"Hah?"Nafisah langsung menutup mulutnya kemudian menggeleng pelan. Kenapa pesan itu bisa terkirim ke pak Laks?
"Kenapa mengirim pesan seperti ini?"tanya Laks lalu menyimpan ponselnya kembali.
"Maaf, pak. Sepertinya ada kesalahpahaman. Sebenarnya itu hanya pesan iseng saja dan bukan dikirim untuk bapak. Sepertinya saya salah kirim. Tapi meski begitu, kenapa bapak tidak meminta konfirmasi saja dan malah datang ke sini untuk melamar?"tanya Nafisah bingung. Harusnya masalah ini bisa selesai jika sang dosen mengonfirmasi atau mungkin mengabaikannya saja. Kenapa malah melibatkan para orang tua.
"Situasinya tidak semudah itu, Nafisah. Dan sekarang saya perlu kamu menjelaskan ini pada keluarga kita."
Nafisah mengangguk. Memang harus dijelaskan."Baiklah, pak. Sekali lagi saya minta maaf karena telah membuat keributan. Saya akan segera menjelaskannya pada orang tua kita."
Laks mengangguk. Saat ini dia tak mau memperpanjang masalah. Jika Nafisah bersedia menjelaskan kesalahpahaman maka akan dia anggap selesai.
Nafisah segera masuk ke dalam rumah dan menatap orang tuanya lalu orang tua pak Laks.
"Sebelumnya saya ingin meminta maaf karena telah__"
"Kami yang harusnya meminta maaf, sayang. Lagipula kesalahan seratus persen kami yakin ada pada putra kami."potong Sinta membuat Nafisah menggeleng.
"Tidak. Bukan begitu_"
"Kamu tidak perlu membela Laks. Maki dan marahi saja jika kamu merasa kesal. Apalagi sekarang ada kami semua yang__"
"Tidak, tante. Tolong dengarkan saya dulu."potong Nafisah cepat. Kapan ia bisa menjelaskan permasalahan ini kalau dipotong terus.
Sinta langsung tersenyum lalu menepuk sofa di sampingnya. "Baiklah, duduklah di sini dan katakan yang ingin kamu sampaikan."pinta Sinta lembut dan Fisah langsung menurut. Lebih cepat diselesaikan lebih baik.
"Begini, sebenarnya__"
Baru saja Fisah ingin menjelaskan tiba-tiba Laks masuk dengan wajah panik.
"Ada apa?"tanya Bahrul pada putranya.
"Bibi meminta kita pergi ke rumah sakit sekarang."beritahu Laks. Dia baru saja menerima telpon dari bibinya yang berada di rumah sakit.
Sinta dan Bahrul segera berdiri. Begitupun Anhar dan Rista.
"Maaf, sepertinya kami harus segera pergi. Kakek Laks sebenarnya sedang dirawat di rumah sakit."jelas Sinta tergesa.
"Kami mengerti, bu Sinta."sahut Rista cepat. Ia juga jadi khawatir.
Sinta mengangguk lalu menatap Nafisah."Kalau boleh, apa bisa kami bawa Nafisah ke rumah sakit? Sebenarnya kakek sejak tadi ingin bertemu dengan calon istri cucunya. Jika tidak hari ini, mungkin tidak akan ada kesempatan lain."
Anhar dan Rista hanya bisa mengangguk. Sedang Nafisah langsung melotot. Kok ia ikut? Katanya mau jelaskan kesalahpahaman.
"Ikutlah dengan kami!"itu adalah suara Laks. Dan mau tak mau, Nafisah akhirnya terpaksa mengangguk.
Rista bergegas mengambilkan tas putrinya di kamar lalu mengantarnya ke depan."Hubungi mama jika terjadi sesuatu."bisik Rista pada putrinya.
"Iya, mah."balas Fisah lalu menuju mobil.
"Terima kasih pak Anhar dan bu Rista, kami akan mengantar Nafisah kembali ke rumah dengan selamat."ucap Sinta lalu segera masuk ke dalam mobil setelah mendapat anggukan dari Anhar dan Rista.
"Duduk di depan!"ucap Laks saat Fisah terlihat bingung mau duduk di mana. Lagipula kursi belakang memang sudah diisi oleh Bahrul dan Sinta.
"Tapi__"
Laks segera menarik lengan Nafisah lalu membukakan pintu untuk gadis itu.
