Bab 9: Wawancara

17 7 0
                                    

Pagi itu, Sarah berangkat kerja seperti biasa. Setelah sarapan ringan bersama Raka, ia pamit untuk menjalani harinya yang penuh dengan jadwal. Hari ini cukup spesial, karena ia akan melakukan wawancara dengan Armand, CEO salah satu perusahaan properti terbesar di kota itu. Namun ada yang membuatnya sedikit gugup karena Sarah tahu betul siapa itu Armand.

Sarah segera bersiap karena jam sudah menunjukkan pukul 9, beberapa berkas, laptop dan buku catatan ia tata dengan rapi dan dimasukannya ke tas hitam. Ia sengaja berangkat lebih awal agar tidak terlambat ke pertemuannya yang dijadwalkan pukul 10. Setelah menemui Bu Dina atasannya Sarah segera keluar dari kantornya.

Perjalanan menuju perusahaan properti itu berlangsung mulus. Begitu sampai di depan gedung, Sarah sedikit tercengang. Karena gedung perusahaan itu begitu besar dan megah, ya wajar saja karena menjadu salah satu yang terbesar di kota itu. Meskipun ia sudah terbiasa berada di kantor-kantor besar karena Raka, suaminya, juga merupakan seorang CEO di perusahaan manufaktur, namun gedung ini memberikan kesan yang berbeda.

Sarah melangkah dengan pasti masuk ke dalam lobi perusahaan, lalu mengarahkan pandangannya ke arah resepsionis.

Sarah: "Selamat pagi, saya Sarah, jurnalis dari Media Sentra Utama. Hari ini saya ada janji wawancara dengan Pak Armand pukul 10."

Resepsionis yang ramah tersenyum dan memeriksa jadwal di komputernya.

Resepsionis: "Baik, Ibu Sarah. Silakan menunggu sebentar di ruang tunggu, nanti akan ada yang menghubungi Anda."

Sarah mengangguk dan berjalan menuju ruang tunggu yang terletak di sebelah lobi. Ruangannya mewah, dengan dekorasi modern dan pencahayaan lembut. Ia duduk di salah satu sofa dan mengambil majalah properti yang terletak di meja, mencoba mengalihkan pikirannya dari perasaan gugup yang muncul kembali.

Setelah menunggu sekitar 15 menit, seorang asisten mendekati Sarah dengan permintaan maaf.

Asisten Armand: "Mohon maaf, Ibu Sarah. Pak Armand sedang ada rapat mendadak karena ada masalah yang perlu segera diselesaikan. Namun beliau meminta agar Anda menunggu di ruang pribadinya. Silakan ikut saya."

Sarah sedikit terkejut, namun ia mengangguk dan mengikuti asisten itu. Mereka berjalan melewati koridor-koridor luas yang semakin mewah hingga sampai di depan sebuah pintu besar yang terlihat begitu eksklusif. Asisten tersebut membukakan pintu dan mempersilakan Sarah untuk masuk.

Sarah terpukau, begitu masuk kedalamnya karena ruangannya memiliki desain yang begitu elegan dengan dominasi warna putih dan abu-abu soft, menciptakan suasana yang tenang dan mewah sekaligus modern. Dindingnya berwarna putih dengan beberapa panel abu-abu lembut yang menambah dimensi tanpa terasa berlebihan. Lantai berlapis marmer berwarna putih dengan aksen abu-abu halus, memberikan kesan lapang dan bersih.

Di sudut-sudut ruangan, terdapat berbagai tanaman hias hidup yang ditempatkan dalam pot-pot minimalis berwarna putih dan abu-abu. Terlihat tanaman monstera, philodendron, dan fiddle leaf fig diletakkan dengan hati-hati untuk memberikan sentuhan hijau alami yang menyegarkan. Beberapa tanaman gantung seperti string of pearls juga menghiasi bagian atas ruangan, menjuntai dengan anggun di dekat jendela.

Jendela kaca besar mendominasi salah satu sisi ruangan, membiarkan cahaya alami masuk dengan bebas. Pemandangan luar terlihat indah dengan pepohonan besar yang rindang, memberikan kesan seolah-olah ruang dalam dan luar menyatu. Di luar jendela, daun-daun hijau dari pohon-pohon besar memberikan bayangan lembut yang memperkuat nuansa alami dalam ruangan.

Perabotan di dalam ruangannya minimalis dengan garis-garis bersih. Di meja, vas kaca bening dengan bunga lili putih melengkapi kesan elegan. Hiasan dinding sederhana seperti lukisan abstrak berwarna netral menghiasi beberapa bagian, suasananya begitu tenang dan memanjakan. Benar- benar sebuah tempat yang menenangkan dan nyaman.

Labirin Cinta dan Rahasia [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang