"Ini tidak mungkin. Putri kami dididik dengan sangat baik, jadi tidak mungkin melakukan dosa besar seperti ini."ucap Rista serak. Air matanya sudah menetes sejak tadi. Anhar sendiri nampak begitu terpukul. Sebagai seorang ayah rasanya begitu gagal begitu tahu putri yang dijaganya telah berbuat dosa dan bahkan sampai hamil.
"Kami juga berharap ini tidak benar tapi keadaan sudah seperti ini dan yang bisa kita lakukan hanya menikahkan mereka berdua."Tidak seperti Rista, Sinta justru terlihat semangat. Masa bodoh dengan cara dapat mantunya yang penting kan dapat mantu. Sudah hamil pula, pikirnya.
"Sebaiknya kita panggil Nafisah dan minta ia menjelaskan kesalah__"
"Diam! Jadi kamu yang sudah menodai putri saya? Tidak malu kamu datang ke sini hah?"bentak Rista sambil menunjuk wajah pria yang katanya telah menghamili putrinya.
Sinta segera mencubit putranya."Kamu diam saja! Biar mama yang urus."bisik Sinta membuat Laks menghela napas. Dia pikir datang ke sini bisa menyelesaikan kesalahpahaman, tapi sepertinya masalah menjadi semakin besar.
"Tapi ini benar-benar cuma kesalah__"
"Memang kesalahan. Beraninya menghamili putri kami."potong Rista penuh amarah membuat Laks angkat tangan. Baik orang tuanya atau orang tua Nafisah sepertinya sama-sama tak suka mendengarkan penjelasan. Lengkap sudah penderitaannya.
"Benar, Laks. Kamu harusnya minta maaf dan bukannya membela diri."omel Sinta lalu menatap suaminya untuk mulai bicara.
"Saya selaku kepala keluarga benar-benar merasa malu atas tindakan putra kami. Dan tujuan kami datang ke sini pun juga demi kebaikan putra putri kita. Dalam artian kami sebagai orang tua Laks, tidak akan mengingkari tanggungjawab."ucap Bahrul yang disetujui oleh Sinta.
"Pernikahan akan diadakan sebagaimana keinginan mempelai perempuan. Dan saya sebagai ibu Laks akan menjamin bahwa Nafisah akan masuk ke rumah kami sebagai putri dan bukan menantu perempuan."
Anhar dan Rista hanya bisa saling pandang. Harusnya pria yang menghamili putri mereka layak dapatkan beberapa tamparan tapi melihat keluarga yang datang secara baik-baik membuat keduanya merasa sungkan.
"Pantas saja tadi Nafisal muntah, ternyata sedang hamil."ucap Rista setelah menghapus air matanya.
Laks segera bereaksi. Jika demikian, apa mahasiswi nya itu benar-benar hamil? Tapi meski hamil pun sudah jelas bukan anaknya. Jangankan buat anak, menyentuh saja tidak pernah.
"Bisa panggil Nafisah ke sini? Kami ingin meminta maaf secara langsung."ucap Sinta membuat Rista segera membersihkan wajahnya yang masih basah karena air mata kemudian berdiri dan beranjak menuju kamar putrinya.
Rista masuk tanpa mengetuk kamar Nafisah, kemudian masuk tanpa suara. Ia kembali menangis saat melihat wajah putrinya yang sedang tidur.
"Kenapa kamu tidak bilang apapun ke mama, sayang? Harusnya kamu jujur dan tidak menyimpan masalah ini sendiri."isak Rista sambil menatap perut putrinya. Perut itu akan membesar beberapa bulan lagi. Rasanya ia ingin mengamuk tapi untuk apa? Jika ia memperbesar masalah maka putrinya yang akan menderita.
Suara isak tangis Rista akhirnya membangunkan Nafisah.
"Mama kok nangis?"tanya Fisah bingung. Ia segera bangun untuk menenangkan mamanya.
Rista menggeleng dengan air mata bercucuran lalu memeluk tubuh putrinya."Kasihan sekali kamu, nak."
"Mama kenapa? Fisah baik-baik saja kok. Cuma masuk angin."
Tapi tangisan Rista justru semakin keras membuat Fisah bingung luar biasa.
'Kasihan sekali kamu, nak. Kamu pasti tidak ingin membuat papa dan mama khawatir.' batin Rista dan terus menangis memeluk putrinya.
Setelah tiga puluh menit, akhirnya Fisah diajak keluar. Ia begitu kaget saat melihat salah satu dosennya duduk di sofa ruang tamu.
Dan kekagetan Nafisah membuat para orang tua salah paham bahkan Rista kembali menangis.
"Sayang, kamu masih mual?"tanya Sinta yang segera berdiri dan mendekati Nafisah.
"Hah em__sudah tidak."balas Fisah bingung. Ini ada apa sih?
"Kandungan kamu sudah berapa bulan, sayang?"tanya Sinta lagi membuat Fisah melotot. Matanya bahkan hampir keluar karena begitu kaget.
"Ha__hamil? Siapa yang hamil."tanya Fisah bingung.
Sinta mengusap kepala Nafisah."Tidak masalah, nak. Kami semua sudah tahu. Tidak perlu ditutupi lagi."
"Tapi tidak ada yang hamil. Aku tidak hamil."bantah Fisah cepat membuat para orang tua kaget.
"Jadi tidak hamil?"tanya Sinta.
"Tid__hueekk"Nafisah segera berlari menuju kamarnya sambil menutup mulutnya.
Rista segera berdiri dan menyusul putrinya sedang Sinta kembali duduk dan menatap putranya.
"Sekarang mama tahu kan kalau ini cuma sal__"
"Apa yang kamu lakukan pada Nafisah, Laks? Kenapa sampai akhir ia tetap ingin menutupi kehamilannya. Kamu pasti telah mengancamnya. Iya kan?"tuduh Sinta membuat Laks kaget bukan main. Dia pikir masalahnya telah selesai saat Nafisah mengaku tak hamil. Tapi ternyata tidak ada kata selesai.
Bersambung
![](https://img.wattpad.com/cover/375536189-288-k894728.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Dilamar Pak Dosen
RomanceAku hamil. Dua kata yang Nafisah ketik di ponselnya kemudian ia kirim ke nomer teman masa kecilnya. Tapi kenapa setelah itu keluarga dosennya malah datang melamar.