Bab 28: Memulai

4 0 0
                                    

Sarah dan Raka baru saja tiba di Amsterdam. Udara dingin menyambut mereka saat mereka melangkah keluar dari bandara Schiphol. Di dalam taksi yang membawa mereka menuju apartemen baru yang telah disiapkan oleh Raka, Sarah memandang keluar jendela, melihat pemandangan kota yang asing namun menjanjikan. Hatinya terasa sedikit lebih tenang di sini, jauh dari Jakarta, jauh dari segala kenangan bersama Armand. Dia merasa seolah-olah memulai hidup baru-bersama Raka, pria yang benar-benar mencintainya.

Raka, duduk di sebelah Sarah, menggenggam tangannya dengan lembut.

"Apa kamu sudah siap memulai babak baru ini?" tanyanya dengan senyum hangat.

Sarah memalingkan wajahnya dari jendela, menatap suaminya dengan penuh cinta. Ia membalas senyum itu, meski masih ada sedikit rasa bersalah yang mengintai di sudut hatinya.

"Ya sayang, aku siap, sayang. Terima kasih karena selalu ada untukku dan selalu menuruti semua kemauanku."

Raka mengangguk dan merangkul Sarah dengan erat, merasa bangga dan bersyukur bisa memulai kehidupan baru bersama istrinya. Sarah menatap ke depan dengan harapan, meskipun di sudut pikirannya, masih ada bayangan samar masa lalu yang menghantuinya.

Hari-hari berlalu dengan cepatnya, tak terasa sudah sebulan lebih Sarah dan Raka di Belanda. Mereka mulai menyesuaikan diri dengan kehidupan baru di sana, banyak hal yang terasa asing bagi Sarah, namum ia menyukainya. Raka sibuk dengan pekerjaannya, mengurus cabang perusahaan yang sedang berkembang pesat, sementara Sarah mencoba menemukan rutinitas baru, mulai terlibat dalam kegiatan sosial di lingkungan sekitar, dan mengeksplorasi diri dengan segala hal yang ia sukai, karena Raka tak pernah membatasi apapun yang ia inginkan.

Namun, meskipun kehidupan mereka tampak sempurna dari luar, di dalam hati Sarah masih ada pertempuran batin yang belum selesai.

Di malam hari, ketika Raka sudah tertidur, Sarah sering terjaga, memandangi langit-langit kamar, membayangkan bagaimana hidupnya akan berjalan jika ia terus melibatkan Armand dalam hidupnya. Kenangan masa lalu terkadang menyeruak, terutama di saat-saat sunyi, membuatnya merasa bersalah.

***

Sementara itu, di Jakarta, hidup Armand semakin terpuruk. Kehilangan Sarah membuatnya kehilangan arah. Perusahaan yang dia kelola mulai menunjukkan tanda-tanda kemunduran karena kurangnya perhatian darinya. Pertemuan bisnis menjadi kacau, keputusan-keputusan yang diambilnya menjadi tergesa-gesa dan tanpa pertimbangan matang. Rekan-rekan kerjanya mulai merasakan ketidakseimbangan dalam diri Armand, tetapi tak ada yang berani bicara langsung padanya.

Hingga suatu hari, asisten pribadinya, Gita, memberanikan diri untuk menghadap Armand di kantornya.

"Pak Armand," kata Gita lembut namun tegas, "Saya tahu Anda sedang melalui masa yang sulit, tapi perusahaan ini membutuhkan Anda. Kita semua membutuhkan Anda pak."

Armand hanya menatap kosong ke arah Gita, tanpa emosi dan datar.

Gita mencoba berbicara lebih jauh membujuk Armand.

"Pak Armand, banyak hal yang mulai terbengkalai. Apakah Anda perlu istirahat sebentar, atau berbicara dengan seseorang untuk membantu melewati ini."

Armand tidak menjawab. Kepalanya masih dipenuhi oleh kenangan tentang Sarah, tentang masa lalu yang tak bisa ia kembalikan lagi. Rasa sakit itu masih terasa begitu segar, menghancurkan setiap niatnya untuk maju. Dan akhirnya Gita keluar dari ruangan itu dengan perasaan kecewa.

Putus asa dan terluka, Armand mencari pelarian di klub malam. Dalam kondisi setengah mabuk, ia melihat seorang wanita yang samar-samar menghampirinya....mengingatkannya pada Sarah. Dalam kondisi setengah sadar, ia hanya bisa berbisik, "Sarah..." sebelum akhirnya jatuh pingsan.

Labirin Cinta dan Rahasia [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang