[23] FINAL CHAPTER

4.3K 323 49
                                    

-LEANDRA'S POV-

VALT PEMILIK SALAH SATU CLUB TERNAMA RESMI MENJADI TERSANGKA KASUS PELECEHAN SEKSUAL BESERTA PENYELUDUPAN UANG!

"Ya Tuhan, ini memang benar Valt?" tanyaku masih tidak percaya. "Valt yang membeli rumah lama kita?"

Leo yang sedang sibuk melipat-lipat pakaian lantas mengangguk. Sekilas ia juga melirikku lalu mendengus. "Walaupun kau baca berkali-kali pun, tulisannya akan tetap sama, Lea. Tidak akan berubah."

Sekali lagi, aku mengamati koran yang sedang kupegang. Takut-takut ini hanyalah halusinasiku saja. Meski Leo sendiri sudah meyakinkan. "Aku hanya..., err, masih tidak percaya saja."

Leo menghentikan aktivitasnya, mengambil tempat disebelahku. "Kadang kau harus memercayai sesuatu yang paling mustahil sekalipun, Lea. Tidak ada yang tidak mungkin. Termasuk Valt sendiri."

"Kenapa tidak dulu-dulu saja dia ditangkap? Kenapa baru sekarang, setelah berhasil mencelakai Harry, huh?"

"Yang mencelakai Harry itu Ibunya, omong-omong." Leo mengoreksi dengan gemas, mengacak-acak poni baru yang dimiliki olehku.

Aku menghela napas jengah, seraya memukul tangannya yang mengacak-ngacak poniku. "Iya, sama saja, 'kan? Harry celaka karena mereka."

"Dulu aku sama sekali tidak memiliki bukti. Jadi untuk mengadukan perbuatan liciknya akan sia-sia saja. Dan, siapalah Leondra ini, lisannya saja jarang dipercayai oleh orang-orang. Apalagi pihak kepolisian."

Cih, dasar Leondra!

Kalimatnya saja begitu, tetapi wajahnya tetap saja menyebalkan. Seolah ia sengaja merendah untuk meninggi. Atau bahasa kerennya, merendah untuk meroket.

"Kau tidak ingin mengatakan sesuatu padaku?" tanya Leo, menaik-turunkan alisnya jenaka. Leo mengubah posisi duduknya sedikit menyamping, agar lebih leluasa melihatku, dengan tangan kanan yang bertumpu pada sofa.

Aku tanpa sadar, ikut menaikkan alisku juga. "Mengatakan apa?"

"Terimakasih?"

"Untuk?" dahiku mengernyit bingung. "Perasaan aku tidak membantumu melipat pakaian."

Mendengar jawabanku, maka Leo segera mendengus. "Kalau bukan karena aku, mungkin Valt tidak akan masuk di koran Minggu ini dengan berita seperti itu. Aku lah yang menelepon pihak polisi malam itu, kalau kau lupa." senyum bangganya tercetak jelas.

"Ya, ya, ya," aku membolakan kedua mataku dengan malas. "Tetapi aku masih tidak terima mereka melukai Harry! Aku hampir kehilangan dia, kau tahu-"

"Siapa yang kehilangan aku?" sebuah suara lain menyahut ucapanku. Suara itu berasal dari arah belakang, maka ketika aku membalikkan badan--

Aku melihatnya. Melihat Harry. Harryku.

"Aku," jawabku.

"Buktinya kau tidak kehilanganku, 'kan?"

"Iya, tetapi kau pikir memangnya aku tidak khawatir begitu masuk lalu melihatmu sedang sekarat di dekat lemari?" cecarku. "Aku pikir, aku tidak akan bisa melihat mata hijaumu itu lagi."

Harry tersenyum meremehkan, lalu ikut-ikutan mengacak-ngacak poni baruku. Sepertinya aku melakukan kesalahan, dengan mengubah potongan rambutku termasuk poniku. Buktinya, dengan poni yang berjejer menutupi jidat ini, menjadi sarana tersendiri bagi Leo dan Harry.

"Aku sudah berjanji padamu waktu itu, bukan? Aku akan pulang. Dan kau tahu persis, aku tidak pernah berkata omong kosong seperti empat saudara Valt itu."

Aku mencibir padanya, ingin mengacak-ngacak rambutnya yang mulai gondrong namun tidak jadi. Takut lukanya belum kering dan ia akan kesakitan. "Apa masih sakit?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 28, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

OH SkizofreniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang