35. Kembalinya Hujan dan Ingatan

11 1 0
                                    

Setelah pulang sekolah, ayyara memutuskan untuk pergi menjenguk lucano yang sudah berada di rumah. Namun karena sore itu mendung, jadi ayyara langsung segera buru - buru untuk mencari taxi seadanya.

Sesampainya di rumah lucano, gerimis sudsh turun. Kini gerbang rumah lucano di buka kan oleh kedua satpam yang berjaga di pos rumahnya.

Ting ... tung...

"Eh, mbak ayyara kan ya? Nyari siapa mbak?." Tanya bi sumi yang membukakan pintu setelah mendengar suara bel rumah berbunyi.

"Bi sumu apa kabar?. Lucanonya ada bi?."

"Baik mbak. Oh ada, masuk dulu mbak. Biar bi sumi panggilan sebentar."

"Makasih bi."

Terlihat ayyara yang sedang duduk di ruang tamu sambil melihat keadaan sekitar. Yang membuatnya masih kagum dengan kemewahan rumah lucano tersebut.

"Mau minum apa mbak?." Tanya bi sumi yang kembali ke ruang tamu seusai memanggil lucano dari dalam kamarnya.

"Gak usah repot - repot bi."

"Enggak mbak. Bibi buatin minuman sebentar ya." Ujar bi sumu yang kini berlari kecil menuju ke arah dapur.

"Gimana keadaan kamu?." Tanya ayyara yang kini sudah melihat lucano duduk di sebelahnya.

"Baik."

"Tapi gak ada luka yang parah kan?."

"Enggak."

"Syukur deh. Oh iya ini aku bawain bolu kukus buat kamu. Aku buat sendiri loh." Ujar ayyara sambil menunjukkan senyumnya yang manis ke arah lucano.

"Makasih. Harusnya lo gak perlu repot - repot."

"Enggak ngerepotin kok."

Duarrrrr...
Suara guruh menggelegar begitu saja dan membuat lucano sudah mulai overthingking dan panik dengan suara guruh tersebut yang nantinya hujan pasti akan segera turun.

"Mending sekarang lo pulang."

"Tapi di luar udah gerimis luc."

"Lo ga bawa mantol?."

"Aku kesini naik taxi."

"Ckkk.."

Akhirnya suara hujan mulai terdengar dari arah luar. Dengan hebatnya isi kepala lucano serasa di putar kembali kaset lama menyetel beberapa kejadian semasa lampau yang masih membayangi isi otaknya.

"LUC!! KAMU KENAPA LUC!!." Ujar ayyara yang sudah mulai panik dengan kumatnya lucano saat hujan turun seperti ini.

"LUC, SADAR LUCCC."

"ENGGAKKKK!!! ENGGAKKK!!." Teriakan lucano menggema ke penjuru rumahnya.

"Ya allah mas lucanoo. Massss sadar massss." Ujar bi sumi yang baru saja datang setelah mendengar teriakan dari lucano.

"LUCC! INI GUE KHANDRAAA! LIHAT GUE LUC!!. WOI!." Ujar khandra yang kini ikut keluar, karena mendengar teriakan lucano terdengar sampai kamarnya.

"Apasih berisik amat!." Tanya deon yang terlihat terbangun dari tidurnya karena terganggu oleh suara berisik dari ruang tamu.

"LUC!!! LO HARUS BISA KALAHIN TRAUMA LO LUC!!." Gertak khandra agar lucano kembali tersadar dari ingatannya.

Karena mereka semua sudah tidak tau pakai cara apa lagi untuk menyadarkan lucano. Akhirnya tanpa aba - aba ayyara segera memeluk tubuh lucano dari samping.

"Kamu tenangin diri kamu dulu luc. Kamu bisa kok kalahin rasa sakit kamu saat ini." Ujar ayyara dengan lembut sambil mengusap - usap punggung lucano.

Dan benar saja, lucano sudsh berhenti berteriak - teriak namun masih dalam keadaannya yang belum berhenti menangis.

Hujan Yang Memeluk LaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang