Semalaman suntuk aku tidak bisa tidur, sungguh. Aku hanya terbaring membentuk bintang laut diatas ranjang, menatap langit-langit kamar dengan pikiran yang berkecamuk. Ada yang aneh, aku tahu. Rasanya kepalaku ingin meledak memikirkan itu semua. Sekuat apapun, tetap saja aku tidak menemui titik terang.
Tapi aku ini Lea. Leandra. Aku tidak bisa mengabaikan begitu saja sesuatu yang mengusik pikiranku.
"Sudah kutebak, kau pasti tidak tidur semalaman."
Aku menoleh, melihat Harry yang sudah berdiri tepat disamping ranjangku. Menatapku datar. Namun ada pancaran kekhawatiran dibalik tatapan tajamnya.
"Selamat pagi." jawabku, sama sekali melenceng.
"Jangan mengalihkan pembicaraan," Harry mendengus.
Aku ikut-ikut mendengus, "Kau sudah tahu jawabannya."
"Bukankah sudah kukatakan, tidak perlu dipikirkan, Lea? Semuanya akan baik-baik saja asal kau bersamaku."
"Kakekku pun bisa mengatakan hal itu." aku mencibir.
"Dengar," Harry memegang pundakku, bahkan sebelum aku sempat bangun dari posisi semulaku. "Aku skizo. Kau skizo. Sudah kukatakan bukan kalau kita saling terikat? Jadi bagaimana mungkin aku bisa mencelakakan seseorang yang terikat padaku? Terlebih orang itu kau, Lea. Ya Tuhan, aku bahkan sampai gila semalaman memikirkan hal ini."
Harry mengerang frustasi, menjatuhkan tubuhnya disebelahku. Keningnya berkerut dalam, sepertinya dia memang menanggung beban yang begitu berat. Dan juga, kedua kantung mata yang semakin menghitam itu--meyakinkanku bahwa ia juga tidak tidur semalaman.
"Aku memang penjahat, pemakai, dan lain sebagainya, aku tidak menyalahkanmu jika kau takut padaku, tapi--" tatapan Harry menyendu, ditatapnya aku yang berada disampingnya. "Aku sangat-sangat mempermasalahkan jika kau tidak percaya padaku seperti ini. Itu menyakitiku, Lea."
Entah kenapa, hatiku dibanjiri perasaan hangat. Perasaan menenangkan itu membuncah ketika mataku berserobok dengan mata Harry, aku merasa seperti dilindungi mati-matian.
Ya Tuhan, jika dikaji ulang, jika ingatanku diputar kembali, apakah aku tidak terlalu jahat kepada Harry? Mengklaimnya sebagai orang-orang yang ingin mencelakaiku? Buktinya, sudah beberapa kali Harry menyelamatkanku?
Dia menyelamatkanku ketika aku hendak bunuh diri, menyelamatkanku ketika aku diusir, dan menyelamatkanku yang seperti orang gila kerasukan kemarin. Dia selalu menjagaku. Aku ingin sekali memercayainya, tetapi entah kenapa, ada sesuatu dalam diriku yang berkata tidak. Yang tidak mengizinkanku sepenuhnya memercayai Harry.
"Maaf," aku berkata lirih, perlahan aku menyeret badanku keatas, menumpukan kepalaku di dada bidang milik Harry. "Aku akan mencoba untuk percaya padamu."
"Tapi--"
"Harry," aku berkata semakin lirih, mencengkram piyama-nya kuat. "Jangan terlalu mendesakku, aku akan mencoba. Percayalah."
Kurasakan sesuatu yang hangat menyentuh kepalaku, diikuti dengan elusan-elusan menenangkan yang dibuat dalam pola melingkar. Membuaiku untuk jatuh dalam bunga tidur.
Harry berdeham rendah, tangannya memijit pelipisku ringan. "Baiklah. Itu membuatku merasa lebih baik, karena kau ingin mencoba."
Aku tersenyum mendengarnya, dan aku juga bisa merasakan Harry tersenyum disana. Aku semakin merapatkan diri, mencari tempat yang paling pas, tempat dimana jantung Harry berdetak.
Seketika telingaku dipenuhi dengan detakan-detakan jantung Harry yang berirama, dan aku menyukai irama itu tanpa alasan. Aku semakin terbuai dibuatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
OH Skizofrenia
FanfictionTidak ada yang tahu apa yang akan terjadi lima menit ke depan di kehidupan kita, terlalu banyak rahasia-rahasia yang terpendam, kejutan-kejutan kecil yang membingungkan serta ledakan-ledakan yang menyakitkan. Sama halnya denganku, sang gadis satu ji...