Bab 8: Makan Malam, Pijatan, Hujan dan Rasa

30 6 0
                                    

Sarah duduk di depan laptopnya, matanya fokus menatap layar dengan alis sedikit mengerut. Jari-jarinya sibuk menari di atas keyboard, menulis kalimat demi kalimat untuk artikel yang harus selesai malam ini. Waktu sudah menunjukkan pukul 8 malam, tapi deadline tidak mengenal belas kasihan.

Tiba-tiba, ponsel Sarah bergetar mengagetkan sauasana kala itu, Sarah meraih ponselnya dan terlihat sebuah pesan dari Raka, suaminya.

Raka: "Sayang, kamu pulang jam berapa? Mau makan malam apa? aku siap masakin spesial untuk istriku tercinta."

Sarah tersenyum kecil membaca pesan itu. Raka memang selalu perhatian, bahkan setelah dua tahun menikah. Di tengah kesibukannya, pesan seperti ini selalu membuatnya merasa hangat.

Sarah: "Mungkin aku pulang sedikit telat, sayang. Ini masih menyelesaikan artikel yang harus terbit besok pagi. Kamu nggak cape sayang..?? repot-repot masak, kita bisa makan apa saja yang ada."

Tak butuh waktu lama, Raka membalas lagi.

Raka: "Nggak apa-apa, aku bakal siapin makan malam yang enak buat kamu, tenang saja."

Mata Sarah berbinar, rasa bahagia menjalar di dadanya. Meskipun Raka seorang laki-laki, dia sangat pandai memasak dan selalu memperhatikan detail kecil seperti ini.

Sarah: "Terima kasih, sayang. Kamu selalu tahu cara buat aku bahagia. Nanti aku segera pulang setelah selesai."

Setelah menyelesaikan artikelnya, Sarah akhirnya bersiap untuk pulang. Ketika ia tiba di rumah, pintu terbuka dan Raka sudah berdiri di sana dengan senyuman hangat di wajahnya.

Raka: "Akhirnya pulang juga. Capek, ya? Ayo, mandi dulu biar segar. Aku sudah siapin makan malam."

Sarah tersenyum lebar dan mengangguk. Saat hendak maju ke kamar mandi, diurungkanlah langkah kakinya. Ia berbalik arah dan menuju suaminya yang masih berdiri dibelakangnya. Sarah memeluk Raka dengan manja, Raka tersenyum dan membalas pelukan Sarah, kini mereka saling berpandangan. Sarah mendekatkan wajahnya ke arah Raka, Ia mengecup lembut bibir Raka. Raka segera membalas kecupan Sarah, bahkan lebih intens, Ia terus melumat bibir Sarah dengan penuh hasrat, rasanya memang selalu membuat Raka ketagihan. Sarah membuka mata melirik wajah suaminya, yang tengah memejamkan matanya.
Ia merasa sangat beruntung memiliki suami seperti Raka, yang selalu peduli padanya meskipun dirinya selalu sibuk dengan pekerjaannya.

Setelah mandi, ia turun ke ruang makan dan melihat meja sudah penuh dengan hidangan lezat.

Sarah: "Wah, sayang ini enak- enak semua" mata Sarah berbinar.

Raka tersenyum sambil menarik kursi untuk Sarah.

Raka: "Iya, dong siapa dulu kokinya" Sambil tersenyum. Ayo, cepat di makan."

Sarah: Tersenyum dan segera mengambil sup ayam kesukaannya.

Mereka duduk berdua, menikmati makan malam dengan tenang dan penuh cinta. Sarah merasa begitu bahagia, rasa lelahnya serasa hilang begitu saja.

Sarah: "Aku bersyukur banget punya kamu, Raka. Kamu selalu bikin segalanya terasa indah."

Raka menatapnya dengan lembut, lalu berkata, "Aku juga bersyukur punya kamu, Sarah."

Malam itu terasa begitu hangat, penuh dengan cinta yang tulus antara mereka. Meskipun pernikahan mereka berawal dari perjodohan, namun hubungan mereka terasa semakin kuat setiap harinya.

Suara hujan tiba-tiba bergemuruh mengguyur dengan derasnya di luar sana, membuat suasana malam itu berubah menjadi lebih dingin namun romantis. Kilatan petir menyambar langit, seolah ingin membelahnya menjadi dua, membuat Sarah sedikit terkejut dan takut.

Mereka baru saja selesai makan malam, dan kini saatnya duduk santai bersama di sofa besar yang empuk dan hangat. Menikmati waktu berdua yang selalu mereka nantikan. Sarah menyandarkan punggungnya pada sofa, tubuhnya terasa lelah setelah bekerja seharian. Raka duduk di sebelahnya, terlihat lebih santai, namun pandangan matanya penuh perhatian.

"Capek ya?" tanya Raka lembut, tangannya mulai menyusuri punggung Sarah tanpa permisi.

Sarah tersenyum tipis, matanya masih menatap ke arah jendela kaca melihat hujan yang mengguyur semakin derasnya di luar. "Lumayan capek sayang, hari ini cukup padat aku harus menyelesaikan artikel dan menyiapkan materi untuk wawancara"

Raka menggeser duduknya lebih dekat. "sini aku pijit? bagian mana yang terasa pegal?" Suaranya penuh tawaran yang tak bisa ditolak.

Sarah mengangguk pelan, rasa lelahnya mulai terasa lebih dominan begitu mendengar tawaran itu, Sarah menunjuk area pundaknya.

Tanpa menunggu lebih lama, Raka mulai memijat bagian pundak sesuai arahan Sarah. Sentuhan pertamanya terasa menenangkan, membawa kehangatan di tengah suara gemuruh hujan yang tak henti-hentinya di luar sana. Sarah menutup matanya, menikmati pijatan suaminya yang terasa begitu nyaman.

Namun, seperti yang sering terjadi, pijatan Raka perlahan berubah. Tangan Raka yang tadinya hanya memijat bahunya dengan lembut, mulai turun, menyentuh punggung Sarah lebih lembut daripada sebelumnya. Sentuhannya lebih dari sekadar menghilangkan lelah, namun juga membangkitkan sesuatu yang berbeda. Raka mendekatkan tubuhnya ke Sarah, bisikan napasnya terasa menggelitik di telinga Sarah, aroma wangi tubuh Raka begitu lembut dan menggoda, membuat detak jantung Sarah mulai tak beraturan.

"Sayaaang", desah Sarah.

"iya baby", ada yang salah..??? balas Raka sambil menciumi area leher jenjang Sarah.

"Tangan kamu mulai nakal lagi," bisik Sarah dengan nada setengah bercanda, namun matanya tetap tertutup.

Raka tersenyum tipis, meski Sarah tak melihatnya. "Aku cuma mau bikin kamu merasa lebih nyaman sayang, kamu tenang saja, nikmati dan rilex saja ya," balasnya dengan nada yang sama, namun ada nada menggoda dalam setiap katanya.

Sentuhan tangan Raka semakin berani, dari punggung turun ke pinggang, seolah dia tahu persis bagaimana menyulut percikan gairah dalam diri istrinya. Sarah merasakan tubuhnya merespon, rasa lelah yang tadi ia rasakan perlahan tergantikan oleh rasa hangat yang semakin menjalar ke seluruh tubuhnya.

"Kamu tahu kan, kalau ini bukan sekadar pijatan," gumam Sarah dengan suara yang lebih pelan, napasnya mulai tak teratur dan terasa lebih berat.

Raka tertawa kecil, kali ini tangannya bergerak lebih lembut namun lebih intens, bibirnya kini mulai mengecup pelan punggung istrinya itu, semakin sengaja menguji batasan antara pijatan dan godaan.

Suara- suara desahan pelan terdengar berbisik dan manja.

"Aku cuma mau memastikan kamu merasa baik-baik saja setelah seharian bekerja keras sayang."

Sarah membuka matanya perlahan, menoleh pada Raka dengan tatapan yang penuh arti. "Kamu..." lalu tersenyum kecil, tangannya bergerak pelan, menyentuh pipi Raka dengan lembut.

Raka berhenti memijat, tatapan mereka bertemu, dan di bawah suara hujan yang terus mengalir deras di luar sana, di ikuti kilatan petir yang sesekali menyinari malam, suasana di antara mereka semakin memanas. Hujan tak lagi terasa dingin, dan rasa lelah Sarah sepenuhnya tergantikan oleh kehangatan yang datang dari suaminya❣️❣️

Hai....serius banget bacanya...jangan lupa follow ya, vote dan komen untuk kasih ide atau usulan, makasih😊

Labirin Cinta dan Rahasia [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang