Dasi 31

2.6K 287 177
                                        

Selamat malam mingguan dengan Pak Wis dan Mas Rayyan!








"Can I be the one to heal you now, even though I'm the one who hurt you in the past?"

Apakah saya bisa menjadi seseorang yang menyembuhkan lukamu, meski di masa lalu saya yang menyakitimu?





Tertunduk, Pak Wis menekan batu di telapak tangan Rayyan. "I .... "

Jeda yang agak lama.

Rayyan tersenyum dan berkata, "Oke, jangan sekarang kalau belum mau jawab .... Kamu bisa simpan dulu jawabannya ... sampai besok."

Pak Wis diam.

Rayyan menggenggam batu itu dalam kepalannya, mengantonginya. Ia berdiri menghadap laut sembari mengusap leher belakangnya yang agak hangat. Apa pun yang baru saja Rayyan lakukan membutuhkan segenap keberanian raksasa. Badannya sekarang terasa panas.

Pak Wis menatap pemandangan laut yang sama. Beberapa menit lagi semburat oranye keunguan senja itu akan berganti kegelapan. Pak Wis menatap rona senja itu, lalu menatap tengkuk Rayyan.

"Um ... Pak Shouki," panggil Rayyan lagi.

Andai Rayyan Nareswara berdiri di dekat Pak Wis, barangkali ia bisa mendengar ada dentuman kecil di jantung Pak Wis setiap kali ia mengucap nama itu.

" ... Ya, Mas?"

"Maaf kalau lancang lagi, apa saya boleh nanya?"

"Tanya aja, Mas."

"Bapak ... enggak kepikiran mau main basket lagi? Sekadar main aja."

"Mau," jawab Pak Wis. "Mau banget."

Rayyan senang mendengar antusiasme dalam suara itu. "Resor ini luas, banyak fasilitas. Kayaknya ada lapangan basket kecil di area permainan. Gimana kalau kita ke sana—"

Pak Wis tiba-tiba saja membungkuk, membuat pose defensif. Jari-jari tangannya merentang dan telapak tangannya menghadap ke bawah, seolah-olah ada bola basket tak kasat.

"Pak ...?"

Dengan gerakan sangat gesit, Pak Wis berlari memutari tubuh Rayyan dengan tangannya melakukan dribel membawa bola tak terlihat. Air laut yang mencapai bibir pantai membasahi kakinya, menciprat kaki dan paha Rayyan saat Pak Wis bergerak. Kaki-kaki itu meninggalkan jejak di pasir basah, jejak-jejak yang segera hilang oleh deburan lembut ombak.

Rayyan nyengir, mengikuti gerakan lincah Pak Wis, ikut berputar bersamanya.

Pak Wis memperlihatkan telapak tangan di depan dadanya, seolah-olah ia hendak mengoper bola.

"Kak! Tangkap!" kata Pak Wis, lalu melemparkan bola tak terlihat.

Rayyan berakting menangkap bola itu dengan canggung. Terdiam, lalu terkekeh berat. Rayyan berpura-pura mengelus bola basket tak terlihat itu.

"Hadap depan! Ringnya di sana!" teriak Pak Wis, mengajak Rayyan berlari menyepak air laut sepanjang bibir pantai. "Ayo!"

"Saya dari dulu enggak bisa main basket," kata Rayyan, menertawakan dirinya sendiri. "Kamu lupa? Saya mau ngoper bola aja malah menggelinding bolanya kayak bowling."

Pak Wis berhenti berlari di samping Rayyan, ikut tertawa. "Gapapa, coba dribel dulu." Dia berlari ke depan dengan lincah, berputar kembali menghadap Rayyan, tangannya siaga. "Terus pass ke sini sambil lari!"

"Cara dribel gimana, Pak?" tanya Rayyan, lalu teringat video dribel yang sempat viral beberapa waktu lalu. Rayyan menyeringai dan mempraktikkan gerakan dribel Bagas. "Gini, Pak? Ini dribel yang viral itu, Pak. Saya bisa, lho."

Tampan Berdasi (MxM)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang