"Iyahh abang nghh"
Humpp?
Juwi segera menutup mulutnya lalu bergegas menjauh dari sana. Ia segera kembali ke ruang makan.
"Sudah panggil Laks dan Fisah?"tanya Sinta. Pasalnya ia memang meminta Juwi untuk memanggil anak dan menantunya untuk sarapan.
Juwi hanya bisa menggaruk kepalanya."Anu_itu__bang Laks anu__"
"Apa sih? Jangan-jangan belum kamu panggil. Dasar malas! Ya sudah, biar bibi yang ke sana."ucap Sinta kesal.
"Bibi, jangan! Nggak usah dipanggil. Kita sarapan duluan saja."cegah Juwi panik.
"Kamu ini kenapa? Kalau Laks yang tidak sarapan ya nggak masalah. Tapi kan ada mantu bibi, Fisah tidak boleh telat sarapan."ucap Sinta membuat Juwi menggeleng sembari memegang tangan bibinya kuat.
"Kamu ini kenapa, Juwi?"tanya Nining ikut kesal dengan putrinya.
"Itu, mah__bang Laks anu__"
"Anu apa? Yang jelas kalau bicara!"desak Sinta membuat Juwi menelan ludah kasar.
"Jadi begini__"
"Apa?"
Semua orang yang ada di sana menunggu dengan sabar. Sedang Juwi hanya bisa menyiapkan dirinya sembari mencari kata yang pas untuk diucapkan.
"Bang Laks lagi sarapan di kamar."ucap Juwi. Dari sekian banyak kalimat, hanya ini yang bisa ia katakan.
"Sarapan di kamar?"tanya Sinta bingung.
"Iya. Jadi tidak perlu dipanggil lagi."
"Lalu Fisah bagaimana? Ia ikut sarapan juga."tanya Sinta penasaran. Ia kan khawatir pada mantunya.
Juwi menggaruk telinganya."Belum sih. Cuma bang Laks yang sarapan pagi."
"Tuh kan. Ya sudah biar bibi panggil Fisah dulu. Kalian sarapan duluan saja."
"Aduh bibi, jangan!"cegah Juwi gelagapan.
"Kamu ini kenapa sih? Jangan sampai bibi marah ya."ancam Sinta kesal.
"Bang Laks lagi sarapan, jadi jangan diganggu."ucap Juwi kekeh.
"Memang abangmu itu sarapan apa jadi tidak bisa diganggu? Kamu ini jangan buat bibimu marah. Ada kakek juga di sini."ucap Nining membuat Juwi menggeleng.
"Kamu lihat abangmu lagi makan apa?"tanya Sinta berusaha sabar.
"Tidak lihat. Juwi cuma dengar."sahut Juwi pelan.
"Kamu dengar apa?"tanya Sinta lagi membuat Juwi menguatkan tekadnya.
"Iyahh abang nghh"ucap Juwi meniru membuat semua anggota keluarga mendadak hening.
"Coba ulang lagi!"pinta Sinta.
"Iyahh abang nghh ahh"ulang Juwi dengan menambahkan kata ahh diujungnya.
Sinta segera meminta Juwi untuk duduk dan mulai sarapan. Sedang para orang tua yang sudah paham hanya bisa menahan tawa. Yang benar saja, sepagi ini sudah mulai. Apa jangan-jangan bukan baru mulai tapi melanjutkan tadi malam.
Akhirnya setelah sekian lama, Sinta menemukan alasan untuk bangga pada putranya.
"Ehem_kalian lanjut saja sarapan. Aku mau keluar dulu ambil paket."ucap Sinta membuat Juwi menoleh.
"Sepagi ini belum ada paket, bibi."ucap Juwi membuat Nining segera berdiri.
"Ada. Mama juga mau keluar. Siapa tahu paket mama nyasar ke sini."
Juwi juga ikut berdiri."Paket Juwi juga sepertinya ada di luar. Biar Juwi ikut amb__"
"Tidak boleh. Biar mama yang bantu ambil."cegah Nining lalu segera mengikuti langkah kakak iparnya menjauh dari ruang dapur.
Juwi kembali duduk dengan kesal."Bibi sama mama mau nguping kan?"
"Susshh!"tegur Bahrul membuat Juwi hanya bisa makan dengan bibir manyun.
Sedang di luar, Sinta dan Nining sudah berada di posisi mereka. Telinga sudah ditempelkan ke pintu dan__
"Abang.. Jangan keras-keras."
"Iya, maaf."
"Pelan-pelan dong, nanti sobek."
Mata Sinta dan Nining seketika melotot. Apanya yang sobek?
"Maaf, sayang. Abang ulang ya?"
"Iya. Hati-hati! Jangan terlalu cepat."
Sinta segera menarik lengan Nining menjauh dari sana. Keduanya benar-benar kaget luar biasa.
"Kalau begitu terus, bisa-bisa dapat bayi kembar beneran."ucap Nining membuat Sinta mengangguk.
"Pasti itu. Mantap sekali lah."sahut Sinta dengan tawa lebar. Kemudian keduanya kembali ke ruang makan.
Sedang di dalam kamar, terlihat Fisah sedang berdiri membelakangi suaminya. Dan Laks tengah fokus menarik resleting baju istrinya yang macet.
"Bisa nggak?"tanya Fisah. Pasalnya sudah begitu lama namun belum berhasil juga.
Laks hanya diam lalu mengumpulkan tenaga. Biar dia tarik kuat-kuat ke atas.
Satu, dua, tiga.
Crakkk
"Abang. Tuh kan robek."teriak Fisah kencang.
Bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
Dilamar Pak Dosen
RomanceAku hamil. Dua kata yang Nafisah ketik di ponselnya kemudian ia kirim ke nomer teman masa kecilnya. Tapi kenapa setelah itu keluarga dosennya malah datang melamar.