Dasi 12

2.5K 253 69
                                    

Siapa yang pas zaman sekolah dulu pernah ikut acara LDKS, OSPEK, dll? Semoga nostalgia baca part ini, ya.








Seingat Shouki, kemarin mereka sudah berdamai. Anak-anak klub basket mendatanginya, menjabat erat tangannya dengan hangat, dengan senyum, meyakinkan Shouki bahwa ia masih boleh bermain di lapangan basket sekolah.

Namun, malam ini Shouki masih bermimpi buruk. Suara-suara teriakan masih mendengingkan telinga.

"ENGGAK USAH SOK KEREN ANJ***!"

Shouki terdorong dengan keras ke dinding.

"LO NGERASA PALING BISA BASKET DI SEKOLAH INI? SHOW OFF DI DEPAN PELATIH!"

Shouki dipukul di rusuk.

"LAPANGAN ITU BUKAN PUNYA LO!"

Shouki dipukul di muka.

"LO ENGGAK PANTES DI SINI, LO SAKIT ASMA! BENGEK KUMAT LO LANGSUNG TEPAR! MALAH NGERUGIIN TIM!"

Sakit.

Dalam mimpi, para senior penuh kuasa memaksa Shouki untuk mengundurkan diri dari klub dengan alasan kesehatan. Ya, Shouki memang sakit asma sejak kecil dan akhir-akhir ini sering kumat tiba-tiba di lapangan. Namun, tidak bolehkah ia mencoba memperjuangkan mimpinya? Setidaknya, Shouki pernah berhasil meraih piala juara basket tingkat kabupaten, sesuatu yang sangat ia banggakan. Penyakit bukan halangan. Betapa miris ia harus dihalangi bermain basket hanya karena dirundung kakak kelas.

Saat dirundung, Shouki tidak melawan balik. Barangkali kamu kesal padanya karena ia tidak melawan balik. Ketahuilah bahwa banyak korban perundungan yang tidak melawan, bukan karena tak bisa, melainkan saat itu mereka terputus sejenak dengan realitas. Momen kebekuan. Cuma bisa diam menerima pukulan dan bentakan, saraf-saraf di tubuhmu tegang tak bisa digerakkan. Mereka bisa mengalami koma di tempat. Pada akhirnya korban perundungan hanya menyalahkan diri sendiri yang rapuh dan tak bisa melawan. Jatuh dalam kegelapan, tak ada yang menyelamatkan.

Yang lebih menyakitkan, di dalam mimpinya Shouki tak bisa menemukan Rayyan Nareswara.

Kakak kelas yang membuatnya jatuh hati itu tak ada di mana-mana. Shouki berusaha mencari Kak Rayyan di seluruh sekolah, dari kantin hingga bawah pohon lapangan basket, Kak Rayyan tak ada. Seolah suara, wangi, dan hangat dari tubuh Kak Rayyan selama ini cuma khayalan Shouki.

Apa yang kamu lakukan ketika kamu tidak lagi memiliki tempat untuk bersandar?

Ini mimpi yang terburuk baginya.

Shouki bangun dari mimpi buruk itu dengan mata yang sembap. Dia langsung menyeka wajahnya dan minum air, lalu bercermin di depan kaca. Tenang, Shouki Al Zaidan Wisanggeni, yang barusan cuma mimpi. Tidak ada masalah di sekolah. Dia masih boleh main basket di klub.

Dan hari ini Shouki akan mengikuti kegiatan LDKS—Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa. Camping seru bersama satu angkatan di Jambore, Cibubur. Yang paling asyik, ada Kak Rayyan jadi panitia cabutan. Membayangkan wajah Kak Rayyan, Shouki langsung semangat mandi pagi dan bersiap-siap berangkat. Maklum, Shouki lagi di puncak hormon yang membuatnya ingin terbang hanya dengan membayangkan seseorang yang ia suka.

Shouki sudah belanja kebutuhan yang wajib dibawa anak kelas satu kalau tidak mau dihukum. Ia mengabsen kembali barang-barang dalam ransel. Air mineral 1,5 liter, mi kemasan cup, tikar, koran bekas, jaket, baju ganti, pita yang nantinya akan dibentuk menjadi dasi, tag nama—dan berbagai perintilan yang membuat semua anak kelas satu kerepotan. Beda dengan Shouki, ia menyiapkan semua keperluan itu dengan hati senang, semangat karena membayangkan ada Kak Rayyan bersamanya di alam terbuka. Rasanya seperti lagi kencan, kan? Duduk di angkot, Shouki senyum-senyum sendiri.

Tampan Berdasi (MxM)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang