Bab 18: Jangan Pergi Lagi

8 4 0
                                    

Hai....makasih buat kalian yang udah mampir di karyaku ini, yuk bantu vote dan follow ya😊

Pagi ini, Sarah bangun lebih awal dari biasanya. Dia masih bisa merasakan kehangatan selimut yang menyelimuti tubuhnya, namun di sudut pikirannya, pekerjaan sudah mulai memenuhi benaknya. Di sebelahnya, Raka, suaminya, sedang bersiap-siap. Raka yang selalu lebih disiplin, dan selalu bangun lebih awal dari Sarah. Seperti biasa dia yang selalu menyiapkan masakan untuk sarapan.

Selesai sarapan, Sarah meneguk sisa kopinya. Ia menatap suaminya yang sedang memasang jam tangannya, kemudian mendekatinya.

"Sayang, aku duluan ya. Aku cinta kamu," ucap Sarah lembut sambil mengecup pipi suaminya.

Raka menoleh, membalas dengan senyuman hangat. "Hati-hati di jalan, aku juga cinta kamu," katanya sebelum mengecup bibir Sarah singkat. Sentuhan bibir mereka masih terasa hangat saat Sarah berjalan keluar rumah.

Jam 8 tepat, Sarah sudah sampai di kantornya Media Utama. Ia belum sempat duduk di kursinya ketika Nadia, rekan kerjanya, mendekat dan memberitahu bahwa Bu Dina, atasannya, ingin bertemu dengannya.

"Saat ini juga?" Sarah bertanya, sedikit terkejut. Biasanya Bu Dina baru tiba menjelang siang. Nadia mengangguk, tersenyum tipis sebelum kembali ke mejanya.

Dengan sedikit rasa penasaran, Sarah berjalan menuju ruangan Bu Dina. Seperti biasa Sarah mengetuk pintu pelan dan dipersilakan masuk, ia mendapati Bu Dina sudah duduk dengan wajah serius.

"Selamat pagi, Bu Dina," sapa Sarah sambil tersenyum.

"Selamat pagi, Sarah. Silakan duduk." Bu Dina mengisyaratkan kursi di depannya.

Sarah duduk, dalam hatinya bertanya-tanya apa yang membuatnya dipanggil sepagi ini. Namun sebelum pertanyaan itu terucap, Bu Dina mulai berbicara.

" Sarah artikelmu tentang Armand, CEO muda dari perusahaan properti, mendapatkan respon luar biasa. Ini membuat kita jadi berita utama dengan rating pencarian teratas! Semua berkat kerja kerasmu, Sarah. Kini, Media Utama menempati posisi nomor satu dalam beberapa kategori. Dan saya secara pribadi sangat berterima kasih untuk itu."

Sarah tersenyum lebar. "Terima kasih, Bu Dina. Saya senang bisa membantu."

Bu Dina tersenyum dan melanjutkan, "Seperti yang sudah aku janjikan, ada bonus untukmu. Tapi, ada satu tugas lagi yang perlu kau kerjakan." Sarah mengangkat alis, menunggu penjelasan lebih lanjut.

"Aku ingin kamu yang menyerahkan cendera mata sebagai ucapan terima kasih dari perusahaan untuk Armand secara langsung."

Jantung Sarah berdebar hanya mendengar nama itu Armand, saat ini dia dan Armand memang telah dekat kembali, namun bagi Sarah kisahnya dengan Armand saat ini begitu kompleks, sehingga membuat hati Sarah sedikit bergejolak jika mendengar apapun tentangnya.

"Tentu saja, Bu. Saya akan menyampaikannya," jawab Sarah, mencoba menyembunyikan kegugupannya.

Setelah keluar dari ruangan Bu Dina, Sarah segera mengirim pesan kepada Armand, menanyakan kapan ia bisa berkunjung untuk menyerahkan cendera mata tersebut. Tak lama kemudian, ponselnya berbunyi. Pesan dari Armand. Isinya singkat, tetapi cukup membuat perasaan Sarah makin bergolak.

"Datanglah kapan saja sayang, Aku sudah rindu."

Sarah menelan ludah, berusaha tetap tenang, meski senyum kecil mengembang di wajahnya. Nadia, yang sedang berjalan melewatinya, menangkap ekspresi bahagia itu.

"Ada apa? Kau kelihatan sangat senang Sarah" tanya Nadia penasaran.

"Oh, aku baru saja dapat kabar baik dari Bu Dina soal tim kita yang akan mendapatkan bonus, bulan ini Nad, jawab Sarah cepat, mencoba mengalihkan perhatian.

Labirin Cinta dan Rahasia [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang