"Mengapa kau tidak membunuh keluargamu saja?"
Bumiku berguncang. Seakan gempa berkekuatan halilintar sedang menghujam pertahananku. Mataku melebar dan kurasa mataku akan melumer saking panasnya larva dalam gelapnya kedua mataku. Aku menerjap beberapa kali, guncangan dalam diriku semakin besar sehingga sebentar lagi kurasa duniaku akan hancur dan runtuh tanpa tersisa.
Membunuh keluargaku?
Harry menyuruhku membunuh keluargaku? Apa dia sedang menghasutku agar mengikuti jejaknya, hah?
"APA MAKSUDMU, HAH?!" suaraku melengking, menggelegar dan menusuk ke setiap ruangan yang sunyi. Aku menggebrak meja dengan liar.
Harry menjatuhkan gelas yang sedang ia genggam, mengakibatkan serpihan kaca bertaburan di lantai. Harry melihat serpihan kaca-kaca tak terbentuk akibat ulahnya sendiri lalu menatapku dengan alisnya yang terangkat tinggi-tinggi, kemudian ia bangkit dari duduknya. Ikut menggebrak meja seperti apa yang tadi kulakukan.
Apa-apaan, hah?!
"Apa yang kau lakukan?!" nada suara Harry teredam. Kurasa dia sedang menahan emosinya.
"Seharusnya aku yang menanyakan itu padamu!" aku menggebrak meja sekali lagi, "Apa-apaan kau menyuruhku untuk membunuh keluargaku, hah? Kau ingin menjadikanku seperti dirimu? Iya?!"
Harry tertegun dengan wajah kusutnya. Aku tidak mengerti apa maksud dari ekspresinya seperti itu. Aku juga tidak peduli kalau-kalau aku menyinggung hatinya karena perkataan menohokku.
"Apa?"
Hah?
"Apa maksudmu?"
Aku mendengus kesal, mengenyahkan pandanganku darinya dan kembali duduk di kursiku. Aku benar-benar sudah kepalang muak dengan sikap sok bodohnya yang menjijikkan. Kurasa, apa yang ia ucapkan tadi sudah sepantasnya ia mengerti maksudnya apa, dia sengaja menghasutku, bukan begitu?
"Le, ada apa denganmu, hah?" ia mendesah panjang, kembali terduduk di kursinya dan menyesap teh hangat milikku.
"Kau menyuruhku untuk membunuh keluargaku. Kurasa kau sudah mengerti apa tujuanmu mengatakan hal itu padaku," aku kembali bangkit dari dudukku, berjalan kearahnya dan melempar tatapan permusuhan dengan dendam yang terlaknat di dalamnya, "Aku tidak akan membunuh keluargaku. Bagaimanapun keadaannya, tidak pernah."
Setelah itu aku melenggang beberapa langkah meninggalkannya kalau saja Harry tidak menangkap dan menahan tanganku dengan cepat. Aku berdecih kesal, mengenyahkan pergelangan tanganku yang sedang ia genggam namun yang ada ia semakin erat mengenggam pergelangan tanganku, darahku tercekat.
"Aku tidak pernah mengatakan itu. Daritadi aku hanya diam sampai akhirnya kau mengamuk secara tiba-tiba."
Aktivitasku yang mengamuk minta dilepaskan seketika terhenti. Aku diselimuti keheningan beberapa menit sehingga aku tidak menyadari bahwa Harry sudah melepaskan genggamannya dari pergelangan tanganku.
"Apa?"
Harry mendengus, "Kau kenapa?"
Aku menggeleng. Entah menggeleng untuk apa aku tidak tahu. Yang jelas aku tidak menggeleng pada pertanyaan yang Harry lontarkan. Entahlah, aku benar-benar bingung saat ini. Aku seperti terjebak di dua dunia yang mana aku tidak bisa membedakan mana dunia asliku dan dunia khayalanku. Dua dunia itu semakin menyatu dalam hidupku tanpa bisa aku cermati perbedaannya.
Aku menghela napas panjang, memejamkan kedua mataku, membiarkan otak liarku berkelana kemanapun ia mau. Jika memang aku diharuskan memiliki dua dunia yang sebenarnya salah satu duniaku itu tidak nyata, melainkan dunia karena halusinasiku--maka aku memilih untuk... Lenyap?
KAMU SEDANG MEMBACA
OH Skizofrenia
FanfictionTidak ada yang tahu apa yang akan terjadi lima menit ke depan di kehidupan kita, terlalu banyak rahasia-rahasia yang terpendam, kejutan-kejutan kecil yang membingungkan serta ledakan-ledakan yang menyakitkan. Sama halnya denganku, sang gadis satu ji...