Typo🙏
Happy Reading...!!!Gita dengan setia menemani Chika, setelah bersusah payah membujuknya untuk pergi sekolah. Meskipun dirinya juga di kejar oleh waktu karena hari ini Gita harus menghadiri rapat di kantor, tapi Gita masih berusaha untuk tetap sabar. Agar mood Chika terjaga.
"Udah kan?" tanyanya pada Chika.
"Udah."
"Sarapan dulu ya. Abis itu aku anter kamu sekolah." lanjut Gita.
Chika mengangguk, karena memang itu yang dia inginkan.
Saat berada di tengah-tengah anak tangga, pemandangan yang sangat jarang bahkan tidak pernah terjadi di rumah itu selama bertahun-tahun. Chika melihat papanya duduk di meja makan. Sepertinya sedang menunggu kedatangannya. Chika sudah terlanjur kecewa pada sang papa. Saat ini dia sama sekali tidak ingin bertemu atau bertegur sapa dengannya. Meskipun Gita sudah menasehatinya, tapi tetap saja rasa sakitnya tidak bisa hilang begitu saja.
Gita menepuk bahu Chika, "Ayo, ko berhenti?" ujar Gita lembut. Namun, Chika tidak menggubris ucapan Gita.
Gita yang mengerti pun seakan, memastikan kalau semuanya akan baik-baik saja. "Gak papa ayo, kita sarapan."
"Aku gak mau. Aku mau langsung berangkat sekolah." balas Chika dingin. Yang kembali melanjutkan langkah kakinya.
"Eh cucu oma, udah rapi. Sini sarapan sama-sama sayang. Nih, oma udah buatin sandwich buat kamu. Kamu suka kan? Oh iya papa kamu juga bantuin oma loh tadi." ujar Ve yang sibuk menata makanan diatas meja.
Sementara itu Cio saat melihat kedatangan Chika, tanpa berkata-kata ia langsung berdiri dan hendak menyambut Chika dengan menggeser kursi yang ada di sampingnya agar Chika duduk disana.
"Chika langsung berangkat aja oma."
"Dek," bisik Gita. Seolah menegur Chika untuk tidak bersikap demikian.
Cio menghela napas. Dia tau kenapa Chika berkata demikian, itu hanya alibi Chika agar menjauh darinya. Sesakit itu Cio harus menerima penolakan dari Chika. Tapi mungkin Chika lebih menderita dan tersakiti daripada dirinya. "Sarapan dulu ya sayang, nanti papa yang anterin kamu sekolah." ujar Cio membujuk Chika. Meskipun kata maaf-nya belum terbalas, tapi Cio akan tetap berusaha untuk mendapatkannya dari Chika.
Chika menatap Cio dingin, masih dengan tatapan kekecewaan. Tanpa ingin membalas ucapan Cio. Chika terus bergelut dengan isi dan hatinya kepalanya yang tidak sejalan. Jujur saja, ini adalah waktu yang selalu Chika tunggu. Makan bersama, dan kumpul bersama seperti dulu lagi. Terdengar sepele, namun amat sangat berharga untuk Chika. Tapi ingatan tentang sikap papanya, membuat Chika membuang jauh keinginannya itu.
Ve yang kebingungan sejak tadi, hanya menggerakkan bola matanya seolah bertanya pada Gita, dan meminta penjelasan darinya. Gita membalasnya dengan mengedipkan matanya. Berharap maminya mengerti, kalau nanti akan ia jelaskan.
"Onty sarapan aja, aku tunggu di mobil."
"Aku juga buru-buru." jawab Gita. "Mi, aku sarapan di kantor aja." lanjut Gita yang kemudian berpamitan pada Ve. Sementara Chika berlalu begitu saja, tanpa berpamitan pada Cio dan Ve.
"Sayang, papa bawain bekal ya!" teriak Cio.
Gita tidak tega melihat Cio, seperti mengemis maaf dari Chika. Tapi itu pantas dia dapatkan, pikir Gita. Tidak mudah bagi seseorang untuk bisa melupakan dengan cepat rasa sakit yang sudah orang lain berikan. Terlebih rasa sakit yang berasal dari keluarga sendiri.
"Bang, aku mohon kasih Chika waktu."
"Abang gak akan nyerah gitu aja, dek. Meskipun Chika ga mau maafin, abang akan terus berusaha supaya Chika bisa sayang lagi sama abang."
![](https://img.wattpad.com/cover/368261174-288-k919137.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Bersama [Greshan]
RomanceKehilangan seseorang akan selalu menjadi luka terdalam.