Nafisah segera masuk dan Laks bergegas mengitari mobil dan ikut masuk. Mobil segera melaju setelah Laks menekan klakson mobil tanda berpamitan pada orang tua Nafisah.
Laks fokus menyetir sedang Fisah hanya diam. Sebenarnya apa alasan ia diajak ikut? Apa mau jelaskan kesalahpahaman di rumah sakit.
Begitu tiba di rumah sakit, Bahrul dan Sinta segera turun dari mobil. Sedang Fisah masih di dalam, bersama Laks yang harus memarkir mobilnya.
"Bapak tenang saja, saya akan menjelaskan kesalahpahaman ini pada keluarga bapak dengan baik."ucap Fisah sebelum mereka keluar dari mobil.
Laks menghela napas."Tidak sekarang."
"Maksud bapak?"tanya Fisah bingung.
"Biarkan untuk hari ini dan jelaskan semuanya besok."
"Maksud bapak, saya tidak perlu menjelaskan apapun sekarang? Lalu kenapa saya diajak ke sini?"
Laks menatap mahasiswinya itu."Jangan banyak tanya jika tidak ingin dapat nilai D."
Fisah segera melotot."Saya mengerti, pak."balas Fisah cepat lalu segera keluar dari mobil. Berdasarkan pengalamannya nonton drakor dan drachin. Pak Laks pasti tidak mau jujur sekarang karena takut akan membuat kesehatan kakeknya menurun. Iya. Itu sudah pasti.
Jadi aku harus membantu pak Laks dengan baik agar bisa dapat nilai yang bagus, batin Fisah. Kapan lagi ia bisa dapat nilai yang bagus di mata kuliah pak Laks.
Laks mengajak Fisah memasuki sebuah ruangan dan ternyata di sana ada banyak orang.
"Sayang, kemarilah!"pinta Sinta membuat Fisah mengangguk lalu bergerak mendekati ibu dari dosennya itu.
Sinta tersenyum tipis."Pah, ini Fisah. Calon istri Laks. Kami membawanya datang agar papa bisa melihatnya."
"Papa harus sembuh agar bisa melihat langsung pernikahan Laks."
"Benar. Apalagi bukan hanya menikah, Laks juga akan memberi papa cucu."
Beberapa orang yang ada di sana mulai mengatakan banyak kalimat baik agar kakek kembali semangat untuk sembuh. Hanya saja kenapa mengatakan tentang cucu.
Fisah spontan menyentuh perutnya. Tidak ada cucu. Kalau cacing, ia punya.
"Ada apa, sayang?"tanya Sinta lalu ikut menyentuh perut calon menantunya itu.
Fisah segera menggeleng.
"Oh ya, sudah berapa bulan?"
"Bulan apa?"kaget Fisah.
Sinta segera menjelaskan."Usia kehamilan. Bibi Nining bertanya tentang usia janin yang sedang kamu kandung."jelas Sinta membuat Fisah melotot. Ia harus jawab apa?
"Apa belum pernah periksa?"
Fisah menggeleng panik.
"Kalau begitu, setelah ini langsung periksa saja. Sekalian__"
"Satu bulan."potong Fisah cepat membuat semua anggota keluarga langsung tersenyum. Terutama Sinta dan Bahrul yang akan segera menjadi kakek dan nenek.
"Papa dengar itu? Delapan bulan lagi cicit papa akan lahir. Laks kita akan segera menikah, pah."ucap Sinta pada kakek yang kini telah membuka mata namun tidak bisa mengatakan apapun.
Sedang Fisah hanya bisa menggigit bibir bawahnya. Celaka! Kenapa ia harus bohong dengan mengatakan stu bulan. Jika begini ia tak bisa mengatakan bahwa ini salah paham lagi.
'Gawat sekali.'
Laks hanya bisa menghela napas kasar. Disuruh menunda penjelasan malah menambah masalah.
Sekarang harus bagaimana menyelesaikan masalah ini?
Bersambung
![](https://img.wattpad.com/cover/375536189-288-k894728.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Dilamar Pak Dosen
RomanceAku hamil. Dua kata yang Nafisah ketik di ponselnya kemudian ia kirim ke nomer teman masa kecilnya. Tapi kenapa setelah itu keluarga dosennya malah datang melamar.