Five

6 2 0
                                    

Hari itu, Diana pulang dengan pikiran yang berat. Ia berjalan melewati jalanan sepi, masih dalam suasana lockdown yang membuat kota terasa sunyi dan tidak bertenaga. Udara dingin menyentuh kulitnya, membuat Diana menarik jaketnya lebih rapat. Pikirannya terus berkutat pada tawaran Adrian. Ada sesuatu yang tidak benar, tapi ia tidak bisa mengabaikan kesempatan untuk mendapatkan uang lebih banyak bagi dirinya dan Reyhan.

Sesampainya di rumah, Diana mendapati Reyhan sudah pulang dari sekolah dan sedang duduk di meja dapur, mengerjakan PR-nya dengan wajah serius namun senang. Melihat adiknya seperti itu membuat Diana merasa sedikit lega. Setidaknya, Reyhan tampak bahagia di sekolah barunya, meskipun fasilitasnya tidak sebaik sekolah-sekolah di distrik elit seperti Arafuru.

“Hei, Reyhan,” sapa Diana sambil meletakkan tasnya di kursi. “Bagaimana sekolah hari ini?”

Reyhan menoleh, wajahnya langsung cerah melihat kakaknya. “Hai, Kak! Sekolah hari ini seru banget! Aku belajar banyak hal baru dan main dengan teman-teman juga. Mereka semua baik dan seru. Aku suka sekolah di sini!”

Diana tersenyum, merasa hangat mendengar cerita Reyhan. “Aku senang mendengarnya, Reyhan. Yang penting kamu menikmati sekolah dan punya banyak teman.”

Reyhan mengangguk antusias. “Iya, Kak! Aku janji akan belajar dengan giat.”

Diana mengusap kepala adiknya dengan lembut. “Kakak yakin kamu akan melakukannya dengan baik. Kamu anak yang pintar.”

Setelah beberapa saat berbincang, Diana beranjak ke dapur untuk menyiapkan makan malam. Namun, pikirannya masih saja dipenuhi dengan tawaran pekerjaan dari Adrian. Dia tahu dia harus memutuskan sesuatu, tetapi dia tidak yakin apa yang harus dilakukan.

Selama makan malam, Diana memutuskan untuk membuka topik ini dengan Reyhan. “Reyhan, ada yang ingin Kakak bicarakan dengan kamu,” katanya pelan.

Reyhan yang sedang menikmati makan malamnya menatap Diana dengan rasa ingin tahu. “Ada apa, Kak?”

Diana mengambil napas dalam-dalam. “Hari ini Kakak mendapat tawaran pekerjaan baru. Pekerjaannya cukup mudah, tapi Kakak merasa ada sesuatu yang aneh. Kakak ingin mendengar pendapat kamu.”

Reyhan mendengarkan dengan serius. “Pekerjaan apa, Kak?”

Diana menjelaskan dengan hati-hati tentang tawaran Adrian. “Kakak diminta untuk mengantarkan beberapa paket ke distrik elit seperti Arafuru. Kakak tidak tahu apa isi paketnya dan mengapa harus diantar ke sana, tapi bayarannya lumayan.”

Reyhan mengerutkan kening, mencoba memahami situasinya. “Tapi kalau Kakak merasa ada yang aneh, kenapa Kakak mau pertimbangkan?”

Diana tersenyum tipis. “Karena uangnya bisa membantu kita. Kita butuh uang untuk biaya hidup dan untuk kamu sekolah. Tapi Kakak juga tidak mau kita terlibat dalam masalah. Jadi Kakak bingung.”

Reyhan berpikir sejenak sebelum menjawab. “Kalau begitu, mungkin Kakak harus cari tahu lebih banyak dulu tentang pekerjaannya. Tanyakan orang lain yang tahu lebih banyak tentang tempat itu atau tentang orang yang menawarkan pekerjaan itu. Jangan langsung memutuskan kalau Kakak merasa ragu.”

Diana terkejut mendengar saran yang begitu matang dari adiknya. “Kamu benar, Reyhan. Kakak akan cari tahu lebih dulu sebelum memutuskan. Terima kasih, ya. Kamu selalu bisa diandalkan.”

Reyhan tersenyum, senang bisa membantu. “Aku cuma ingin Kakak dan aku tetap aman. Kakak sudah melakukan banyak hal untuk aku. Aku juga ingin membantu sebisa aku.”

Malam itu, setelah Reyhan tertidur, Diana duduk sendirian di ruang tamu, memikirkan langkah selanjutnya. Dia tahu bahwa dia tidak bisa terus berdiam diri dan membiarkan kesempatan ini berlalu begitu saja, tapi dia juga tidak bisa mengabaikan firasat buruk yang terus mengganggunya.

I Lost YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang