Nineteen

3 1 0
                                    

Reyhan dan Dony duduk di bangku tepi jalan, menikmati sejenak ketenangan setelah seharian penuh aksi. Namun, ketenangan itu segera terganggu ketika ponsel Reyhan berdering. Layar menunjukkan nama Robert, pengacara yang selama ini membantu mereka. Tanpa ragu, Reyhan segera mengangkat panggilan itu.

"Reyhan, bisakah kau datang ke kantorku? Ada sesuatu yang ingin aku bicarakan denganmu," suara Robert terdengar serius.

Reyhan bertukar pandang dengan Dony dan segera menjawab, "Kami akan segera ke sana."

Setelah beberapa menit bergegas, mereka tiba di kantor Robert. Di dalam ruangan, Robert sedang duduk di belakang meja, menatap berkas-berkas yang tersebar. Ketika mereka masuk, dia langsung berdiri dan menyambut mereka.

"Terima kasih sudah datang. Ada hal yang ingin kuberitahukan tentang masa lalu ayahmu, Reyhan," ucap Robert sambil menarik napas dalam.

Reyhan terkejut. Ia jarang mendengar tentang ayahnya, terutama karena ia masih sangat kecil ketika orang tuanya meninggal. Dengan penuh rasa penasaran, Reyhan duduk, sementara Dony berdiri di sampingnya, mendengarkan dengan seksama.

Robert memulai cerita, "Ayahmu, Arya, adalah seorang yang luar biasa saat masih muda. Aku mengenalnya dengan cukup baik. Kami berteman di masa sekolah. Arya... dia sangat mirip denganmu, Reyhan. Sama-sama penuh semangat, punya tekad yang kuat, dan selalu ingin melindungi orang yang dia sayangi. Tapi ada satu perbedaan besar antara kalian berdua."

Reyhan mendengarkan dengan seksama, tak ingin melewatkan satu kata pun.

"Kalau kau lebih pendiam dan tegas, Arya justru terkenal sebagai anak yang sangat aktif, humoris, dan penuh semangat. Dia sering menjadi pusat perhatian di mana pun dia berada. Namun, di balik semua itu, dia juga agak nakal. Dia suka berbuat ulah di sekolah-tidak jahat, hanya... sedikit liar," Robert tertawa kecil mengingat masa lalu mereka.

Dony tertawa ringan, tetapi Reyhan tetap terfokus, mencoba membayangkan sosok ayahnya yang ceria dan nakal.

"Namun, satu hal yang sangat kuat dalam diri Arya adalah rasa keadilannya. Dia tidak pernah bisa melihat ketidakadilan, tidak peduli sebesar atau sekecil apa pun. Sama seperti dirimu sekarang, Reyhan. Ayahmu selalu membela mereka yang lemah dan tertindas, meskipun itu sering membawanya ke dalam masalah."

Robert berhenti sejenak, mengenang masa lalu. "Aku ingat, ada satu kejadian di mana Arya membantu seorang teman kami yang dituduh mencuri. Dia tahu bahwa temanku itu tidak bersalah, dan meskipun dia harus melawan banyak orang, Arya tidak pernah menyerah sampai kebenaran terungkap. Dia selalu punya keberanian untuk berdiri melawan ketidakadilan, bahkan jika itu berarti mempertaruhkan dirinya sendiri."

Reyhan terdiam, merenungkan kisah yang baru saja diceritakan Robert. Dalam hatinya, ia merasa semakin terhubung dengan ayahnya yang tak pernah benar-benar ia kenal. Rupanya, semangat keadilan yang ia miliki sekarang diwariskan dari ayahnya.

Robert tersenyum hangat. "Aku ingin kau tahu, Reyhan, bahwa dalam banyak hal, kau melanjutkan warisan ayahmu. Dia akan bangga melihatmu sekarang-bagaimana kau melawan ketidakadilan, bahkan ketika dunia tampak menentangmu."

Reyhan mengangguk pelan, merasa berat dengan tanggung jawab yang ia bawa. Namun, di saat yang sama, ada juga rasa kebanggaan dalam dirinya. Kini ia tahu bahwa perjuangannya untuk keadilan bukan hanya untuk Diana, tetapi juga untuk menghormati ayahnya.

"Terima kasih, Pak Robert. Aku akan terus berjuang, seperti ayahku dulu," ucap Reyhan dengan suara yang mantap.

Robert menepuk pundak Reyhan dengan bangga. "Kau akan melakukannya dengan baik, Reyhan. Dunia membutuhkan orang-orang seperti ayahmu-dan sepertimu."

I Lost YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang