Dasi 38

2.8K 237 115
                                    

Maaf banget baru bisa kembali nulis dan update lagi setelah beberapa minggu ....

Supaya ke depannya ga ada pembaca yang kelewat soal update, kalian sebaiknya follow Wattpad aku DaddyRayyan ini. Dengan follow, kalian bisa dapat notifikasi update status di wall aku. Kalian akan dapat notif statusku soal hari ini TB gak bisa update, kapan jadwal aku update, dll.

Kalau mau dapat kabar yang jelas setiap saat, bisa follow di Instagram dan Discord Rashoura juga! Aku dan Shouki online setiap hari, kok. Silakan DM kami kapan saja di IG (biasanya yang bales Shouki karena aku jarang buka DM).

Aku masih pascapemulihan jadi baru bisa nulis pelan-pelan sesanggupnya, ya~

Enjoy malmingan bersama bab 38~

-Ra



Rayyan menghabiskan hari-hari berikutnya untuk memantau Mas Dicky di kantor.

Sejujurnya cukup kepikiran. Pasalnya, Mas Dicky ini bisa mengeluarkan api dari mulut yang membakar ke mana-mana. Rayyan tak terkejut apabila gosip Pak CEO kepergok ngelendot manja ke bahu kekar OB di dapur diketahui ibu-ibu RW di gang kosan Mas Dicky. Gosip tak penting yang anehnya bisa mencapai ke mancanegara kalau mulut Mas Dicky sudah bicara.

Rayyan tak mungkin mengawasi Mas Dicky dua puluh empat jam. Terus bagaimana?

Ya, Rayyan hanya perlu mondar-mandir lebih sering di antara meja para karyawan, sambil menawarkan diri untuk membuatkan kopi, teh, atau susu, atau membelikan nasi padang dan nasi warung. Rayyan ngepel di antara meja, padahal lantainya sudah bersih. Rayyan memperlama langkahnya saat mengganti galon dispenser di ruang karyawan jadi bisa menguping kalau Mas Dicky mulai latah bercerita fantasi liarnya. Rayyan juga memastikan ia akan sering-sering menongolkan kepala di balik partisi yang membatasi meja Mas Dicky dengan Mbak Alina. Mas Dicky akan menjerit ecopot etitit.

Pada jam istirahat, Rayyan juga sengaja sudah menunggu Mas Dicky di koridor. Saat Mas Dicky berjalan dengan Mbak Alina dan Mbak Sita, dari ujung koridor Rayyan sudah mengawasi dengan setajam elang. Mas Dicky yang tadinya mau gibah ke dua sahabat langsung nunduk tak berkutik. Dia juga menyapa Mas Rayyan tidak segenit biasanya dan buru-buru pergi.

Dengan pengawasan ketat, niscaya Mas Dicky panas-dingin merasakan teror Rayyan.

Di sisi lain, ini cukup menghabiskan waktu Rayyan.

Pak Wis memanggil Rayyan sejak pagi, modus minta dibuatkan teh, padahal mau berjumpa dengan Rayyan.

Saat diajak ngobrol di kantor, Rayyan sulit fokus. Rayyan sibuk melirik jendela kaca dari ruangan Pak Wis, memastikan tidak ada Mas Dicky atau lainnya mengintai mereka dari luar sana.

Rasanya tak nyaman.

Supaya orang kantor tak curiga, Rayyan sudah memutuskan untuk tidak berlama-lama berkunjung ke ruangan Pak Wis. Berpapasan dengan Pak Wis di koridor pun Rayyan tak mau pasang muka senyum-senyum jatuh cinta. Tahan diri, sapa hormat saja, lalu menunduk. Rayyan tak mau lengah lagi dan ketahuan Mas Dickdick kedua atau ketiga.

*

Setiap beberapa menit sekali, Pak Wis menatap layar ponsel. Ia membayangkan ada notifikasi masuk dari WhatsApp.

Bagi Pak Wis, ini tak biasa. Sudah bermenit-menit, berjam-jam, tak ada balasan. Biasanya sesibuk apa pun, Rayyan selalu membalas pesan.

Pak Wis sebenarnya mengirimkan pesan WhatsApp kepada Rayyan sejak pagi.

Tampan Berdasi (MxM)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang