21.

177 11 2
                                    

"Tidak!" Kaoru menekankan kalimatnya berulang-ulang, apapun yang reki katakan jawabannya tetap tidak.

"Kak, aku mengerti bagaimana kekhawatiran mu. Aku senang karena antusias mu yang telah merawat ku setelah peninggalan ibu, tapi kak aku sudah dewasa aku sudah memiliki keluarga" reki kembali meyakinkan, bahkan ia rela bertekuk lutut hanya demi di beri izin untuk pulang kembali.

Kaoru menangkup dagu reki menghadapnya, tangan yang menganggur membelai rambut merahnya.

"Dia tidak baik bagimu, aku tidak percaya lagi pada pria aneh itu"

"Kak, kejadian itu bukan sepenuhnya salah suamiku. Kak!, coba bayangkan saat kakak berada di posisiku saat ini, kau harus berpisah dengan kak Joe hanya karena ego seorang kakak yang beralibi ingin melindungi adiknya tapi malah membuat dadanya sesak karena melepas orang tercintanya, jika kau di posisiku apa yang akan kau lakukan?"

Kaoru tidak berkutik, pernyataan barusan memang benar, bagaimana jika dirinya dan Joe berada di posisi langa dan reki?.

Kaoru merasa reki sudah sangat dewasa, kaoru bangga karena tingkah laku reki tidak seperti dulu yang suka merengek, bahkan dia bisa berpikir lebih dewasa dan bertanggung jawab dengan tindakannya.

Helaan nafas keluar dari mulut kaoru, ia melirik ke arah Joe yang kemudian tersenyum sembari mengangguk padanya.

"Baiklah, kau benar, reki ku sudah dewasa dan sudah berkeluarga, aku memang tidak berhak untuk mencampuri urusan kalian, aku hanya terlalu khawatir kau akan tersakiti lagi, aku tidak berpikir bagaimana tentang perasaan mu dengan tindakanku__"

"Jadi__"

"Ya aku izinkan" persetujuan dari kaoru membuat reki girang, reflek ia mengecup pipi kakaknya lalu beralih memeluk Joe saking gembiranya.

Lagi, reki kembali bertingkah bak anak kecil yang menjadi ciri khasnya selama ini, Joe yang masih linglung dengan tindakan yang di lakukan reki hanya terdiam dengan tatapan kosong ke depan.

Apa yang baru saja terjadi?.

Kegembiraan itu berlanjut, reki periang melompat dengan senandung riang di sepanjang jalan menuju kamarnya, hingga ia tidak menyadari kakinya tersandung sesuatu yang membuatnya terjatuh.

_ya, itu bukan masalah besar, reki tidak akan menangis karena itu, ia kembali pada kamarnya untuk menghubungi langa kabar gembira ini.

_

_

_

Tiga mobil hitam datang berurutan dan berhenti di depan gerbang rumah milik keluarga nanjo, rombongan itu seperti seseorang penting akan datang untuk berkunjung, padahal pada kenyataannya hanya penjemputan reki.

Ini berlebihan, sejak kapan langa sedramatis ini?.

Beberapa koper telah di persiapkan, reki beserta orang-orang lain sudah berdiri siap di depan pintu menyambut langa yang notabenenya suami reki yang datang untuk menjemputnya.

Termasuk juga kaoru dan Joe, ini seperti acara pernikahan bagi mereka, apalagi saat reki menikah mereka tidak diundang Sama sekali.

"Nyonya, ayo kita pulang" Hyuga membungkuk sembari meminta izin.

Tidak menghiraukan hyuga yang berbicara, reki celingak-celinguk mencari keberadaan seseorang yang tidak terlihat.

"Tuan langa menunggu anda di mansion" hyuga kembali berbicara.

Bibir reki berkerut maju, pipinya menggembung kesal lalu dengan emosinya ia menyeret satu koper dengan langkah kaki yang terdengar di hentak.

Hyuga mengejar reki dari belakang.
"Tu-tunggu, biar saya saja yang membawanya, koper itu berat nyonya".

Tidak ada komentar dari Surai merah, ia terus melanjutkan langkahnya hingga ke mobil.

Sementara kaoru dan Joe yang mengharapkan momen romantis, sepertinya sedikit kecewa dengan endingnya, tidak ingin marah-marah karena takut kulitnya menua kaoru hanya mendengus sembari irisnya mengekori sosok reki hingga raib di balik gerbang.

_

_

_


Kini ketiga mobil memasuki halaman mansion yang sudah tidak asing lagi bagi reki, di sepanjang jalan mereka di sambut dengan orang yang berbeda-beda, bahkan kenta, para maid wanita dan juga...

"Pak takagi...!"

"Yo, apa kabar"

"Bagaimanapun keadaan mu setelah hari itu?" Reki sangat senang, setelah penculikan Adam saat itu takagi yang mencoba melindungi reki malah tertembak di tempat.

Reki pikir saat itu takagi sudah tidak bernafas apalagi saat ia menjalani pengobatan, tidak ada seorang pun yang memberitahu keadaannya.

"Aku baik, meski aku menua staminaku sangat power" takagi terkekeh sembari memamerkan lengan berotot nya pada reki.

"Aku pikir saat itu kau mati"

Tak!.

Takagi menjitak kepala reki hingga jidatnya memerah, sang empu meringis sakit sambil memegang dahinya.

"Kau bisa lihat sendiri aku masih bernafas reki, tenang saja aku bukan hantu"

Reki terkekeh sembari menggaruk tengkuknya, di susul takagi yang kemudian ikut terkekeh bersama.

"Khem, langa sudah menunggumu"

Reki mengangguk lalu ia pamit pergi dengan lambaian tangan untuk takagi, ia kembali berjalan hingga ke pintu besar tempat seorang berdiri menyambutnya.

"_lang...."

"Selamat datang"

Langa berdiri tegak, lalu merendahkan punggung dan satu tanganya di dada, seperti menyambut pasangan dansa.

"Kau kembali reki" langa kembali mengulum senyum, lalu memberikan tanganya untuk di gandeng.

Setelah reki menggapainya, langa menarik reki masuk yang disusul beberapa orang di belakangnya dengan membawa barang milik reki.

"Sejak kapan kau sedramatis ini, hm"

"Aku hanya membuat penyambutan untukmu sedikit terkesan " langa terkekeh.

"Sangat berkesan!"

"Benarkan?"

Keduanya tertawa, gandengan tangan itu tidak lepas bahkan mengendur sedikitpun di sepanjang jalan hingga ke kamar mereka yang sudah reki rindukan.

Kamar tempat mereka menjalin cinta, bahkan setiap sudut memiliki memori masing-masing.

"Aku merindukanmu" langa berbisik.

"Aku juga"





















______________________________________
End.





Entahlah, saya pun tak tahu.







______________________________________
31-agustus-2024.
Aceh Tengah Takengon.

Kobayashi riku.
小林りく

he's mine ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang