[20] Terjebak Bersama Valt

2K 262 10
                                    

Aku membuka mata. Dan objek yang pertama aku lihat; seorang lelaki yang sedang mengelus puncak kepalaku. Mataku menyipit, berusaha mengenali lelaki asing ini.

"Siapa kau?" aku menarik kepalaku menjauh, mataku berkilat dengan waspada. Takut-takut dia adalah orang jahat yang menyekapku di ruangan penuh barang mewah ini.

Lelaki itu menyunggingkan senyum, manis memang. Tetapi, entah kenapa bulu kudukku seketika berdiri tinggi-tinggi. "Kau tidak mengenaliku?"

Aku menggeleng patah-patah. Lalu dengan hati-hati, mengintip apa yang ada di bawah selimut, memastikan tubuhku terbungkus dengan sempurna–dan ketakutanku seketika menjelma lega, mengetahui pakaianku masih sangat lengkap. Tanpa cacat.

Ia menyipitkan kedua matanya, "Tenanglah, aku belum melalukan apa-apa." aku merasa tubuhku menciut di sudut ranjang mewah berwarna peach ini.

"Aku ingin pulang,"

Ia menahan pundakku. "Aku Valt."

Refleksku langsung bekerja, dengan sedikit kasar aku menghempas tangannya. Ia tertawa, sementara aku mendelik.

"A-ku tidak asing dengan namamu," gumamku. Dan sejurus kemudian, aku tersadar, ini adalah rumahku. Rumahku yang dulu. Bersama Dad, Mom, dan Leo. "Kau tinggal disini?"

"Ya. Belum lama, sekitar empat bulan yang lalu." Valt menjelaskan.

"Bagaimana bisa?" tanyaku. "Maksudku, bagaimana bisa kau tinggal disini?"

"Kenapa tidak?" ia mengernyit. Tetapi dibalik kebingungannya, aku melihat seringaian yang tersamar di wajah Valt. "Rumah ini sudah kosong berbulan-bulan. Beruntung, aku menempatinya. Karena masyarakat sekitar, menganggap rumah ini berhantu dan tidak berani mengunjunginya."

Aku tercekat. Aliran darahku berdesir cepat. Kamar ini, adalah kamarku dulu. Kamar dimana aku pertama kali menyadari ada keanehan di dalam diriku. Kamar, tempat dimana, untuk kali pertama aku meminta Mom untuk tinggal bersamaku sepanjang malam, karena aku takut sendirian.

Kamar dimana..., Harry yang tiba-tiba duduk di atas meja belajarku, seraya memainkan pulpen. Omong-omong tentang Harry, sedang apa dia sekarang? Apa dia mencemaskan aku?

Aku sangat-sangat minta maaf atas kelakuanku tadi. Aku benar-benar tidak terkendali saat itu.

"Lea?" Valt menyentakku ke dunia nyata.

Aku mengerjap. Lalu memicing penuh kecurigaan. "Kau mengetahui namaku."

"Tentu." Ia tersenyum. Sejujurnya, aku membenci senyumannya. Sejenis senyuman yang menyamarkan niat dibaliknya. Bukan senyuman tulus, melainkan senyuman misterius. Yang mengundang banyak tanya dalam benakku.

"Kau tahu namaku, sedangkan aku tidak mengetahui namamu."

"Apa itu membuatmu takut?" Valt mendekat, berusaha menyentuh pipiku, namun aku mengelak. "Jangan terlalu tegang seperti itu. Kau membuatku seperti monster saja."

Kau memang monster.

"Valt," aku menggeram, menahan letupan emosi. "Apa kau tahu ini adalah rumahku?"

"Sebelumnya tidak. Tetapi kau baru saja memberitahuku, jadi aku baru saja tahu."

Sumpah, jika ia bermaksud untuk bermain lelucon, itu sama sekali tidak lucu. Ia mencoba menjadi humoris dengan wajah-tampan-kaku-mengerikan seperti itu? Yang benar saja.

"Aku berbicara serius," tandasku.

Valt mengangkat bahu, lalu menyandarkan punggung ke sandaran sofa yang ia duduki. Dulu, aku tidak memiliki sofa sebagus itu di dalam kamarku. "Oke, jadi bagaimana kau bisa pindah? Kudengar, seluruh pemilik rumah ini, meninggalkan rumah tanpa membawa apapun. Hanya membawa tubuh mereka pergi."

OH SkizofreniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang