Sepulang sekolah, Reyhan melangkah pulang dengan semangat seperti biasanya. Dia senang bisa bersekolah dan bertemu dengan teman-teman barunya. Namun, di tengah perjalanan, sesuatu menarik perhatiannya. Di sudut halaman sekolah, dia melihat seorang anak sebayanya yang dikelilingi oleh sekelompok anak laki-laki yang lebih besar. Anak itu tampak ketakutan, sementara yang lain tertawa dan mendorongnya.
Reyhan berhenti sejenak, merasakan dorongan untuk membantu. Tanpa ragu, dia mendekati mereka. “Hei, tinggalkan dia sendirian!” seru Reyhan dengan suara tegas.
Anak-anak yang merundung itu menoleh, terkejut melihat keberanian Reyhan. Salah satu dari mereka, yang tampak sebagai pemimpin, melangkah maju dengan senyum sinis. “Lihat, ada pahlawan kecil di sini,” ejeknya. “Mau coba jadi pahlawan, ya?”
Reyhan tidak mundur. “Kalian tidak boleh berbuat begitu. Itu salah.”
Mendengar itu, anak-anak lainnya mulai tertawa dan mengejek Reyhan. “Kau pikir bisa menghentikan kami?” tanya salah satu dari mereka sambil mendorong Reyhan ke belakang.
Reyhan terhuyung, tetapi tetap berdiri tegak. “Aku hanya ingin kalian berhenti!” katanya, suaranya masih penuh tekad meskipun merasa sedikit takut.
Namun, alih-alih mendengarkan, pemimpin kelompok itu malah memukul Reyhan di bahu, mendorongnya ke tanah. Rasa sakit menyebar di tubuhnya, tetapi Reyhan menahan air matanya. Ia tidak ingin menunjukkan kelemahan di depan mereka. Dengan cepat, Reyhan bangkit kembali, tetapi kali ini ada sesuatu yang berbeda. Tanpa sengaja, kemarahan dan rasa keadilan dalam dirinya menguat, mendorongnya untuk bertindak lebih keras.
Dalam sekejap, Reyhan membalas dengan mendorong anak yang memukulnya tadi dengan kuat. Anak itu terkejut, tidak menyangka bahwa Reyhan akan melawan. Pertarungan kecil pun terjadi. Reyhan, yang biasanya pendiam dan penyabar, tanpa sadar menggunakan kekuatan yang lebih dari yang dia duga. Dia tidak bermaksud untuk melukai siapa pun, tetapi tangannya bergerak lebih cepat daripada pikirannya.
Anak-anak lainnya terkejut dengan keberanian dan kekuatan Reyhan. Pemimpin kelompok yang tadi merundung segera mundur dengan rasa takut di matanya. “Ayo, kita pergi!” serunya kepada teman-temannya. Mereka pun lari terbirit-birit meninggalkan tempat itu, tidak ingin terlibat lebih jauh.
Reyhan terdiam, napasnya tersengal-sengal. Dia melihat anak yang dirundung tadi, yang sekarang menatapnya dengan mata penuh rasa terima kasih dan kekaguman.
“Terima kasih,” kata anak itu pelan, suaranya gemetar.
Reyhan mengangguk, masih merasa bingung dengan apa yang baru saja terjadi. “Tidak apa-apa. Kamu baik-baik saja?”
Anak itu mengangguk pelan, lalu buru-buru berlari pulang tanpa berkata apa-apa lagi. Reyhan tetap berdiri di sana, merasa campur aduk. Dia tidak tahu bagaimana harus merespons apa yang baru saja dia lakukan. Ini pertama kalinya dia melawan dengan begitu keras, dan meskipun dia berhasil menghentikan para perundung, ada perasaan aneh yang menyelimutinya.
Ketika dia akhirnya melangkah pulang, Reyhan mulai berpikir tentang kakaknya, Diana. Mungkin inilah yang dirasakan Diana ketika melindungi dirinya, pikir Reyhan. Perasaan kuat untuk melindungi orang lain, meskipun itu berarti harus menghadapi bahaya atau risiko terluka.
Namun, satu hal yang pasti: hari ini, Reyhan telah menunjukkan bahwa dia tidak akan diam saja ketika melihat ketidakadilan, dan meskipun dia belum sepenuhnya memahami kekuatan yang ada dalam dirinya, dia tahu bahwa dia harus belajar mengendalikannya dengan bijak.
Sesampainya di rumah, Reyhan masih merasa bingung dengan apa yang baru saja terjadi. Kakinya terasa berat saat melangkah masuk ke dalam, pikirannya penuh dengan bayangan perkelahian tadi. Dia berusaha mengendalikan perasaannya, tetapi jantungnya masih berdetak kencang.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Lost You
Action[Status : Completed] Start : 19 Juli - 23 September 2024 Genre : Action [Sinopsis] Apa yang kau ketahui dariku? Perkelahian? Geng motor? itu semua tidak berarti untukku. Bagaimana dengan cinta? itu bohong! aku tidak percaya cinta. Yang aku inginkan...