One

9 2 0
                                    

Pagi itu, sinar matahari menerobos lembut melalui celah tirai kamar kecil Reyhan, membangunkannya dari mimpi-mimpi indah. Dengan mata yang masih setengah terpejam, ia merasakan kehangatan yang menyelimuti tubuhnya. Di luar, suara burung-burung berkicau lembut, seolah menyapa pagi yang baru. Reyhan menggeliat, mengusir sisa-sisa kantuk, dan perlahan duduk di tempat tidurnya.

Tiba-tiba, aroma yang begitu akrab menyusup ke dalam indera penciumannya. Harum nasi goreng dengan bawang putih dan telur yang digoreng setengah matang menggelitik hidungnya, membuat perutnya yang kosong seketika berbunyi. Reyhan tersenyum kecil, mengenali sumber aroma itu. Diana, kakaknya, pasti sudah bangun lebih awal untuk memasakkan sarapan.

Dengan semangat, Reyhan melompat dari tempat tidur. Kaki-kakinya yang kecil bergerak cepat di lantai kayu yang dingin, menuju dapur di ujung lorong rumah. Ketika sampai di pintu dapur, Reyhan berhenti sejenak. Dari balik pintu, ia bisa melihat punggung kakaknya yang ramping, sedang sibuk di depan kompor. Rambut panjang Diana diikat rapi ke belakang, dan tangan-tangannya cekatan mengaduk wajan. Suara gemericik minyak yang panas dan aroma lezat yang semakin kuat membuat Reyhan semakin tak sabar.

Tanpa berkata apa-apa, Reyhan perlahan menghampiri Diana. Sesaat kemudian, ia melingkarkan tangannya di pinggang kakaknya, memeluknya dari belakang. "Pagi, Kak Diana," ucap Reyhan dengan suara kecil, namun penuh kasih.

Diana tersentak sedikit, lalu tersenyum lembut. Ia meletakkan spatula, lalu berbalik, menatap adiknya dengan mata yang penuh kehangatan. "Pagi, Reyhan. Sudah bangun, ya? Kakak masak nasi goreng kesukaanmu," katanya sambil mengusap lembut rambut Reyhan.

Reyhan mengangguk dengan mata berbinar-binar. "Iya, aku sudah cium baunya dari kamar. Wangi sekali, Kak."

Diana tertawa kecil, lalu mengangkat wajan dan memindahkan nasi goreng ke piring yang sudah disiapkan di meja. "Ayo, kita sarapan bersama. Setelah ini, kakak akan ajari kamu bagaimana cara membuat nasi goreng yang enak, ya."

Reyhan mengangguk lagi, kali ini dengan semangat yang lebih besar. Ia tahu, di dalam keheningan rumah kecil ini, di balik senyum kakaknya, ada cinta yang begitu besar yang selalu membuatnya merasa hangat dan aman. Meskipun kedua orang tua mereka sudah tiada sejak ia masih kecil, Reyhan tak pernah merasa benar-benar kehilangan. Diana selalu ada, menjadi cahaya di setiap paginya, memberikan kehangatan yang tak pernah padam.

Setelah menyantap sarapan yang disajikan oleh Diana, Reyhan duduk di meja dapur, menunggu dengan antusias sementara kakaknya mulai menyiapkan bahan-bahan untuk sesi masak mereka. Diana membuka lemari dapur, mengeluarkan nasi yang sudah dimasak semalam, beberapa telur, bawang putih, dan sayuran segar. Setiap gerakannya tampak begitu terampil dan penuh kasih, seolah-olah ia sedang menyiapkan sesuatu yang sangat istimewa.

"Kita mulai dari bawang putih dulu, ya," kata Diana sambil memberikan satu siung bawang putih kepada Reyhan. "Kamu tahu cara mengupasnya, kan?"

Reyhan mengangguk dengan yakin, meski dalam hatinya masih ada sedikit ragu. Ia mengambil pisau kecil yang sudah disiapkan Diana dan mulai mengupas bawang putih dengan hati-hati. Diana berdiri di sampingnya, memperhatikan dengan cermat namun tetap memberi ruang bagi adiknya untuk belajar. Sesekali, Reyhan melirik ke arah kakaknya untuk memastikan bahwa yang ia lakukan sudah benar.

"Bagus, Reyhan. Hati-hati dengan jarimu, ya," ucap Diana lembut, membuat Reyhan merasa semakin percaya diri.

Setelah bawang putih selesai diiris tipis, Diana melanjutkan dengan menunjukkan cara menggorengnya di atas minyak panas. Reyhan berdiri di samping kakaknya, matanya membelalak ketika melihat bawang putih yang mereka iris tadi mulai berubah warna menjadi keemasan dan mengeluarkan aroma yang harum.

"Sekarang giliranmu mengaduk," kata Diana sambil menyerahkan spatula kepada Reyhan.

Dengan tangan kecilnya yang sedikit gemetar karena rasa tanggung jawab, Reyhan mulai mengaduk bawang putih di dalam wajan. Diana tetap di sampingnya, siap membantu jika diperlukan, tetapi juga memberikan Reyhan kebebasan untuk merasakan bagaimana rasanya memasak sendiri. Ketika bawang putih sudah cukup harum, Diana menambahkan nasi ke dalam wajan, diikuti dengan potongan sayuran dan telur yang sudah dikocok. Reyhan terus mengaduk dengan semangat, mencoba meniru gerakan tangan kakaknya yang cekatan.

I Lost YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang