Bab 6

44.8K 2.1K 122
                                    

Nafisah hanya bisa tertunduk karena merasa bersalah. Ia sadar bahwa apa yang dikatakannya tadi telah menambah masalah bagi sang dosen.

"Sekarang bagaimana menjelaskannya? Masalah ini sudah lebih dari sekedar kesalahpahaman."omel Laks. Dia begitu tak berdaya. Ingin jujur tidak bisa. Didiamkan masalah tambah parah.

"Kita jujur sekarang saja, kalau saya sebenarnya tidak hamil."usul Fisah. Ia akan meminta maaf dan menjelaskannya dengan lantang.

Laks menatap mahasiswinya itu."Apa maksudmu jujur kalau sebenarnya janinnya berusia dua bulan dan bukan satu bulan."ledek Laks membuat Nafisah langsung cemberut.

"Apa? Jadi sudah dua bulan."

Laks dan Fisah langsung melotot kaget.

Sedang Nining yang tadi berniat membeli makanan ke kantin segera mendekati keponakannya.

"Kenapa tadi bilang satu bulan kalau usianya sudah dua bulan?"tanya Nining membuat Fisah menatap sang dosen. Sedang Laks hanya bisa menahan napas kesal.

"Kenapa bibi ada di sini?"tanya Laks.

"Bibi mau ke kantin tapi melihat kalian di sini dan sepertinya sedang bicara serius."

Fisah dan Laks hanya bisa saling pandang. Percakapan mereka sangat panjang, tapi bibi Nining hanya mendengar bagian usia janin. Sepertinya semesta benar-benar tidak mengijinkan kebenaran terungkap.

"Bibi, sebenarnya aku tidak hamil."ucap Fisah membuat Laks melotot sekaligus kagum akan keberanian mahasiswinya itu. Benar, setidaknya harus ada anggota keluarga yang tahu kebenarannya dan pasti semua orang akan tahu setelahnya.

"Huss! Jangan bicara sembarangan. Bagaimana pun anak adalah anugerah. Meskipun kalian tidak menginginkannya juga tidak boleh mengatakan hal seperti itu."omel Nining membuat Laks langsung memijat keningnya. Sudah segamblang itu tapi kenapa begitu sulit untuk diterima.

"Bibi__"

"Cukup, Laks! Bibi tahu Nafisah masih muda, jadi bibi tidak akan mengatakan apapun padanya. Tapi kamu kan sudah dewasa. Sebagai calon ayah, harusnya yakinkan calon istrimu tentang anak kalian. Bagaimanapun dia adalah anugerah dari yang di atas,"Nining menggeleng pelan karena terlalu kesal."Setidaknya tunjukkan penyesalan kalian karena telah berbuat salah. Bukan malah seperti ini. Bibi benar-benar kecewa."

Laks hanya bisa mendengus saat bibinya pergi dalam keadaan marah. Sedang Fisah langsung mencari kursi untuk duduk.

"Tidak ada yang mau mendengarkan penjelasan kita, pak."ucap Fisah. Meski ia berani berkata jujur tapi jika tidak ada yang percaya juga percuma.

Laks ikut duduk karena sudah lelah. Ini seperti drama yang tidak ada habiskan.

"Ah! Saya ada ide, pak."ucap Fisah membuat Laks langsung menoleh pada gadis itu.

"Apa?"

"Kita kan sedang ada di rumah sakit. Bagaimana jika USG dan tunjukkan fotonya pada keluarga bapak. Saya kan tidak hamil jadi pasti tidak akan ada janin yang terlihat."

"USG terlalu berlebihan."sahut Laks.

"Tidak kok. Justru ini bukti yang sangat kuat jika keluarga bapak masih menyangkal atau tidak percaya dengan apa yang kita katakan."

Laks diam berpikir. Ada benarnya juga. Sebenarnya sudah beberapa kali mereka berkata jujur tapi tidak ada yang percaya. Kali ini jika membawa foto USG tanpa janin, mereka pasti akan langsung percaya.

"Baiklah. Ayo pergi!"ajak Laks yang segera berdiri diikuti oleh Fisah.

Keduanya melangkah tanpa tahu bahwa sebenarnya ada yang mengikuti mereka di belakang.

'Ah kak Laks sayang anak juga ternyata.' batin Juwi lalu segera pergi dari sana. Ia akan memberitahu anggota keluarga.

"Jadi Laks dan Fisah pergi ke bagian obgyn?"tanya Sinta memastikan.

"Benar bibi. Tidak mungkin salah."sahut Juwi semangat.

"Baguslah. Sekarang kita tunggu mereka kembali."ucap Sinta. Tadi semua anggota keluarga sudah diskusi dan hasilnya jelas. Laks dan Fisah harus menikah secepatnya. Dan karena keadaan kakek yang tidak memungkinkan untuk keluar maka akad nikah bisa diadakan di ruangan ini. Yang penting keinginan terakhir kakek yang ingin melihat pernikahan cucunya tercapai.

Satu jam kemudian.

"Pergilah lebih dulu."suruh Laks setelah mereka keluar dari ruangan dokter.

"Kenapa? Bapak mau ke mana?"tanya Fisah bingung.

"Kamar kecil."balas Laks lalu segera pergi dari sana.

Fisah hanya bisa menghela napas lalu menatap foto hasil USG di tangannya. Perutnya benar-benar kosong melompong. Jika sudah melihat ini, mustahil masih ada yang bisa menyebutnya hamil.

Namun saat melangkah, Fisah tak sengaja menabrak seseorang hingga kertas yang ada di tangannya terlepas.

"Ya ampun. Maaf, maaf ya."ucap Fisah lalu diam saat melihat bahwa gadis yang ditabraknya tadi ternyata sedang menangis.

Belum sempat bertanya, gadis itu langsung pergi dan berlari membuat Fisah menggeleng pelan lalu segera mengambil hasil USG nya yang untungnya tidak hilang. Kalau hilang bisa gawat.

Fisah dan Laks datang hampir bersamaan. Keduanya saling pandang untuk beberapa saat.

"Kalian dari mana?"tanya Sinta membuat Fisah segera mendekat. Sedang Laks hanya diam. Jika hasil USG diberikan maka masalah akan selesai.

"Tante, kami baru saja pergi menemui dokter."ucap Fisah pelan.

"Benarkah? Lalu bagaimana hasilnya?"tanya Sinta antusias.

Kali ini Fisah tak mau mengatakannya lagi. Biar foto saja yang bicara.

"Tante bisa melihatnya sendiri."ucap Fisah lalu memberikan hasil USG di tangannya.

Sinta menerimanya lalu menatap foto di tangannya.

"Ini.. Ini.. Bagaimana bisa?"kaget Sinta membuang Nining mendekat.

"Ya ampun."jerit Nining. Ia sama sekali tak menduga ini akan terjadi.

Fisah meneguk ludah kasar. Setelah ini ia harus menjelaskan yang sebenarnya terjadi."Saya harap tante dan yang lain tidak akan marah setelah tahu ini."ucap Fisah pelan.

"Kenapa harus marah, sayang? Ini adalah kabar baik."ucap Sinta dengan senyum lebar.

"Apa?"kaget Fisah dan Laks. Kabar baik apanya?

Laks segera mendekati mamanya lalu tanpa diduga dia malah dapat sebuah pelukan.

"Selamat sayang. Kamu akan memiliki anak kembar. Keluarga kita akan mendapatkan dua bayi sekaligus. Ini benar-benar kabar yang membahagiakan."ucap Sinta membuat tubuh Laks menegang lalu segera mengambil alih foto USG di tangan mamanya.

Deg

Laks bisa melihat ada dua kantong janin dari foto USG di tangannya. Dia langsung menoleh pada Nafisah.

"Kenapa, pak?"tanya Fisah pelan lalu ikut melihat foto USG di tangan sang dosen.

"Hah?"kaget Fisah.

Kenapa bisa ada dua janin?

Bersambung

Dilamar Pak DosenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang