[17+]
LILYN: Never Let Me Go By Charcaaa | Tentang kisah percintaan pasangan remaja LILYN alias Lily dan Delynn yang kadang romantis kadang juga berantem, ada suka dan ada dukanya juga. Meski sering bertengkar dan punya sifat bertolak belakang, tapi...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
LILYN: Never Let Me Go
CHAPTER 33 | Can I....¹⁷+
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Saat mobil mulai mendekati rumah Lily, suasana di dalam mobil masih terasa hangat dan penuh kedamaian. Delynn memperlambat laju mobil ketika mereka memasuki jalan kecil yang mengarah ke rumah Lily. Hujan yang sejak tadi mengguyur kini telah sedikit mereda, namun tetesan air yang jatuh dari dedaunan pepohonan di sepanjang jalan masih menambah suasana tenang dan damai. Lampu jalan yang temaram menciptakan bayangan lembut di sepanjang jalan, seolah-olah mengantar mereka menuju momen yang lebih intim dan pribadi.
Ketika mereka tiba di depan rumah Lily, Delynn memberhentikan mobilnya dengan perlahan, berhati-hati agar tidak menimbulkan suara bising yang bisa mengganggu ketenangan yang sudah tercipta. Setelah mematikan mesin, keduanya duduk sejenak dalam keheningan. Momen itu terasa begitu berharga, seperti waktu berhenti sejenak hanya untuk mereka berdua. Lily memandang keluar jendela, memperhatikan butiran hujan yang menempel di kaca, merasakan kedamaian yang menyelimuti hatinya. Setiap detik yang dihabiskan bersama Delynn adalah seperti permata yang berkilauan di dalam hatinya, sesuatu yang ia simpan dengan penuh kasih sayang.
"Ayo, kita masuk," ajak Delynn dengan lembut, akhirnya memecah keheningan. Suaranya mengalir dengan tenang, seolah-olah tak ingin mengganggu ketenangan yang telah mereka ciptakan bersama. Ia melepaskan sabuk pengamannya dan meraih payung di kursi belakang. Lily, yang sejak tadi terlarut dalam pikirannya, mengikuti gerakan Delynn dengan senyum tipis di wajahnya. Keduanya keluar dari mobil, dan Delynn segera membuka payung besar itu, memastikan bahwa Lily tidak terkena tetesan hujan saat mereka berjalan menuju pintu depan rumahnya.
Begitu mereka melangkah masuk ke dalam rumah, kehangatan segera menyambut mereka, menggantikan dinginnya udara luar yang masih tertinggal di kulit mereka. Suasana rumah yang tenang, dengan penerangan lembut dari lampu-lampu kecil di sudut-sudut ruangan, memberikan perasaan aman dan damai, membuat Lily tersenyum lega setelah perjalanan panjang di tengah hujan.
Delynn menutup pintu dengan hati-hati, memastikan tidak ada udara dingin yang masuk, lalu dengan lembut meletakkan payung di dekat pintu, membiarkan beberapa tetesan air terakhir jatuh ke lantai. Suara tetesan itu terdengar samar-samar, seolah menjadi bagian dari simfoni keheningan yang menenangkan.