14: The Throne Of Clover

34 6 2
                                    

·•·♥♥♥♥·•·

Banyak yang membicarakannya di kantor. Dan aku jadi teringat diriku di masa lalu yang terus dibicarakan orang seenaknya.

Aku tidak bisa terima kalau tunanganku mengalami itu. Jadi, aku mengancam mereka semua yang membicarakannya hari itu.

·•·♥♥♥♥·•·

Wine dituangkan di gelas. Ivan Remington mengangkat gelas dan menggoyangkannya. Ia menghirup aroma wine itu dengan khidmat. Kemudian ia menatap orang yang duduk di hadapannya, "Jadi, dia akan dioperasi?"

"Ya," Jawab Floch. "Itu keputusan finalnya."

"Bukankah terakhir kali kau bilang kalau dia tidak akan mau dioperasi?" Kata Ivan lagi.

"Yang saya dengar waktu itu memang beliau tidak mau dioperasi..." Jawab Floch lagi.

"Kau mendengar dari..?" Ivan menaikkan sebelah alisnya.

"Saya mendengar CEO Clover waktu bicara dengan sekretarisnya."

"Kau menyadapnya?" Ucapan Ivan membuat Floch terkejut karena ia tidak menduga Ivan bisa tahu. Floch pun hanya mengangguk. "Kalau ketahuan, aku tidak mau dibawa-bawa."

"Tentu saja. Saya mengerti, Tuan Ivan," Ucap Floch.

"Sekarang malah ada kemungkinan Sergio Clover sembuh dan berumur panjang. Kalau sudah seperti ini... apakah kita harus melakukan plan B?" Seorang pria paruh baya yang sedikit rambutnya sudah mulai beruban datang ke ruang santai itu. Ia membawa stick billiard dan bermain bersama seorang wanita sewaan.

"Plan B?" Ivan lagi-lagi menaikkan sebelah alisnya.

"Apa anda sudah lupa dengan plan B kita, Tuan Ivan?" Kata pria itu sambil asyik bermain billiard.

"Ah, ya sekarang aku ingat setelah anda mengingatkan. Terimakasih, Tuan Forster. Tentu kita tidak boleh melupakan rencana brilian yang putra anda sudah buat." Kata Ivan. Nada suaranya terdengar malas. Ia meneguk wine nya, lalu kembali bicara pada Floch. "Lalu bagaimana plan B nya? Bagaimana kemajuannya?"

"Soal itu... Sebenarnya..." Floch melirik ke arah lain. "[Name] sudah dilamar oleh pria lain..."

"Apa kau bilang?!" Ivan menaruh gelasnya di meja dengan kasar, lebih seperti menggebrak meja dengan gelasnya. Untungnya gelas itu tidak pecah. "Kau sendiri yang membuat rencana, kau sendiri yang tidak becus menjalankannya?!"

Ayah Floch yang tadinya sedang bermain billiard terlonjak kaget. Ia menatap anaknya yang dimarahi oleh Ivan Remington.

"S-saya sudah berusaha--"

"Siapa pria itu?" Ivan tampak tidak tertarik untuk mendengar penjelasan atau pembelaan Floch.

"Pria itu adalah rekan satu kantor [Name]... Mereka juga tinggal di apartemen yang sama. S-sebenarnya [Name] dan pria itu sudah lama kenal, mereka pernah berteman saat kecil..." Jelas Floch. Ia kemudian mengeluarkan handphonenya dan memperlihatkan foto Jean saat bersama [Name]. "I-ini dia... Namanya Jean Kirschtein."

"Hmm..." Ivan memerhatikan foto itu setelah merebut handphone Floch. Ia mengangkat handphone itu ke sebelah wajah Floch untuk membandingkannya. "Dia memang kelihatan jauh lebih baik darimu,"

Love Potion [Jean X Reader]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang