Dasi 40

1.6K 218 94
                                    

Halooo... ini memang bukan weekend, tapi aku update TB malam ini karena banyak yang nyemangatin hehe.

Selamat menikmati.











.

.

.

17:45 WIB

Rayyan: Maafin saya Shouki

Rayyan: Malem ini saya diajak makan Mbak Kanaka dan Mas Ginting.. ga enak nolaknya

Rayyan: Saya pulang secepatnya supaya bisa sama kamu

Send—

Sialan. iPhone Rayyan mati tepat sebelum pesan itu berhasil dikirim.

Rayyan sedikit ceroboh karena lupa bawa pengisi daya dan tidak sadar notifikasi baterai ponselnya sudah kuning saat pergi keluar kantor. Baik Kanaka maupun timnya tidak ada yang membawa charger untuk iPhone.

Tak ada cara untuk menghubungi Pak Wis sementara ini, Rayyan ikuti saja jadwal acara hari itu. Bersama Arina ia mengikuti Kanaka menuju ruang VIP di restoran mewah. Interiornya elegan dengan pencahayaan hangat. Di tengah ruangan, seorang pria berjas rapi dan berkaca mata tengah berbincang dengan beberapa orang yang tampak seperti kru film.

Kanaka melambaikan tangan, mengundang Rayyan dan Arina untuk mendekat. "Mas Rayyan, kenalin, ini Pak Yudha. Dia salah satu produser ternama di industri film kita. Pak Yudha, ini Mas Rayyan."

Pak Yudha mengulurkan tangan, menyambut Rayyan dengan antusias. "Wah, akhirnya kita ketemu juga! Udah sering denger nama lo. Kanaka banyak cerita soal Mas Rayyan."

Rayyan tersenyum. "Wah, terima kasih, Pak Yudha. Senang bisa berkenalan."

"Jadi gini, Mas Rayyan. Gue lagi nyari fresh face buat project film terbaru gue. Ada karakter yang cocok banget sama aura Mas Rayyan. Gue udah liat video lu, cara lu bawa diri, karisma—semua itu yang gue cari." Pak Yudha berkata dengan nada serius yang santai.

Arina, yang duduk di samping Rayyan, menyenggol lengan Rayyan dengan senyum kecil. "Mas Rayyan cocok banget, tuh! Harus coba!"

Rayyan menatap Pak Yudha. "Main film, Pak? Wah, saya enggak pernah kepikiran sejauh itu. Saya enggak pernah belajar akting."

Pak Yudha tertawa pelan. "Percaya, deh, enggak ada orang peduli lo bisa akting. Yang penting, lo punya nama, punya fans, punya daya tarik. Selebgram, YouTuber kayak lo udah cukup buat bikin film kita laku."

Rayyan terdiam. Tawaran seperti ini bukan yang pertama kalinya datang padanya. Sebelumnya, sudah ada dua produser lain yang ingin menariknya ke layar lebar sejak SMA. Mas Ginting dan Mas Bayu juga pernah mengajaknya untuk melangkah ke dunia hiburan.

Arina, yang duduk di sebelah Rayyan, ikut mengangguk setuju. "Benar banget, Mas. Aku juga ditawarin bikin single lagu dangdut judulnya 'OB Seksi', padahal aku enggak bisa nyanyi."

Pak Yudha tertawa. "Arina memang cocok jadi penyanyi, mumpung lagi viral. Tone suara bisa diakalilah. Gampang itu. Arina juga cocok main film." Pak Yudha melanjutkan dengan nada yang lebih meyakinkan. "Kalian berdua udah punya modal utama: muka yang menjual, attitude yang bikin orang suka, dan yang penting udah dikenal. Penonton enggak butuh akting Oscar dari elo. Mereka cuma mau lihat elo di layar. Paham, enggak?"

Rayyan menghela napas. "Paham, Pak, cuma saya pikir kemampuan tetap harus ada. Jangan sampai film yang Bapak produseri malah jadi hujatan netizen."

Pak Yudha mengibaskan tangannya. "Enggak usah mikirin kata netizen, Mas Rayyan. Memangnya mereka yang keluar duit untuk biayain film lo? Kalau Mas Rayyan tipe perfeksionis dan pengin belajar, kita punya tim pelatih acting yang siap bantu juga, kok. Yang penting, lo punya 'it factor'. Gue lihat itu di Mas Rayyan."

Tampan Berdasi (MxM)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang