"teriak Sinta membuat Bahrul yang baru saja keluar dari kamar langsung mendekat panik.
"Ada apa, mah?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Dilamar Pak Dosen
Roman d'amourAku hamil. Dua kata yang Nafisah ketik di ponselnya kemudian ia kirim ke nomer teman masa kecilnya. Tapi kenapa setelah itu keluarga dosennya malah datang melamar.