3. pertemuan awal

30 9 0
                                    

"Dunia begitu kejam buat aku yang memiliki banyak harapan"

Kayla Agatha

***

Kayla mulai menyusuri jalan raya yang belum terlalu ramai kendaraan. Dia berjalan sambil melamun, memikirkan kejadian tadi pagi.

"Yaudah kalau kamu kasihan sama anak pembawa sial ini, kamu aja yang tinggal aja Disni dan batalin urusan kamu di luar negeri" pinta Kinara

"Nggak ada. Aku bakal tetap pergi ke sana"

"Nggak apa-apa mah, pah. Aku bisa tinggal sendiri kok disini. Kalian selesaiin aja urusan kalian"

"Gitu kek dari tadi. Saya kan nggak perlu berpura-pura baik sama kamu"

Perkataan Rendra selalu berputar pada pikirannya. Kayla masih sangat bingung dengan setiap perkataan yang keluar dari mulut sang papa.

Dia bingung.

Sebenarnya, apakah papahnya peduli padanya? Tapi karena ego maka setiap kalimat peduli yang dikatakan akan selalu diakhiri dengan kalimat yang sangat pedas agar kelihatan bahwa papahnya tidak peduli? 

Atau sebaliknya?

Papahnya hanya cuma berpura-pura baik dihadapannya?.

Entahlah.

Banyak sekali asumsi-asumsi Kayla tentang sang papah.

Akhirnya Kayla tiba di sekolah dengan wajah datarnya. Kayla mulai menyusuri lorong-lorong sekolah untuk mencari kelasnya.

"Pagi Cantika" sapa Kayla.

"Pagi juga kay," sapa balik Cantika dengan senyum lebarnya. Hari ini Cantika sangat bahagia karena,
sang mama janji untuk menjemputnya.

"Ada apa ka, kelihatannya seneng banget? Lagi bahagia yah?" Tanya Kayla merasa bahwa sahabatnya sedang sangat bahagia, sebab dari tadi sahabatnya senyum sendiri tidak jelas.

"Iya kay, gue lagi bahagia banget, malahan. Bayangkan aja, tadi pagi mama samperin gue terus bilang mau jemput gue sebentar sepulang sekolah" ucap Cantika dengan sedikit teriak.

"Nggak usah teriak juga kalii. Tapi gue ikut seneng dengarnya" ucap Kayla ikut tersenyum.

Tidak menyangka setelah sekian lama tidak melihat sahabatnya sebahagia ini, dan juga sudah lama juga sahabatnya tidak pernah menceritakan hal bahagia bersama keluarganya. Akhirnya Kayla melihat kebahagiaan itu terpampang jelas di wajah Cantika.

Sudah lama juga Cantika nggak excited kek gini. Pikir Kayla.

"Yah harus dong. Lagian yah gue kan nggak sama kayak Lo. Lo itu kan nggak pernah akur sama keluarga Lo. Dan gue juga yakin pasti orang tua Lo nggak sama kayak orang tua gue" ucap Cantika dan diakhiri dengan tawaran di akhir kalimatnya.

Pedas.

Sangat pedas ucapan Cantika. Kayla hampir saja membiarkan air matanya lolos dari kelopak matanya tanpa perintah.

Ketawa? Nangis?

Mungkin hanya Kayla yang tahu. Dia nggak sanggup bila harus mengatakannya sendiri.

"I-iya. Kita nggak sama. Orang tua Lo walaupun selalu bertengkar namun masih mikirin lo. Sedangkan gue, gue hanya anak yang haus akan kasih sayang. Lo mungkin gak akan ngerti sama apa yang gue ucapin. Karena memang itu nggak penting" sindir kayla sambil tertawa.

Bukan. Bukan menertawai Cantika tapi dirinya sendiri.

"Kenapa ketawa?" Tanya Cantika sok polos.

" Nggak kenapa-napa kok. Gue cuman pengen ketawa aja" jawab Kayla bohong.

Kayla Dan DunianyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang