38

2.4K 327 25
                                    

TYPO 🙏
HAPPY READING...!!!















Cio, Veranda dan juga Gita masih menyelesaikan sarapan paginya. Setelah drama yang diciptakan oleh Chika, Shani pun turun untuk ikut sarapan bersama mereka. Seperti biasa gadis kecil itu tidak lepas dari gendongan Shani, mungkin jika Shani ke kamar mandi sekalipun Chika akan ikut bersamanya.

"Sayangnya papa," ucap Cio saat melihat kedatangan Shani dan juga Chika. Cio membuka lebar kedua tangannya untuk menggendong Chika. Namun Chika menggelengkan kepalanya samar dalam dada Shani.

"Kenapa? Marah ya sama papa?" Tanya Cio heran.

"Biarin dia tenang dulu, aku susah bujuknya tau!" Gerutu Shani. Veranda dan Gita hanya menyaksikan mereka saja, sesekali sambil memasukkan makanan ke dalam mulutnya.
Cio mengusap puncak kepala Chika, dia tidak bisa berbuat banyak jika Chika sedang seperti itu pada Shani. Cio kembali melanjutkan sarapannya. Sementara Shani duduk di samping Cio, tentu saja dengan Chika di pangkuannya.

"Cucu Oma, duduk yang baik sayang. Kasian mamanya mau makan tuh," Ucap Ve.

"Gak papa Tan, Shani mau sekalian suapin Chika."

"Aku ambilin ya, sayang." Bisik Cio pada Shani.

"Ya udah." Ucap Shani pasrah dan membiarkan Cio mengisi piringnya dengan nasi goreng untuk Chika tak lupa dia membuatkan roti isi dengan selai coklat untuk Shani, karena dia tidak biasa sarapan berat di pagi hari. Dia sudah tau kebiasaan apa saja yang disukai dan yang tidak oleh Shani.

"Ekhem... Kayanya ada yang lagi mereka tutupin deh mi." Sindir Gita.

"Itu dia dek, mami pikir juga gitu." Sahut Ve, bibirnya tersenyum samar. Apa mungkin anak laki-lakinya itu sudah mengutarakan isi hatinya pada Shani yang selama ini dia inginkan. Bahagia sudah pasti dia rasakan, akhirnya Chika bisa merasakan kembali memiliki keluarga yang utuh.

"Apaan sih mi, kalian sabar dulu deh. Lanjutin aja tuh sarapannya jangan kebanyakan kepo. Nanti juga tau sendiri." Ucap Cio.
Veranda dan Gita hanya terkekeh saja.

"Makasih." Ucap Shani saat menerima piring yang sudah terisi makanan untuknya dan Chika.

"Sayangnya mana?" Bisik Cio lagi.

"Ih apaan deh, malu tau. Itu diliatin mami kamu." Ucap Shani, yang menyadari kalau Veranda sedang memperhatikan mereka.

"Hm...iya." Pasrah Cio. Mereka pun kembali melanjutkan sarapan.

Setelah selesai, Cio mengajak Veranda dan Gita untuk berbincang diruang tengah tentu saja bersama Shani. Chika sudah anteng dengan legonya, Cio sengaja mengalihkan Chika dengan bermain karena kalau tidak sudah pasti dia akan menggerecoki perbincangan orang dewasa.
Veranda dan Gita duduk berdampingan sementara Cio dan Shani duduk bersebrangan dengan mereka.

"Jadi apa yang mau kalian jelasin ke mami?" Tanya Ve penasaran. Meskipun sepertinya dia sudah tau jawaban apa yang akan Cio berikan padanya. Tapi kalau belum mendengar langsung dari mulut Cio, itu hanyalah sebuah keinginannya saja.
Gita mengangguk setuju dengan apa yang Veranda tanyakan.
Cio menatap Shani, seolah meminta ijin padanya. Shani mengedipkan matanya pelan, dan membiarkan Cio mengatakan yang sebenarnya pada Veranda.

"Kita berdua mau nikah mi." Ucap Cio singkat, padat, jelas dihadapan Veranda dan juga Gita. Gita menutup mulutnya dan membelalakkan matanya tak percaya.

BersamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang