48. Titik Terang

4 1 0
                                    

Setelah kondisi Irven cukup membaik setelah dirawat berhari-hari di rumah sakit. Kini ia sudah diperbolehkan pulang. Meski harus banyak istirahat di rumah terlebih dahulu.

"Papa makan dulu, biar Khandra yang ambil".

"Nanti aja, ndra, papa belum lapar".

"Tapi papa harus minum obat".

"Tadi pagi papa minum, ndra. Papa mau tidur dulu".

"Baiklah, papa, kalau butuh apa-apa, kasih tahu saja".

"Iya".

Khandra keluar dari kamar Irven dan kini ia melihat Ayyara dan Lucano di ruang tamu.

"Hai, ndra". Sapa Ayyara.

"Hai, kak, lama nggak ketemu?".

"Baru sampai, gimana keadaan Om Irven?".

"Alhamdulillah, kak sudah mulai membaik".

"Alhamdulillah".

"Makasih ya".

"Aku ambil minum dulu".

"Nggak usah repot-repot, ndra".

"Nggak usah repot-repot". Khandra berjalan ke dapur untuk mengambil minum.

"Kamu seharusnya tidak repot-repot datang ke sini untuk mengunjungi papaku."

"Tidak masalah, Luc. Justru aku ingin bertemu calon mertuaku."

"Calon mertua sekarang." Lucano menggoda sambil menjambak rambut Ayyara sedikit.

"Sudah jelas, kan."

"Silakan minum ini, Kak. Aku mau ke atas dulu. Selamat menikmati."

"Terima kasih, Kak."

"Dia memang baik, Luc." Kata Ayyara sambil melihat Khandra yang sedang menaiki tangga.

"Ya, Khandra memang anak yang baik, bahkan sangat baik."

"Eh, tidak apa-apa, Luc. Aku sudah mengobrol dengan Riga, aku ingin diajak mencari baju batik untuk acara sekolah besok."

"Terburu-buru sekali."

"Iya, lupa, pamit pulang dulu ya. Jangan lupa sapa Camer, hehe."

"Ya ampun, iya. Kamu pulangnya hati-hati, ya?"

"Tentu saja".

Lucano mengantar Ayyara sampai gerbang depan. Seperti biasa, Ayyara memacu motor pink kesayangannya.

Setelah Ayyara pergi, Lucano masuk ke mobil untuk memberikan stok makanan yang sudah habis di rumah.

Sesampainya di supermarket, Lucano mengambil troli lalu mengambil barang-barang kebutuhan pokok yang harus dibelinya.

"Eh, maaf nggak sengaja". Lucano refleks kaget saat tak sengaja menyenggol seseorang dengan troli belanjanya.

"Iya, nggak apa-apa".

"Leyaa".

"Lucano"

"Lo nggak apa-apa?".

"Gapapa, gapapa aman kok".

"Maaf, tadi gue nggak lihat di depan".

"Iya, Sans, Luc. Lo sendiri?".

"Iya, gue sendiri".

"Sama-sama, lo belanja segini banyaknya?".

"Iyalah, untuk keperluan rumah".

"Kenapa sih lo cowok mau disuruh belanja kayak gini?".

Hujan Yang Memeluk LaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang