I Lost You

Twelve

Konflik demi konflik yang menimpa Reyhan membentuknya menjadi sosok yang berbeda. Setiap pengkhianatan, pertempuran, dan rasa sakit membuatnya tumbuh lebih kuat, baik secara fisik maupun mental. Masa kecil yang diwarnai dengan rasa takut dan keraguan kini tergantikan oleh keteguhan dan tekad yang sulit digoyahkan. Waktu terus berlalu, dan tanpa disadari, Reyhan beranjak remaja.

Meski kehidupan tidak menjadi lebih mudah, Reyhan kini lebih siap menghadapi tantangan. Kehidupannya di sekolah tidak lagi diwarnai oleh ejekan dan hinaan. Tatapan merendahkan dari teman-temannya berubah menjadi rasa segan. Reyhan menjadi sosok yang lebih dingin dan berwibawa, meskipun masih ada amarah yang membara di dalam dirinya. Kini, dia tidak hanya dikenal sebagai "adik dari seorang penjahat" tetapi sebagai seorang remaja yang tangguh, yang tidak bisa dipermainkan begitu saja.

Setiap pagi, saat Reyhan menatap cermin, dia melihat refleksi dirinya yang berbeda. Tubuhnya lebih kokoh, wajahnya lebih dewasa, dan sorot matanya penuh dengan tekad. Tidak ada lagi anak yang mudah dipermainkan atau dijadikan bahan olokan. Dia telah melalui berbagai pertempuran batin dan fisik, dan setiap luka yang ia alami hanya membuatnya semakin kuat.

Kehidupannya kini dipenuhi dengan latihan fisik yang keras. Reyhan sering kali melatih diri di gym, bukan hanya untuk membentuk tubuhnya, tetapi juga untuk melepaskan frustrasi dan kemarahannya terhadap dunia yang tidak adil. Dalam kesendirian, dia mengingat janji yang dia buat kepada dirinya sendiri: dia akan membebaskan Diana, apapun yang terjadi.

Suatu sore, saat Reyhan tengah berlatih di gym, Dony datang menghampirinya. Dony, meskipun satu-satunya teman yang masih dekat dengannya, merasa terkejut dengan perubahan Reyhan. "Kau terlihat berbeda, Reyhan," katanya dengan kagum, melihat otot-otot Reyhan yang semakin terbentuk.

Reyhan hanya mengangguk, tanpa banyak bicara. "Aku harus kuat," jawabnya singkat.

Dony menatapnya, melihat jauh ke dalam mata temannya yang dulu penuh dengan keceriaan namun kini terasa jauh dan dingin. "Kau sudah kuat, Reyhan. Tapi aku harap, kau tidak lupa siapa dirimu."

Reyhan menghentikan latihannya dan menatap Dony sejenak. "Aku tidak lupa, Don. Justru karena aku tahu siapa diriku, aku harus melakukan ini. Aku harus melindungi Diana dan menemukan jalan untuk membebaskannya."

Dony menghela napas, lalu menepuk bahu Reyhan. "Aku akan selalu mendukungmu, apapun yang terjadi."

Dengan dukungan Dony, Reyhan merasa sedikit lebih ringan. Namun, dia tahu bahwa perjuangan yang sesungguhnya masih jauh dari selesai. Di tengah malam, dia sering kali terbangun dengan mimpi buruk tentang Diana, terkurung di tempat yang tidak diketahuinya. Setiap hari, bayang-bayang Kyle dan masa lalu yang kelam terus menghantuinya.

Satu hal yang pasti, Reyhan sudah tidak lagi menjadi bocah yang lemah. Dia tumbuh menjadi remaja yang keras, penuh tekad, dan siap menghadapi apapun yang datang. Kini, dia tidak hanya mencari cara untuk membebaskan kakaknya, tetapi juga untuk menghancurkan semua orang yang terlibat dalam menjatuhkan keluarganya.

Perlahan-lahan, Reyhan menyusun rencana. Dia akan menyusup ke dunia elit Arafuru suatu hari nanti, menyelidiki lebih dalam tentang jaringan yang mengendalikan Kyle dan mencari tahu siapa sebenarnya yang ada di balik semua ini. Tujuannya hanya satu: membebaskan Diana dan mengakhiri semua ini, sekali dan untuk selamanya.

Dalam benaknya, Reyhan tahu bahwa masa depannya penuh dengan risiko. Tapi dia tidak peduli. Dengan setiap konflik yang dihadapinya, Reyhan merasa dirinya tumbuh semakin kuat, semakin siap, dan semakin berbahaya bagi mereka yang telah menghancurkan kehidupannya.

Hari itu, suasana sekolah terasa lebih berat dari biasanya bagi Reyhan. Meskipun dia sudah terbiasa dengan bisikan-bisikan dan tatapan sinis dari teman-temannya, ada sesuatu yang berbeda hari itu. Beberapa anak yang dulu sering merundungnya tampak berkumpul di sudut lapangan sekolah. Mereka memperhatikan Reyhan dengan tatapan menantang.