18: Past

28 5 0
                                    

·•·♥♥♥♥·•·

Semuanya terasa semakin rumit bagiku.

Baik itu keadaan, atau perasaanku yang bercampur aduk.

Tapi aku ingat akan janjiku padanya dan betapa aku mencintainya. Semua itu yang membuatku bertahan.

·•·♥♥♥♥·•·

Setelah [Name] dan Jean merapikan pakaian mereka, meletakkannya di Walk-in closet, dan merapikan barang-brang lainnya, hari sudah malam, dan mereka pun mandi bergantian. [Name] yang sudah mandi duluan, sekarang sedang menunggu Jean yang sedang mandi. Sambil menonton drama serial di TV, [Name] menyesap teh hangat yang ia seduh setelah mandi tadi.

Sementara itu, di kamar mandi, Jean berendam di dalam jacuzzi sambil bersandar. Bukannya menikmati berendam di air panas itu, ia malah mengerutkan alis karena berkutat dengan pikirannya.

Ia sedang bingung saat ini dengan keadaan dan juga dirinya sendiri. Ia bukannya tidak senang pindah ke Penthouse, tetapi ia cukup kaget. [Name] tidak bilang sebelumnya kalau rumah baru yang dimaksud adalah sebuah Penthouse, dan bukan sembarang Penthouse, tapi Penthouse termahal di negara ini.

Jean merasa tidak pantas. Dirinya sebagai seorang pria, tinggal di rumah mewah milik wanitanya, bagi Jean itu sangat tidak pantas. Namun Jean juga tidak bisa menyalahkan [Name] karena tidak bilang sebelumnya kalau mereka akan pindah ke Penthouse, karena sebelumnya [Name] sudah berkata kalau ia akan pindah ke rumah dengan sistem keamanan yang tinggi. Dan tentu saja, rumah bersistem keamanan tinggi adalah rumah mewah seperti Penthouse ini. Jean merasa bodoh sendiri karena tidak menyadarinya.

Jean merasa bahwa seharusnya ia yang membeli rumah untuk mereka berdua sebagaimana yang sudah mereka rencanakan. Rencana mereka untuk pindah ke Trost setelah menikah tampaknya gagal total. Padahal Jean sudah menyiapkan uang tabungannya untuk membeli rumah di Trost, tapi yang terjadi malah ia yang tinggal di Penthouse [Name]. Hal itu membuat Jean frustasi dan harga dirinya sebagai pria terluka. Sebagai pria dan pasangan [Name], ia ingin dirinya yang bertanggungjawab atas keuangan dan membiayai hidup [Name] termasuk membelikan rumah. Namun bagaimana ia bisa melakukan itu sekarang kalau calon istrinya saja jauh lebih kaya dari dirinya? Walaupun ia membelikan rumah untuk [Name], rumah itu pasti sangat jauh dibandingkan dengan Penthouse ini. Mungkin rumah yang ia belikan tidak ada apa-apanya bagi [Name].

Jean menghela nafas berat sambil membasuh wajahnya dengan air panas dari jacuzzi. "Sadarlah... kau sudah berjanji padanya untuk selalu berada di sisinya kan?" Monolog Jean. "Benar... Lagipula rasa cintaku padanya lebih besar dari semua perasaan bodohku ini. Semuanya akan baik-baik saja!"

·•·♥♥♥♥·•·

Jean berjalan keluar dari Walk-in closet setelah berpakaian. Ia melihat [Name] yang sedang duduk di kasur sambil menonton drama serial di TV. Wanita itu mengenakan piyama berwarna pink pastel dan sebuah bandana dengan kuping kucing berwarna putih yang lucu. Jean mengamati dirinya sendiri. Ia hanya memakai kaus dan celana panjang biasa seperti biasanya saat di apartemennya.

Mendengar kedatangan Jean, [Name] pun menoleh, "Oh, sayang, kau sudah selesai mandi?" Ia menepuk-nepuk ruang di tempat tidur di sebelahnya yang kosong. "Kemarilah, serial drama ini bagus lho!"

"Drama apa ini?" Tanya Jean sambil duduk di sebelah [Name].

"Drama romantis komedi. Benar-benar lucu! Kau pasti suka," jawab [Name]. "Oh ya, aku juga membuat teh tadi. Itu ada di termos di meja." Ia menunjuk termos kecil dan cangkir di meja. "Aku juga sudah mengambilkan cangkir untukmu,"

Love Potion [Jean X Reader]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang