Bab 14: Kebenaran yang terungkap

13 5 0
                                    

Armand duduk termenung di sofa malam itu, Sarah telah pergi, namun masih tercium lembut aroma wanginya yang tadi semerbak memenuhi hati. Armand terus menatap kosong ke arah langit-langit ruangan itu. Pikirannya dibiarkan melayang jauh, kembali ke momen beberapa tahun lalu, ketika dunia seakan runtuh di hadapannya.

Ketika Sarah, gadis yang selama ini dicintainya, tiba-tiba saja memutuskan hubungan mereka dengan alasan yang membuat hatinya hancur berkeping-keping.

"Aku akan dijodohkan dengan anak sahabat ayahku, Armand. Maaf, aku tidak punya pilihan lain," kata Sarah saat itu, dengan suara yang terdengar begitu tenang. Namun, di balik ketenangan itu, ada sesuatu yang aneh, sesuatu yang tidak bisa dia pahami.

Armand yang sangat mencintai Sarah, tidak bisa menerima kenyataan itu. Hatinya terluka begitu dalam, rasa kecewa dan marah bercampur menjadi satu. Tanpa bertanya lebih jauh, dia memutuskan untuk pergi menjauh, meninggalkan semua kenangan yang menyakitkan itu.
Bahkan kala itu Ia menghapus nomor Sarah dari ponselnya, berharap bisa melupakan rasa sakit yang tak tertahankan.

Satu keputusan besar pun diambilnya: dia setuju untuk mengikuti keinginan ibunya-untuk pergi melanjutkan studi ke luar negeri. Mungkin, jarak bisa mengobati luka yang dia rasakan.

Hari kelulusan yang di nanti pun tiba. Armand sudah siap dan mantap untuk pergi, meninggalkan Indonesia dan semua kenangan tentang Sarah. Namun ada setitik hati Armand yang masih benar- benar menyimpan cintanya untuk Sarah. Meskipun rasa kecewa terus membayangi namun Ia tak benar- benar membenci Sarah sepenuhnya. Sebelum pergi, dia mencoba menghubungi Yesi, sahabat Sarah, hanya untuk menitipkan salam perpisahan. Dia tahu, dalam hatinya dia tetap ingin Sarah tahu bahwa dia akan pergi.

"Yesi, tolong sampaikan salamku untuk Sarah. Aku akan pergi sore ini. Aku tidak bisa menghubunginya langsung..." kata Armand dengan nada yang berat.

Yesi mengiyakan permintaan Armand dalam panggilan itu, meskipun hatinya gelisah, ingin sekali rasanya Yesi memberitahukan segala kebenaran yang menyesak di dadanya.

Dia tahu kebenaran yang selama ini disembunyikan Sarah. Sarah tidak pernah dijodohkan. Alasannya meminta putus hanya karena ibu Armand yanh menolak hubungan mereka. Yesi, Tata, dan Windi tahu semua itu, tapi tidak ada satu pun dari mereka yang berani mengungkapkan pada Armand.

Setelah mengakhiri panggilan, Yesi segera menemui Sarah, tak lupa Ia juga memberitahukan hal itu pada Tata dan Windi.

"Sarah....Armand akan pergi sore ini. Dia menitipkan salam untukmu," kata Yesi dengan raut wajah serius.

Sarah yang mendengar hal itu, terkejut bukan main. Jantungnya berdebar kencang, air matanya mengalir tanpa bisa dia tahan.

Rasa cinta yang dia sembunyikan selama ini meledak seketika. Semua alasan, semua kebohongan yang dia buat untuk melindungi Armand, terasa sia-sia. Dia tidak bisa membiarkan Armand pergi begitu saja, tanpa melihatnya untuk yang terakhir kalinya.

"Aku harus melihatnya! Aku harus ke bandara sekarang!" seru Sarah dengan suara yang penuh kegelisahan. Tanpa pikir panjang, dia langsung berlari menuju pintu, diikuti oleh Yesi, Tata, dan Windi.

Di bandara, Sarah berlari dengan cepat. Matanya liar mencari sosok yang sangat dia cintai, Armand. Dia tidak peduli dengan keramaian, tidak peduli lagi dengan orang-orang yang menatapnya. Satu-satunya yang ada di pikirannya adalah Armand, pria yang pernah mengisi hari-harinya dengan kebahagiaan, namun kini harus pergi darinya, mungkin untuk selamanya.

Tiba-tiba langkahnya terhenti. Dari kejauhan, dia melihat Armand. Pria itu sedang berpamitan dengan ibunya. Mata Sarah membelalak saat melihat Armand mencium kedua pipi ibunya, lalu memeluknya erat. Ada kehangatan di sana, namun juga kesedihan yang mendalam.

Air mata Sarah jatuh tanpa henti. Dia tidak bisa mendekat, hanya berdiri diam menatap Armand dari kejauhan. Ketika Armand melambaikan tangan terakhirnya pada sang ibu, Sarah merasa hatinya pecah seketika. "Selamat tinggal, Armand. Semoga kau bahagia," gumamnya pelan, mencoba menahan rasa sakit yang tak terelakkan.

Sementara itu, tanpa sepengetahuan Sarah, Yesi dan sahabat-sahabatnya merekam momen tersebut. Mereka tahu betapa dalam cinta Sarah untuk Armand, meski Sarah berusaha menyembunyikannya di balik kebohongan yang dibuatnya sendiri.

Bertahun-tahun Kemudian

Waktu berlalu, dan Armand telah menetap di luar negeri. Hidupnya berjalan baik, tapi hati kecilnya masih menyimpan perasaan aneh tentang Sarah. Setiap kali dia mengingat hari perpisahan itu, hatinya kembali terasa berat. Meski sudah bertahun-tahun berlalu, luka itu tidak sepenuhnya sembuh.

Sampai suatu hari, sebuah pesan masuk ke ponselnya. Dari Yesi.

"Maaf, Armand. Aku tidak bisa terus berbohong padamu. Ada sesuatu yang harus kau tahu tentang Sarah dan alasan sebenarnya dia minta putus." Pesan itu disertai dengan sebuah video.

Armand membuka video itu, dan yang dia lihat adalah Sarah, berlari di bandara, menangis sendirian, menyaksikan kepergiannya dari kejauhan. Hatinya serasa berhenti berdetak. Dia tak pernah tahu bahwa Sarah hadir di hari perpisahan itu. Semua emosi yang dia coba kubur selama ini, muncul kembali dalam sekejap.

Lalu, sebuah pesan lain dari Yesi masuk. Kali ini, Yesi menceritakan semuanya. Bagaimana Sarah sebenarnya tidak pernah dijodohkan. Bagaimana ibunya, orang yang selama ini dia hormati, adalah penyebab hubungan mereka berakhir.

"Sarah putus denganmu karena ibumu yang tidak setuju dengan hubungan kalian, bukan karena ia dijodohkan, ia hanya mengarang cerita agar kau mau meninggalkannya" pesan itu berlanjut.

Armand merasa hatinya remuk. Semua yang dia percaya selama ini, semua kemarahan dan kebencian yang dia simpan, ternyata didasarkan pada kebohongan yang dibuat untuk melindunginya. Sarah memilih terluka demi kebaikan, meskipun hal itu akhirnya menghancurkan keduanya.

Armand menatap video itu lagi, melihat Sarah yang menangis tanpa suara. "Kenapa kau tak pernah memberitahuku, Sarah?" bisiknya pelan.

Saat itu, dia harus memutuskan. Apakah akan membiarkan masa lalunya akan tetap terkubur, ataukah mencoba menghubungi kembali cinta yang dulu dia tinggalkan? Namun cinta yang begitu besar di hatinya mengalahkan segalanya. Meskipun telah lama ia kubur segalanya, namun dengan mudahnya perasaan itu menyeruak kembali.

Sarah, aku tak akan pernah menyerah kali ini!.

Labirin Cinta dan Rahasia [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang