Bab 10

42.8K 1.9K 24
                                    

Fisah duduk di ujung tempat tidur sambil melihat ke arah sang dosen yang sedang mengetik sesuatu di laptopnya.

Pasti pak Laks sedang mengetik perjanjian perceraian, batin Fisah lalu mengangguk. Tapi kira-kira berapa bulan? Satu bulan atau dua bulan.

"Ehem."

Fisah langsung berdiri."Saya akan tanda tangan kok, pak. Bapak tidak perlu cemas."

Laks mengernyit."Tanda tangan apa?"

"Loh.. bukannya pak Laks sedang mengetik perjanjian perceraian?"

Laks hanya menggeleng pelan."Kamu pikir ini drama atau novel, ada perjanjian perceraian."

"Lalu bapak dari tadi mengetik apa?"

"Soal ujian tengah semester."

"Hah?"Fisah langsung melotot. Apalagi besok memang ada mata kuliah pak Laks dan sebenarnya memang ada janji ujian.

"Jangan besok lah, pak. Minggu depan saja."ucap Fisah berani.

"Kamu pikir saya lagi jualan, bisa ditawar."dengus Laks.

Fisah langsung menyentuh kepalanya. Masalahnya ia belum belajar, jika ujian besok maka dipastikan nilainya tidak akan bagus. Ingin belajar sekarang, bukunya tidak ada. Mau minta materi pada teman, ponselnya rusak.

"Emm.. Pak Laks."panggil Fisah pelan.

"Hm?"

"Bisa minjam ponsel bapak sebentar , saya mau belajar."

Laks mendongak lalu menatap tajam gadis yang kini duduk di atas tempat tidurnya itu."Belajar dengan ponsel?"

Fisah segera menggeleng."Saya mau minta materi dari teman. Kebetulan ponsel saya rusak jadi tidak bisa mengirim pesan ke__"

"Kamu mau mengirim pesan dengan ponsel saya?"tanya Laks tajam.

"Iya eh?"kaget Fisah lalu menggeleng. Benar juga. Bisa jantungan nanti Anita jika ia mengirim pesan dengan nomer pak Laks.

"Belajar dengan buku saja. Ambil di sana!"tunjuk Laks pada rak buku yang ada di sudut kamar.

Fisah langsung semangat."Terima kasih, pak."ucapnya lalu segera beranjak menuju rak buku.

Laks hanya menggeleng pelan lalu berdiri dan keluar dari kamar. Sepertinya dia perlu kopi untuk menemaninya bergadang malam ini. Sebenarnya Laks tidak berniat bergadang namun pasti dia tak akan bisa tidur karena untuk pertama kalinya ada orang lain di di dalam kamarnya.

"Loh pak Laks ke mana?"gumam Fisah begitu ia sadar bahwa sang dosen sudah tidak ada di kursinya.

Fisah menatap sekeliling lalu berhenti ke arah laptop sang dosen yang masih menyala."Intip dikit, boleh lah ya."gumam Fisah lalu segera berdiri dan melangkah menuju laptop yang masih menyala di atas meja.

Bibir Fisah langsung tersenyum saat membaca lima soal yang terpampang nyata di layar laptop. Otaknya secara otomatis menghapal setiap kalimat lalu segera kembali ke tempatnya.

Saat Laks kembali ke kamar, dia hanya menghela napas saat melihat istrinya sudah selimutan di atas tempat tidur sambil membaca buku.

"Pak Laks.."

Laks yang sudah duduk kembali langsung menatap istrinya."Ada apa?"

"Kita kan sudah menikah."cicit Fisah pelan.

"Lalu?"tanya Laks datar.

Fisah segera duduk karena ingin bicara serius."Ini mau dibawa ke mana hubungan kita, pak?"

"Memang bisa dibawa ke mana?"tanya Laks balik membuat Fisah melotot kesal.

"Pak, saya serius."rajuk Fisah dengan wajah super kesal.

Laks menghela napas."Lagipula kita sudah menikah jadi jalani saja dulu."

Fisah mengernyit lalu mengangguk. Memang benar sih kalau dipikir-pikir. Mereka kan sudah menikah. Tidak mungkin langsung membahas perceraian.

"Kalau begitu pernikahan kita dirahasiakan saja ya, pak. Jangan sampai ada yang tahu apalagi teman-teman saya."

Laks memijat keningnya lalu mengangguk."Takutnya ini bukan rahasia lagi."

"Maksud bapak?"tanya Fisah cepat.

"Lihat saja besok! Sekarang lebih baik cepat belajar lalu tidur."ucap Laks yang tidak mau bicara lagi.

"Bapak tidur di mana?"tanya Fisah saat ia kembali berbaring.

"Di kasur."sahut Laks yang kembali menyibukkan diri dengan laptopnya.

"Di sofa saja, pak. Di kasur nggak muat."

Laks berdecak membuat Fisah segera mengambil buku lalu kembali  membacanya.

Tepat jam dua belas malam, Laks akhirnya mematikan laptop lalu beranjak menuju kasur. Awalnya dia ingin tidur di sofa tapi rasanya itu terlalu kekanakan. Ini bukan drama di mana pernikahan mereka adalah perjanjian. Karena meski pernikahan ini terjadi tanpa diinginkan, tapi Laks juga tak punya keinginan untuk bercerai.

Laks akhirnya berbaring di samping Fisah lalu memejamkan mata. Namun__

Satu jam kemudian, Laks belum tidur juga karena sebuah lengan dan kaki yang memeluk tubuhnya. Disingkirkan juga tidak bisa.

Dua jam kemudian..

Plakk

Laks kembali membuka mata saat sebuah tangan hinggap tepat di wajahnya.

Tiga jam kemudian..

Laks kembali menghela napas kasar saat melihat kaki Fisah tepat di depan wajahnya dan kepala gadis itu sudah berputar entah ke mana.

Karena tak tahan lagi, Laks akhirnya memilih turun dari tempat tidur dan keluar dari kamar. Lebih baik dia keluar dan berolahraga.

Sedang di kamar, ada Fisah yang langsung membuka mata dan kembali ke posisi terbaik untuk tidur. Untung saja ia punya ide untuk mengusir pak Laks dari tempat tidur, meski pria itu cukup kuat mau bertahan selama tiga jam.

Semoga pak Laks tidak kembali lagi ke kamar, batin Fisah. Karena ia sungguh sangat mengantuk namun tidak bisa tidur karena terlalu takut.

Bersambung

Dilamar Pak DosenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang