[4] Are You Seriously?

5.6K 561 90
                                    

Aku merebahkan badanku di ranjang. Menghela napas panjang seraya memejamkan mata. Aku lelah. Seharian bersama makhluk seperti Jane dan Harry nyatanya mampu membuatku jengah.

Bagaimana tidak? Ternyata dua manusia itu jika bersatu sangat aneh sekali. Mereka membahas film-film kesukaan mereka yang sama sekali tidak kuketahui alur ceritanya. Topik pembicaraan yang sangat bosan, menurutku. Tapi tidak untuk mereka.

Mengesalkan? Memang.

"Kau masih disini, Lea?! Kau belum mati? Kau belum mengakhiri semuanya? Hey, gadis bodoh jawab aku!"

Suara itu... Kembali lagi.

"Jika kau tidak ingin mengakhiri hidupmu yang sangat menyedihkan itu, maka sekarang kuperintahkan--kau mengakhiri hidup Natha!"

Aku terduduk. Dengan perasaan takut aku mengedarkan pandanganku ke seluruh penjuru kamar. Bulir-bulir keringat mulai membasahi pelipisku. Tanganku pun ikut berkeringat. Dan apalagi ini? Suara itu menyuruhku membunuh Natha? Aku menjadi pembunuh begitu?

"Lakukan cepat jika kau tidak mau dalam bahaya. Natha berbahaya. Bunuh Natha!"

Aku terkesiap lagi. Memang aku membenci makhluk centil itu tapi aku tidak sampai hati untuk membunuhnya. Ya mana mungkin, gadis macam aku membunuh seseorang? Gila.

BRAKKKK

Jantungku lepas. Astaga.

"Hey, gadis sinting!"

Aku membulatkan mataku lebar-lebar sampai aku merasa bola mataku sudah meluber dari tempatnya. Apa-apaan Natha ada disini?

Jantungku berdetak cepat kala Natha melangkahkan kakinya lebih dalam. Lebih mendekat kearahku. Suara-suara itu tetap menggema, mengulang-ulang apa yang diperintahkannya untukku. Membuatku jengah. Andai saja aku sempat lost, mungkin detik ini aku di cap sebagai pembunuh.

"Aku diperintahkan Leo untuk mengecek keadaanmu," ia mendengus. "Sebenarnya aku ini kekasih Leo atau pengasuhmu? Setiap saat aku disuruh mengecek keadaanmu, mengawasi kegiantanmu. Membosankan."

Dengan kesal aku memutar bola mataku, mendorongnya yang sekarang berada di ranjang kesayanganku. Tentu saja aku tidak rela, ranjang suciku ini di tiduri oleh makhluk centil seperti dia.

"Kau pikir, aku mau diasuh olehmu? Aku lebih memilih diasuh oleh segerombolan anjing daripada sebutir manusia macam kau!"

"Argh, shit!" ia mengelus-ngelus bokongnya yang menurutku rata itu seraya bangkit dari keterpurukannya. "Dan aku lebih memilih mengurusi Leo ketimbang kau. Gadis gila!"

Setelah itu ia melenggang pergi. Meninggalkan kamarku dan meninggalkan jejak suara pintu kamar yang dibanting dengan kasar. Berani bertaruh, pasti ia sangat kesal sekarang. Aku menyeringai penuh kemenangan, sangat mudah membuat makhluk centil seperti dia kesal.

Mungkin aku bisa membunuhnya dengan cara itu?

Crap, apa yang tadi kupikirkan?

***

Aku frustasi astaga!

Sejak tadi, mataku tidak bisa tertutup. Aku tidak bisa menjangkau alam mimpiku. Jika kau bertanya separah apa aku kesal saat ini, aku tidak akan menjawabnya! Karena aku sangat kesal!

Terlebih suara menjijikkan itu, menghantuiku hingga saat ini. Suara-suara itu memerintahkanku untuk bangun. Melarangku untuk terlelap dengan nyenyak. Perintah macam apa itu?!

Jika seperti ini, aku benar-benar akan menjadi sinting sebentar lagi dan dengan mengenaskannya aku pasti akan menghabiskan sisa hidupku di dalam rumah sakit jiwa. Bergaul dengan pasien sinting lainnya.

OH SkizofreniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang