Dasi 32

2.7K 279 220
                                    

Hari kedua outing.

Subuh hadir dengan syahdu. Matahari akan terbit dengan lembut seperti cahaya yang membayang di antara tirai.

Pagi ini Rayyan bangun sedikit lama, mau rebah lebih lama di ranjang cottage. Di kamar ini ada dua ranjang. Sebuah ranjang queen bed diisi oleh Rayyan dan Mang Tito, sedangkan Pak Misno sopir kantor tidur di ranjang sendiri. Mang Tito tidur sambil memeluk Rayyan, mengorok di telinganya. Bisa jadi Rayyan mungkin tidur sambil memeluk Mang Tito juga semalaman.

Karena semalam dia memimpikan Pak Wis.

Rasanya jadi gemas ingin memeluk guling, bantal, apa pun.

Semalam di resto resor Rayyan makan malam. Ia dan Pak Wis duduk berjauhan, tetapi mereka curi-curi pandang di tengah makan. Sambil bersantap pasta, Pak Wis tersenyum dari jauh, mengangkat garpunya ke arah Rayyan. "Makan, Mas." Rayyan membalas dengan senyum yang tenang. Setelah mandi sore ia sudah merilis fantasi kotornya. Ia ingin malam ini dijalankan dengan penuh khidmat. Jadi, jangan tersenyum berlebihan. Kalem. Kalem ....

Pagi ini mereka sarapan di restoran resor yang sama. Sejak jam tujuh pagi, banyak karyawan yang sudah pergi sarapan dengan pakaian lengkap untuk berenang dan snorkeling. Ada yang cuma pakai celana pendek dan masih berantakan rambutnya. Ada yang sudah on point lengkap dengan kacamata hitam, jalan di sekitar resto sambil live Instagram. Mas Dicky, Mbak Sita, dan Mbak Alina adalah geng yang sudah on point.

Rayyan sendiri sudah hadir dengan celana pendek renang yang ia beli di Tanah Abang, kaus ketat, dan jaket. Saat Rayyan memasuki resto, ia melihat Pak Wis dan Pak Arian duduk di tengah restoran, sedang terlibat obrolan bisnis bersama direktur.

Rayyan memilih makan pagi di meja Mang Tito dan Pak Misno.

Pak Misno adalah sopir kantor yang paling tahu berbagai macam gosip. Wajar saja karena Beliau sudah sering antar-jemput banyak karyawan, dan selama berkendara sudah pasti banyak rumor mengudara dalam mobil. Kalau menurut Pak Arian, Pak Misno ini Lambe Turah-nya kantor.

"Pak Misno udah denger gosip di kantor kita ada pelakor?" tanya Rayyan.

"Tau, Mas Rayyan." Pak Misno separuh mendesis. "Setau saya Mbak itu beneran pelakor. Mereka enggak ada hubungan saudara!"

"Terus, Pak Misno tau gosip apa lagi di kantor?"

"Saya tau semuanya, Mas! Sebut aja siapa."

Rayyan melirik ke samping sebentar. "Hm ... kalau Bapak CEO kita?"

"Pak Wis?" Pak Misno menggeser sedikit duduknya. "Enggak banyak gosip soal Pak Wis, sih, Mas. Setau saya Pak Wis itu hubungannya enggak direstui sama ayah mantan tunangannya."

Itu Rayyan juga sudah tahu. "Yang lainnya, Pak? Apa ... Pak Wis sekarang enggak berhubungan dengan wanita lain? Atau ada kemungkinan kembali ke Mbak Kanaka?"

"Oh, kalau itu sih enggak ada setau saya, Mas. Dulu pas masih pacaran, saya emang sering anter si Bapak ketemu si mantan itu. Tapi sekarang udah enggak ada lagi, tuh."

Mang Tito menyahut, "Ooh, udah beneran mup on berarti itu!"

"Kayaknya sih, yaa." Pak Misno manggut-manggut. "Tapi untungnya si Bapak ndak moroh-moroh lagi abis patah hati."

Mang Tito menyahut makin semangat, "Jangan-jangan sudah ada yang baru?!"

Apa pun itu ... Rayyan merasa lega.

Sekitar satu jam kemudian, event organizer meminta seluruh karyawan berkumpul. Saatnya berangkat menuju tempat snorkeling. Mereka digiring ke dermaga kecil dengan perahu-perahu yang sudah disiapkan. Setiap karyawan menggunakan pelampung. Rayyan membantu beberapa karyawan naik perahu, kemudian naik perahunya sendiri. Perahu Pak Wis bersebelahan tepat dengannya.

Tampan Berdasi (MxM)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang