Bab 22: Berita Hari Ini

12 6 0
                                    

Berita hari ini begitu menghebohkan, foto-foto Sarah dan Armand yang diambil oleh reporter dari media lain sudah tersebar ke beberapa platform berita online. Satu judul mencuri perhatian, "CEO Properti Ternama Armand Tertangkap Basah Bertemu dengan Jurnalis Cantik di Kafe Pagi Ini: Ada Hubungan Spesial?"

Belum banyak orang yang menyadarinya, namun bagi reporter yang mengambil gambar, ini adalah kesempatan besar. Hubungan bisnis antara Sarah dan Armand sudah lama terpantau oleh beberapa media, dan pertemuan mereka yang tampak intim di kafe pagi itu menjadi bahan spekulasi. Reporter tersebut tak ingin menunggu terlalu lama, dan dengan cepat mengirimkan artikel serta foto-foto itu kepada editornya. Publikasi besar sudah tersebar luas, dan hari itu pula Sarah belum menyadarinya.

Jam menunjukan pukul 8 pagi, hari ini Sarah libur bekerja, dia ingin menghabiskan waktu bersama suaminya. Namun entah mengapa hatinya tak merasa tenang, padahal dia sudah berbaikan dengan Raka. Ada semacam kegelisahan di hatinya, dia merasa takut jika pada akhirnya Raka mengetahui kebenaran tentangnya yang selama ini dia sembunyikan.

Sarah duduk di sofa sambil memeluk bantal, mencoba mengosongkan pikirannya. Raka, yang sibuk di dapur, sedang menyiapkan teh untuk mereka berdua.

Tiba- tiba suara ponsel Sarah bergetar di meja. Dia segera meraih ponsel itu dan ketika dia membuka pesan tersebut, matanya membulat lebar. Pesan dari Nadia, disertai tautan berita online.

"Sarah, kau sudah lihat ini?" pesan Nadia singkat tapi menohok.

Dengan tangan sedikit gemetar, Sarah membuka tautan yang dikirimkan Nadia. Artikel tentang dirinya dan Armand sudah tersebar. Judulnya bombastis, seolah-olah menggambarkan bahwa ada hubungan terlarang antara dirinya dan CEO properti terkenal itu. Jantung Sarah berdetak kencang. Foto mereka yang sedang duduk bersama di kafe terpampang jelas, lengkap dengan momen ketika Armand menyentuh tangannya.

"Ya Tuhan..." Sarah bergumam panik, tubuhnya tiba- tiba menjadi dingin.

Sejenak, pikiran Sarah kacau. Bagaimana jika Raka melihat ini? Apa yang akan dia pikirkan? Padahal selama ini dia sudah berusaha menutupi hubungan itu dengan sangat rapi. Namun kini fotonya bersama Armand tersebar luas. Sarah tidak tahu harus bagaimana. Dia memejamkan mata, mencoba menenangkan diri, tetapi perasaan takut itu semakin membesar.

Saat Raka datang dari dapur, membawa dua cangkir teh, Sarah langsung menyembunyikan ponselnya.

"Kamu kenapa, Sayang?" tanya Raka, memperhatikan perubahan sikap Sarah yang tiba-tiba tampak cemas.

Sarah mencoba tersenyum, meskipun raut wajahnya jelas menyimpan kekhawatiran. "Enggak, aku cuma... kepikiran pekerjaan," jawabnya singkat, meski suaranya terdengar ragu.

Namun, sebelum Raka sempat bertanya lebih lanjut, ponsel Raka berbunyi. Sarah langsung bertambah panik, pikirannya berputar mencari alasan untuk menjelaskan semua itu pada Raka. Raka tersenyum melihat ponselnya, yang ternyata telfon dari ibunya. Namun senyum itu seketika hilang dari wajah Raka, matanya langsung mengarah ke Sarah. Dan setelah telfon itu selesai dia mengerutkan dahi, Sarah menatapnya cemas, berharap Raka tak segera membaca artikel tentangnya.

Raka membuka berita hari ini dan wajahnya langsung berubah serius. Sarah tahu ini bukan pertanda baik. Dengan cepat, Raka menatap Sarah. "Kau sudah lihat ini?" tanyanya dengan nada datar, tetapi penuh penekanan.

Sarah merasa perutnya mual. "Apa maksudmu?" tanyanya, mencoba mengulur waktu meski ia tahu tak ada jalan keluar dari situasi ini.

Raka menunjukkan ponselnya. Di layar, artikel tentang Sarah dan Armand terpampang jelas, sama seperti yang dilihat Sarah beberapa menit sebelumnya. Wajah Raka tidak menunjukkan ekspresi marah, tapi ada keheningan yang sangat mencekam.

"Apa ini, Sarah?" tanya Raka pelan, tapi jelas ada kemarahan yang disimpan di dalamnya. "Kenapa kau tidak memberitahuku tentang ini?"

Sarah mencoba menarik napas panjang, namun dadanya terasa sesak. "Itu... itu tidak seperti yang kamu pikirkan, Raka. Kami kebetulan bertemu di.."

Raka memotong ucapannya. "Tapi kenapa terlihat seperti ini? Armand, bukankan dia...? Aku percaya kamu dekat dengan hanya dalam urusan pekerjaan, tapi kenapa sampai sejauh ini. Kau tahu ibuku menanyakan hal ini tadi!! bagaimana aku harus menjelaskan??!"

Sarah ingin menjelaskan, tetapi kata-katanya terhenti di tenggorokan. Pandangan Raka semakin tajam, dan di dalam kepalanya, Sarah mencoba mencari cara untuk menjelaskan situasi ini dengan jujur tanpa memperburuk keadaan. Namun, sebelum dia sempat berkata lebih lanjut, Raka berdiri, membuang pandangan dari Sarah.

"Aku harus berpikir sejenak," kata Raka singkat sebelum berjalan keluar rumah tanpa menunggu jawaban dari Sarah. Pintu tertutup keras di belakangnya, meninggalkan Sarah dalam keheningan yang menyesakkan.

Sarah terduduk lemas di sofa, merasakan hatinya berkecamuk antara rasa bersalah dan ketidakberdayaan. Dia mencoba menenangkan diri, tapi perasaan bahwa sesuatu yang besar sedang berubah antara dirinya dan Raka tak bisa ia abaikan.

Ponselnya kembali bergetar. Kali ini, pesan dari Armand muncul.

"Sarah, aku baru lihat berita ini. Kita harus segera bicara."

Sarah menatap pesan itu lama. Pikiran-pikirannya berkecamuk. Haruskah ia bertemu Armand dan mencoba menjelaskan semuanya? Ataukah ia fokus menyelesaikan masalah dengan Raka? Tekanan di dada semakin berat, dan pagi yang dingin kini berganti menjadi hari yang begitu berat bagi Sarah.

Labirin Cinta dan Rahasia [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang