·•·♥♥♥♥·•·
Suara dering telepon, suara perbincangan, suara keyboard yang diketik dan suara kertas yang dibalik memenuhi atmosfer ruang kantor manajemen Clover Corp yang terletak di lantai 15. Semua karyawan sibuk dengan pekerjaan masing-masing, begitupun [Name] dan Jean.
[Name] melirik Jean yang bangkit dari kursinya. Pria itu membawa beberapa kertas di tangannya. Dan saat melewati kursi [Name] ia menyempatkan membelai rambut pirang [Name] yang digerai sambil meliriknya dan tersenyum.
Pipi [Name] merona merah. Hanya interaksi kecil seperti itu saja di kantor sudah membuat hatinya gembira. Ia masih mengamati Jean yang rupanya menuju ruang fotokopi.
Diliriknya meja Arla yang terdapat beberapa kertas yang sepertinya harus difotokopi. Ia pun bertanya pada Arla, "Senpai, apa kertas-kertas itu mau anda fotokopi?"
"Oh, ya. Kenapa memangnya?" Sahut Arla.
"Saya bisa memfotokopinya untuk anda," Kata [Name].
"Benarkah? Kau mau membantuku?"
"Ya, tentu saja," [Name] tersenyum manis.
"Baiklah. Terimakasih ya,"
[Name] mengambil kertas-kertas itu sambil tersenyum pada Arla lalu segera melangkah ke ruang fotokopi. Suara langkah sepatu high-heels membuat Jean yang sedang sibuk di dalam ruangan fotokopi menoleh. Pintu ruangan terbuka dan masuklah [Name] dengan senyum berserinya. "Hei," sapanya.
Jean membalas senyuman [Name]. "Kau juga mau memfotokopi berkas?"
"Yap!" Jawab [Name] yang sekarang sudah berdiri di sebelah Jean. "Ini sebenarnya berkas milik Arla senpai."
"Arla senpai menyuruhmu?" Tanya Jean.
"Tidak, aku sendiri yang menawarkan bantuan." Jawab [Name]. Ia tahu kalau Jean takut dirinya ditindas oleh para senior karena ia masih baru di perusahaan. "Karena aku ingin mengobrol denganmu."
Jean terkekeh, "Rupanya itu alasanmu,"
Arla melanjutkan pekerjaannya sambil berkata, "[Name] itu baik ya...."
"Hm, kau benar-benar tidak peka."
Arla menoleh ke meja di sebelahnya. Yuzee yang baru saja menyahuti perkataan Arla. "Apa maksudmu?" Tanya Arla polos.
"Hei, ayolah, berapa usiamu? Bukannya sudah 30-an?" Kata Yuzee. "Lihat di ruang fotokopi itu," Ia menunjuk ruang fotokopi yang bagian dalamnya cukup terlihat karena dinding kaca. "Dia hanya ingin ke ruang fotokopi untuk pacaran dengan Jean."
"Jadi seperti itu...." Gumam Arla.
"Ayolah! Kenapa kau sangat polos? Apa itu sebabnya kau belum menikah?" Ujar Yuzee.
"Jangan ungkit-ungkit status jomblo ku dong, senpai," Kata Arla. "Aku sih tidak peduli. Yang penting aku terbantu oleh [Name]. Lagipula, aku memang malas pergi ke ruang fotokopi."
Yuzee memutar bola matanya. Ia kembali melihat ke dalam ruang fotokopi. Jean dan [Name] tampak asyik mengobrol bahkan tertawa. "Dasar anak muda.... Sepertinya tidak bisa dibiarkan," Ia pun bangkit dari kursinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Potion [Jean X Reader]
أدب الهواةJean merasa dirinya adalah pria paling beruntung. Karena bisa memiliki seorang wanita secantik dan sebaik [Name]. Namun suatu hari, sikap kekasih Jean itu berubah. Wanita itu tidak lagi perhatian padanya. Dan Jean memergoki [Name] berselingkuh. Hal...